Kamis, 18 Agustus 2011

Ketika Sekat Geografis Luluh


Iman sungguh menyatukan. Paling tidak itu yang diperlihatkan kaum muda Katolik dari Israel dan Palestina yang mengikuti perayaan hari kaum muda sedunia di Spanyol yang juga dihadiri oleh Paus Benediktus XVI mulai Kamis, 18 Agustus-Minggu, 21 Agustus 2011.

Lebih dari 160 orang dari Israel dan Palestina datang ke Spanyol untuk mengambil bagian pada acara tersebut. Meskipun untuk sampai Spanyol, mereka menempuh cara yang berbeda-berbeda.

Ala Sayej, seorang warga Palestina dari Ramallah, Tepi Barat, mengaku perayaan hari Kaum Muda Sedunia ini memberinya kesempatan yang sangat jarang untuk bertemu dengan penganut Katolik lainnya dari Palestina. Di negaranya, pos-pos pemeriksaan tentara Israel serta pembatasan bepergian menyulitkannya bertemu dengan sesama Katolik dari Gaza, wilayah Palestina. Apalagi untuk bertemu sesama penganut Katolik di Israel. Sulitnya bukan kepalang.

“Tetapi kami semua berteman sekarang. Sebagian besar orang Israel sudah saya tambahkan sebagai teman pada Facebook. Kalau saya mendapat ijin untuk pergi ke Israel kami akan berkumpul kembali,” kata Sayej saat ditemui di Gereja di Madrid Selatan di mana mereka merebahkan diri di lantai di atas kasur.

Orang Kristen yang tinggal di Tanah Suci, tempat Yesus Kristus hidup dan wafat adalah kelompok minoritas. Sudah begitu, mereka juga terisolasi satu sama lain oleh pos-pos pemeriksaan tentara Israel dan pembatasan bepergian terhadap warga Palestina oleh negara Yahudi itu.

Tetapi dalam keterpisahan seperti itu, akhirnya mereka bisa bertemu dan bersatu dalam perayaan hari Kamu Muda Sedunia yang tahun ini diselenggarakan di Spanyol. Kaum muda Katolik Israel, berangkat ke Spanyol relatif lebih mudah. Mereka terbang dari Tel Aviv. Sementara kaum muda Katolik dari Palestina relatif lebih sulit. Mereka harus melewati jalan darat dari Palestina ke Amman, Yordania terlebih dahulu, sebelum terbang ke Spanyol.

Tetapi baik kaum muda Israel maupun Palestina bertemu dan gergabung dalam satu kelompok pada 10 Agustus di Valencia, Spanyol Timur. Di sini mereka tinggal selama lima hari sebelum bersama-sama berangkat ke Madrid, ibukota Spanyol.

“Sangat sulit bagi kami di Tepi Barat untuk pergi ke Israel. Anda harus mendapat ijin dan melewati pos-pos pemeriksaan. Ini harga yang harus kam bayar sebagai warga Palestina. Kami berada dalam penjara besar,” kata Romo Jack Nobel Abed (53) dari Gereja Malecite di Desa Taybeh, wilayah Palestina di Tepi Barat.

Sementara Terez Moalem (22 tahun) dari Haifa, Kota ketiga terbesar Israel mengatakan, awalnya, ketika dilebur menjadi satu grup, masing-masing mereka masih canggung dan hati-hati sekali. Tetapi perlahan-lahan pembatas-pembatas itu luluh. “Saya bahagia sekali ada di sini dan menjadi bagian dari kelompok ini dan bertemu orang-orang baru,” ucapnya.

Mereka bersama kaum muda Katolik dari negara-negara Timur Tengah lainnya, pada Rabu, 17 Agustus 2011 mengikuti perayaan ekaristi berbahasa Arab di Madrid. Pada perayaan itu, mereka mengibarkan bendera negara mereka masing-masing. Ada bendera Yordania, Libanon, Irak dan bendera-bendera negara lainnya dari kawasan itu.

Mereka rencananya akan mengikuti perayaan penyambutan Paus Benediktus XVI, pemimpin lebih dari 1 miliar umat Katolik sedunia di Lapangan Cibeles Madrid, pada Kamis, 18 Agustus 2011 waktu setempat. Kemudian mereka ikut misa akbar dalam alam terbuka pada Minggu, 21 Agustus 2011 pagi di Madrid.

Untuk menjadi pengetahuan Anda, jumlah orang Kristen di Israel sekitar 154.000 atau sekitar 2 persen dari 7,4 juta jumlah penduduk negeri itu yang mayoritas Yahudi. Sementara di Palestina, jumlah orang Kristen sekitar 50.000 orang. Mereka hidup di antara 3,9 juta warga Muslim negara yang masih dijajah Israel itu. Sebagian besar dari Orang Kristen Palestina tinggal di Tepi Barat terutama di Bethlehem dan Yerusalem Timur. Sekitar 3.000 orang tinggal di Jalur Gaza.

Yah, status penjajah dan dijajah serta konflik berkepanjangan yang seakan tak berujung antara Israel dan Palestina tidak membuat kaum muda Katolik dua negara itu juga tetap membawa bara api kemana pun mereka pergi. Pada perayaan hari Kaum Muda Sedunia di Spanyol tahun ini, bara api, dendam, dan kemarahan di antara mereka ditinggalkan dan melebur menjadi satu, sama-sama menjadi anak-anak Allah.

Bahkan menurut Pastor Johnny Abu Khalil (41) dari Gereja St Yustinus di Nablus, pertemuan di Spanyol ini adalah titik awal bagi umat Katolik Israel dan Palestina untuk terus membangun komunikasi yang baik ke depan. “Apa yang kami mulai di sini tidak akan berakhir. Kami berharap kami bisa melanjutkannya. Akan lebih mudah bagi mereka di Israel untuk mengunjungi kami di Palestina, daripada kami ke sana. Kami akan mepersiapkan diri untuk menerima mereka,” ujarnya. (Alex Madji)


2 komentar: