Senin, 06 Februari 2012
Kemenangan Anas
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat pernyataan mengejutkan, Minggu, 5 Februari 2012 di rumah pribadinya, Puri Cikeas, Gunung Putri, Bogor. Dia menegaskan bahwa sebagai Ketua Dewan Pembina dia tidak akan memecat Anas Urbaningrum dari posisi Ketua Umum Partai Demokrat karena menunggu proses hukum yang berlangsung di KPK.
Pernyataan ini bermakna mendalam. Paling tidak, menurut saya, ada dua hal yang mau disampaikan dari pernyataan ini. Pertama, ini adalah sebuah kemenangan Anas dan kekalahan musuh-musuh politiknya di internal Partai Demokrat. Anas boleh menarik napas lega dengan pernyataan tersebut. Anas tinggal konsentrasi membenahi organisasi internal partai dan mempersiapkan pertarungan berikutnya menuju kursi calon presiden partai tersebut pada 2014.
Sebab analisis sejumlah pihak sebelum ini menyebutkan bahwa seluruh kekisruhan di Partai Demokrat saat ini adalah aksi sikut-sikutan menjelang 2014. Anas harus diganti karena tidak direstui pemilik Demokrat, keluarga Cikeas untuk maju sebagai calon presiden (Capres) 2014. Calon pengganti Anas adalah Djoko Suyanto, mantan Panglima TNI dan KSAU yang kini menjadi Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM. Penempatan Djoko pada posisi ketua umum partai adalah langkah untuk dimajukan sebagai calon presiden pada 2014. Tetapi dengan kokohnya Anas di posisi ketua umum, maka Djoko dan para pendukung di belakangnya untuk sementara harus mengurut dada.
Kedua, pernyataan SBY itu adalah signal bagi KPK untuk tidak mengapa-apakan Anas. Meskipun, SBY bilang bahwa dia tidak mau mendahului KPK, tetapi pernyataan itu perlu juga ditafsir secara lain bahwa KPK boleh menyentuh yang lain tetapi Anas jangan.
Kenapa? Dikhawatirkan Anas menyimpan banyak kartu truf. Bila Anas jadi tersangka, dikhawatirkan dia akan membuka seterang-terangnya borok yang lebih besar di dalam partai tersebut. Dan, bukan tidak mungkin ada keluarga Cikeas yang kecipratan dana hasil korupsi yang diterima Anas, kalau benar terjadi korupsi.
Apalagi mantan bendahara yang juga tersangka kasus dugaan korupsi pembangunan wisma atlet Sea Games Muhammad Nazaruddin di persidangan pekan lalu mengatakan bahwa SBY mengetahui bagi-bagi uang dalam kongres Partai Demokrat, seperti diberitakan Koran Tempo pekan lalu.
Jadi, bila Anas bongkar semua kebobrokan partai maka semakin hancurlah partai itu. Maka lebih baik menyelamatkan satu orang daripada merusak seluruh bangunan partai. Itu sebabnya langkah melindungi Anas ini ditempuh untuk menyelamatkan partai. Meski demikian, kader-kader lain yang tidak terlalu signifikan perngaruhnya terhadap partai tetap akan diproses secara hukum untuk tetap menjaga citra bersih partai penguasa itu kepada publik.
Nah, untuk sementara ini kita bisa memberi ucapan selamat kepada Anas yang berhasil memenangi pertarungan sengit selama beberapa pekan terakhir.
Sumber foto: http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/12/02/02/lyrdc4-ada-yang-ingin-kudeta-sby-dan-anas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar