Senin, 04 Juni 2012

Kemana Toleransi Itu?


Seorang teman tiba-tiba mengirim Blackberry Messanger alias BBM kepada saya. Dulunya teman ini adalah seorang aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) selama bertahun-tahun dan membela mereka yang tertindas dari kelompok manapun. Kemudian dia mengubah haluan menjadi seorang aktivis sebuah gerakan yang menghalalkan penggunaan kekerasan dan intoleran.

Isi BBM-nya adalah pernyataan seorang kiai yang selama ini terkenal pluralis dan acap mengecam tindakan kelompok si teman tadi. Sang Kiai, menurut teman itu, mengeritik dunia barat yang menilai Indonesia tidak toleran. Kalau penilaian itu berdasarkan kasus Gereja Yasmin, kata teman tadi mengutip Sang Kiai, penilaian dunia barat itu keliru karena para pihak dalam konflik Gereja Yasmin tidak ingin masalah itu selesai. Ada yang ambil keuntungan dari konflik tersebut. Kalau karena masalah Ahmadiyah, lanjutnya, masalah ini akan selesai kalau Ahmadiyah menjadi agama tersendiri dan tidak mengaku-ngaku sebagai Islam. Dengan kata lain, tidak benar bahwa Indonesia tidak toleran.

Pada hari berikutnya, seoang kawan di sebuah grup milis meneruskan sebuah pesan dari suatu grup Facebook. Isinya mengajak umat Katolik berdoa bagi gereja-gereja Katolik yang disegel di Nanggroe Aceh Darusalam dan yang dipaksa dibongkar dengan alasan tanpa ijin mendirikan bangunan atau IMB di Sumatera Barat.

Sekedar menambah daftar yang dikirm teman ini, masih banyak gereja Kristen yang terpaksa ditutup karena sikap intoleran kelompok si teman yang pertama tadi, seperti Gereja Ciketing Bekasi. Belum lagi, begitu banyak gereja yang proses pendiriannya dipersulit. Pengurusan IMB berlangsung bertahun-tahun dan menghabiskan anggaran yang tidak sedikit. Bahkan ada gereja yang sudah kantongi IMB dan di tengah jalan pembangunan tiba-tiba dikatakan bangunan itu salah tempat dan tidak ber-IMB.

Sikap intoleran ini juga ditunjukkan terhadap kelompok Ahmadiyah. Kelompok ini dikejar-kejar, bahkan ada yang terbunuh. Rumah-rumah mereka dihancurkan dan tempat ibadah mereka dirusak.

Dengan sederet fakta seperti ini maka pernyataan Sang Kiai tadi patut dipertanyakan. Pasalnya, Kiai ini terkenal membela kelompok minoritas. Bila dia tiba-tiba berubah maka patut dipertanyakan kebenaran isi pernyataannya.

Atau jangan-jangan, kutipan pernyataan Sang Kiai tadi hanya karangan si teman tadi untuk membenarkan tindakan kelompoknya. Padahal faktanya ya memang tidak ada toleransi di negara ini. Demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan beragama tercabik-cabik. Ironisnya, negara tidak berdaya di hadapan para pelaku intoleran itu. Bahkan seringkali kalah dari kelompok ini.

Sungguh menyedihkan hal ini terjadi di negara yang berfalsafah Pancasila. Lalu kemana toleransi yang dikatakan Sang Kiai seperti dikutip si teman tadi? Ah, mungkin sudah ke laut kali. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar