Selasa, 28 Februari 2012
“Hidden Agenda” Kenaikan Harga BBM
Pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 1 April 2012, menyusul kenaikan harga minyak dunia. Penaikan harga BBM adalah upaya penyelamatan APBN. Pasalnya, APBN akan sangat tercekik bila harga BBM tidak dinaikkan karena terlalu banyak anggaran yang dipakai untuk subsidi.
Kenaikan harga BBM sudah pasti akan berdampak luas bagi kehidupan masyarakat. Harga barang-barang pun naik karena biaya angkut barang dan jasa juga meningkat. Tarif angkutan umum sudah pasti melonjak. Para pengguna kendaraan umum juga siap-siap merogoh kocek lebih dalam hanya untuk biaya transportasi. Padahal gaji/penghasilan tidak mengikuti kenaikan harga BBM. Dengan kata lain, siap-siaplah mengencangkan ikat pinggang akibat kenaikan harga BBM.
Meskipun pemerintah sedang merancang kompensasi kepada mereka yang mendapat dampak langsung dari kenaikan harga BBM ini. Menteri ESDM yang berasal dari Partai Demokrat, Jero Wacik, mengatakan, kompensasi ini cukup beragam bentuknya.
Harian Kompas Selasa (28/2/2012) menulis, “Salah satu yang tengah dirancang adalah pemberian kupon gratis bagi siswa pengguna angkutan umum. Selanjutnya pemilik angkutan umum dapat menukarkan kupon dan mengklaim uang jasa ankutan itu ke pemerintah. Pemerintah juga merancang pemberian kompensasi bagi nelayan yang menangkap ikan menggunakan kapal berbobot di bawah 60 ton bobot mati. Namun belum dipastikan bagaimana mekanisme pemberian kompenasi itu.”
Tetapi, kenapa kenaikan harga minyak dunia yang memaksa kenaikan harga BBM dalam negeri selalu terjadi menjelang pemilu? Sebab, menjelang pemilu 2009, pemerintah juga menaikkan harga BBM yang disusul berbagai paket program seperti bantuan langsung tunai (BLT) dan berbagai program pro rakyat lainnya.
Program-program itu, meskipun secara subtantif tidak mendidik rakyat, tetapi justru disukai oleh rakyat kelas bawah yang mayoritas buta huruf. Bagi mereka tidak penting ini mendidik atau tidak. Yang penting bisa pegang uang cash dan bisa membeli kebutuhan pokok. Bagi mereka ini adalah uang yang jatuh dari langit dan tidak perlu keluar keringat untuk mendapatkannya. Akibatnya, pemimpin seperti ini mendapat tempat di hati mereka.
Kalaupun kemudian harga BBM diturunkan seiring penurunan harga minyak dunia, harga barang-barang dan tarif angkutan umum tidak pernah ikut diturunkan. Tetapi pemerintah tetap mengkampanyekan bahwa mereka sangat berpihak pada rakyat karena berani menurunkan harga BBM. Lagi-lagi ini bahan kampanye yang jitu. Itulah kunci kesuksesan Partai Demokrat dan SBY memenangi pemilu 2009.
Kali ini, kenaikan juga terjadi hanya dua tahun menjelang pemilu 2014. Paket bantuan untuk meringankan beban rakyat menyusul kenaikan BBM, seperti disampaikan Jero Wacik di atas tadi, akan berlangsung hingga menjelang pemilu mendatang. Pemerintah akan kembali menjadi sinterklas bagi rakyat jelata yang datang dengan paket bantuan, apa pun bentuknya nanti.
Yang pasti program-program itu sadar atau tidak sadar akan membangun persepsi di tengah masyarakat bahwa pemerintah ini baik dan perlu didukung kembali. Paket-paket program itu sudah pasti akan menjadi bahan jualan pada kampanye 2014 nanti, seperti yang terjadi pada 2009. Inilah nilai jual partai penguasa pada pemilu mendatang.
Maka kasus korupsi yang begitu membelit dan membalut Partai Demokrat saat ini akan hilang begitu saja dan tak berbekas. Semua itu kemudian terbungkus oleh paket kompensasi kenaikan harga BBM ini. Lagi-lagi, ini adalah pintu pencitraan positif Partai Demokrat menjelang pemilu 2014. Hasilnya? Tunggu Pemilu 2014. (Alex Madji)
Foto ilustrasi diambil dari: http://dwiketephyte.wordpress.com/2010/12/23/sejarah-sinterklas/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar