Ini adalah artikel pertama blog ini pada bulan Arpil 2013. Kali ini saya mengangkat cerita tentang Claudio Cesare Prandelli. Dia pelatih Tim Nasional (Timnas) Italia. Saya tidak ingin menulis tentang strateginya dalam meracik tim sehingga Italia yang tadinya terkenal dengan pola permainan bertahan (sepakbola negatif) kini mengusung permainan menyerang dan lebih indah (sepakbola positif). Saya ingin mengungkapkan sisi lain dari sosok ini.
Prandelli adalah salah satu pelatih Italia yang cukup religius. Religiusitas pria berambut klimis ini paling tidak dibuktikan dengan dua hal berikut ini. Pertama, pada Piala Eropa 2012 silam, dia membawa stafnya mengunjungi sebuah biara Katolik di Polandia. Ceritanya, setelah sukses masuk ke perempat final pascamengalahkan Inggris, mereka mengunjungi biara Bruder-bruder Camaldolese yang berada di luar Kota Krakow, tempat "Gli Azzuri" bermarkas.
Sebetulnya kunjungan ini dilakukan untuk memenuhi janjinya. Sebelumnya bruder-bruder Benediktin Camaldolese itu mengunjungi tempat latihan Timnas Italia di Krakow. Kepada para bruder tersebut, Prandelli berjanji bahwa bila Italia tembus ke perempat final dia akan berjalan kaki sejauh 21 kilometer untuk mengunjungi biara mereka. Italia pun kemudian masuk perempat final, setelah menyingkirkan Inggris melalui adu tendangan penalti. Maka nazar harus dipenuhi.
Prandelli dan stafnya pun berjalan kaki dari hotel tempat mereka menginap berangkat ke biara yang terletak di kaki Pegunungan Carpathian di Polandia Selatan itu, sejauh 21 kilometer selama empat jam. Mereka berangkat pukul 03.00 dini hari waktu setempat dari hotel dan tiba di biara itu pada pukul 07.00 waktu setempat sebelum kemudian kembali kembali ke Krakow pada siang harinya. Bersama mereka, bergabung mantan bintang AC Milan dan Timnas Italia, Albertini. Salah satu saudara Albertini yang kini menjadi Wakil Ketua Federasi Sepakbola Italia adalah seorang pastor.
Kedua, pria yang istrinya meninggal pada 2007 itu ingin menggelar pertandingan persahabatan antara Timnas Italia versus Argentina. Tetapi yang unik, dia ingin agar Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik seluruh dunia yang berasal dari Argentina dan penyuka bola itu datang ke Stadion dan menyaksikan laga tersebut.
Laga persahabatan kedua negara belum ditetapkan. Tetapi kemungkinan akan dilakukan pada Agustus mendatang di Stadion Olimpico yang tidak terlalu jauh dari Vatikan. Prandelli ingin mempersembahkan laga tersebut untuk Paus Fransiskus yang orang tuanya berasal dari Italia dan anggota pendukung klub Buones Aires, San Lorenze. Paus ini adalah anggota fans San Lonrenzo yang membayar iuran secara rutin.
Dari dua hal sederhana ini oleh media-media asing lalu menyimpulkan bahwa Prandelli yang ketika masih aktif sebagai pemain berposisi di gelandang adalah seorang pelatih sepakbola yang religius. Sepakbola atau calcio dalam Bahasa Italia memang memiliki dua sisi. Di satu pihak, sepakbola bisa membawa orang ke hal-hal yang suci (agama), tetapi di sisi lain, bola juga membawa mereka ke kehidupan berdosa terutama ketika terjadi skandal pengaturan skor.
Bahkan Presiden UEFA Michel Platini secara berkelakar mengungkapkan bahwa melawan Italia bukan hanya melawan Timnasnya tetapi juga melawan agama Italia. “Setelah Paus, agama di Italia adalah bahwa bila Anda sudah pimpin 1-0, maka mustahil lawan bisa pulang,” kata mantan bintang Timnas Prancis yang pernah bermain untuk Juventus itu. (Alex Madji)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar