Senin, 12 November 2012

Jokowi, Oneng, dan Baju Kotak-kotak


Rieke Diah Pitaloka atau Oneng maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat berpasangan dengan Teten Masduki pada pemilihan kepala daerah Jawa Barat (Pemilukada Jabar) 2013 mendatang. Pasangan artis dan aktivis anti korupsi yang dicalonkan oleh Partai Demokras Indonesia (PDI) Perjuangan itu sudah resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat pada Sabtu 10 November 2012 lalu.

Pemilukada Jabar ini memang menjadi arena pertarungan para artis. Selain Oneng, nama panggung saat bermain pada serial "Bajaj Bajuri", Dede Yusuf yang kini menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat juga maju sebagai calon gubernur oleh Partai Amanat Nasional (PAN) dan Gerindra berpasangan dengan Sekretaris Daerah Jabar Lex Lasamana. Sementara Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriawan maju lagi untuk periode kedua berpasangan dengan seniman senior Deddy Mizwar.

Tetapi saya tidak akan menyorot masalah peta pertarungan para artis itu. Saya hanya ingin menyentil soal seragam kotak-kotak yang dipakai pasangan Oneng-Teten saat mendaftar ke KPU Jabar.

Baju kotak-kotak warna merah dipadu biru tua ini diperkenalkan pertama kali oleh Joko Widodo (Jokowi) saat maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Sejak itu baju kotak-kotak merah biru tua ini mewabah dan menjadi warna favorit banyak orang. Semua orang, baik pejabat maupun tukang parkir memakai baju ini. Karena itu, baju kotak-kotak ini menjadi fenomena tersendiri selama Pemilukada DKI Jakarta.

Semula, warga, terutama di Solo, daerah yang dipimpin Jokowi sebelum mengikuti Pemilukada DKI Jakarta, memproduksi secara swadaya baju kotak-kotak ini sebagai bentuk dukungan terhadap Jokowi yang berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Kemudian karena permintaan yang begitu membeludak, produksi baju kotak-kotak dilakukan secara massal. Dan, selama proses Pemilukada DKI Jakarta, baju kotak-kotak menjadi brand pasangan Jokowi-Ahok serta menjadi simbol kesuksesan pasangan yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Gerindra itu. Baju kotak-kotak identik dengan Jokowi dengan segala kesuksesannya di Pilada DKI Jakarta.

Kesuksesan baju kotak-kotak dalam Pemilu DKI Jakarta itu mau ditiru Oneng dan Teten Masduki di Jabar. Diharapkan, keberhasilan Jokowi-Ahok di DKI Jakarta bisa menular ke Jabar dengan baju kotak-kotaknya. "Pak Jokowi mempersilahkan kemeja itu dipakai oleh kami sebagai spirit perlawanan terhadap politik transaksional," kata Rieke perihal seragam kotak-kotak yang dipakainya itu saat mendaftar ke KPU Jabar.

Apa yang dikatakan Oneng itu mungkin ada benarnya. Tetapi kunci keberhasilan Jokowi sesungguhnya dalam Pemilukada DKI Jakarta bukan melulu pada baju kotak-kotaknya itu. Pria langsing dan tinggi itu sudah mencetak kesuksesan selama menjadi Walikota Surakarta. Ada banyak kisah sukses Jokowi selama di Solo. Yang paling fenomenal adalah keberhasilannya memindahkan pedagang kaki lima tanpa dengan penggusuran.

Selain itu dia sukses memoles Kota Solo menjadi indah dan bersih serta masih banyak kisah sukses lainnya yang terselip di antara kegagalannya saat memimpin Solo selama tujuh tahun. Maka baju kotak-kotak yang menjadi simbol politik pada Pemilukada DKI Jakarta lalu hanya menjadi pembungkus dari kesuksesannya saat dia memimpin Solo.

Berbeda sekali ketika baju kotak-kotak itu nanti dipakai Oneng dan Teten pada Pemilukada Jabar 2013. Oneng adalah anggota DPR. Dia belum pernah duduk di birokrasi pemerintahan pada tingkat paling kecil sekalipun. Karena itu belum ada kisah sukses yang dibungkus Oneng di dalam baju kotak-kotak itu. Oneng hanya sukses sebagai artis. Dia lebih dibesarkan dalam dunia artis dibandingkan politik.

Sementara Teten Masduki adalah seorang aktivis anti korupsi yang kiprahnya tidak bisa diragukan lagi dalam dunia yang satu ini. Dia pendiri ICW dan sudah mendorong banyak koruptor ke balik jeruji besi. Tetapi keberhasilan ini belum sefenomenal Jokowi. Lalu apa yang mereka bungkus di dalam baju kotak-kotak itu? Kesuksesan? Belum. Sebab keduanya belum terbukti memimpin lembaga birokrasi.

Baju kotak-kotak, seperti kata Oneng sendiri, hanya menjadi simbol perlawanan terhadap politik transaksional. Tetapi akankah mengulangi kesuksesan Jokowi dalam Pilkada DKI Jakarta? Kita tunggu saja hasilnya nanti. Hanya satu yang pasti yaitu bahwa "rasa kotak-kotak" yang dipakai Jokowi-Ahok akan berbeda dengan yang dipakai Oneng dan Teten Masduki. (Alex Madji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar