Rabu, 04 Desember 2013

Mourinho dan Wenger Katolik Taat

Setiap pemain dan pelatih memiliki ritus tersendiri sebelum masuk lapangan. Ada pemain yang keluar masuk lapangan seperti masuk keluar gereja. Selalu dimulai dengan tanda salib. Pemain lain punya cari tersendiri yaitu, menyentuh tanah dengan tangannya lalu mengacungkan jari telunjuknya sambil menengadah ke langit.

Di Indonesia, penyerang Tim Nasional Indonesia, Titos Bonay atau Tibo memiliki kebiasaan menarik-narik jaring gawang lawan. Bukan hanya saat mengenakan seragam timnas, tetapi juga ketika membela klub. Entah apa tujuannya. Mungkin agar dia bisa merobek gawang lawan. Atau, para pemain Timnas Indonesia U-19 memperkenalkan ritus baru dalam sepakbola Indonesia. Seusai seorang pemain mencetak gol, seluruh pemain ikut sujud syukur bersama pemain yang mencetak gol itu.

Nah, pelatih sekaliber Jose Mourinho ternyata juga memiliki ritus tersendiri sebelum pertandingan. Perihal ritus dan kebiasaannya ini, beberapa media di Indonesia belum lama ini, mengutip media online asing, memberitakan tentang kebiasaan pelatih Chelsea itu yang membacakan satu perikop injil sebelum pertandingan. Kebiasaan ini dilakukan oleh pria kelahiran Setubal, Portugal, 26 Januari 1963 atau hampir 51 tahun silam ini selama melatih klub di manapun.

"Sebelum pertandingan, di ruangan saya, saya bisa membuka Injil dan membaca beberapa ayat selama beberapa menit. Rutinitas itu selalu memberikan perasaan positif kepada saya," kata Mourinho sebagai ramai dikutip media-media Inggris.

Tetapi ini bukan satu-satunya ritus Mourinho sebelum mendampingi anak-anak asuhnya di pinggir lapangan. Dia masih memiliki sebuah kebiasaan lain sebagaimana disebutkan dalam sebuah artikel yang dimuat http://www.theguardian.com/theobserver/2006/feb/19/features.review37. Di sana dikatakan bahwa setiap kali sebelum pertandingan, Mourinho menicum salib. Sebelum meninggalkan ruang ganti menuju lapangan, dia juga melambungkan doa, ketika para pemainnya menatap cermin untuk mengamati rambutnya sudah rapih apa belum. Bahkan saat menjuarai Liga Champions, Mourinho mengaku bahwa Tuhan selalu menyertainya. Mourinho mengaku selalu ada campur tangan Tuhan dalam kesuksesannya.

Berita-berita dan kebiasaan-kebiasaan tersebut mendorong saya untuk mencari tahu perihal agama pria yang di negerinya menjadi bintang iklan sebuah bank itu. Saya lalu menemukan jawabannya di situs ini: http://hollowverse.com/jose-mourinho/. Di sana disebutkan bahwa sebagaimana orang Portugal umumnya, Mourinho adalah seorang penganut Katolik yang taat. Dalam setiap keberhasilan, selalu ada campur tangan Tuhan.

Pengakuan bahwa Mourinho adalah seorang Katolik bukan hanya datang dari MOurinho sendiri, tetapi juga diakui oleh oleh orang lain yang mengenalnya. "Mourinho adalah seorang penganut Katolik dan percaya pada Tuhan. Dalam hal kehidupan yang profesional, dia sangat percaya pada kerja keras. Hanya kerja keras yang membuahkan kesuksesan. Dia tidak percaya pada keajaiban dalam sepakbola," kutip media tadi.

BBC.co.uk dalam artikel berjudul, "What makes Mourinho tick" yang diupload pada 20 Mei 2010 pukul 07.01 waktu Inggris, Mourinho dengan terus terang mengakui bahwa dia adalah seorang Katolik. "Saya banyak berdoa. Saya seorang Katolik. Saya percaya pada Tuhan. Saya mencoba menjadi seorang yang baik dan Dia mengulurkan tangannya ketika saya membutuhkannya," ujar Mourinho.

Meski penganut Katolik yang taat dan tekun berdoa, Mourinho juga yakin bahwa kesuksesan itu lahir dari kerja keras dan cerdas. "Anda harus kerja keras dan kerja cerdas. Banyak orang kerja keras tetapi tidak cerdas. Sebagai pelatih, saya harus menjalin hubungan yang baik dengan para pemain, sebuah kepemimpinan yang diterima, bukan kepemimpinan yang dipaksakan karena kekuasaan atau status," ujarnya.

Situs lain, www.kgbanswers.co.uk juga memberi jawaban bahwa Mourinho adalah seorang penganut Katolik Roma yang taat.

Bukan hanya Mourinho yang disebut sebagai pelatih cukup religius di Liga Utama Inggris. Pelatih Arsenal Arsene Wenger juga ternyata seorang pria religius. Religiusitas pria asal Prancis ini sangat ditentukan oleh pendidikan masa kecilnya. Meskipun kadar religiusitasnya sekarang agak sedikit menurun ketika masih kecil di Prancis.

"Ketika masih kanak-kanak, saya rajin berdoa karena saya dididik di lingkungan Katolik.
Bagi kami, agama sangat kuat. Untuk bermain pada Minggu sore saja, saya harus minta ijin kepada pastor. Tetapi sekarang agak sedikit kurang religius karena saya hanya memikirkan sepakbola, bagaimana saya memenangkan pertandingan dan selalu berpikri lebih pragmatis," kata Wenger kepada The Associated Press sebagai dikutip Mailonline.co.uk 10 Oktober 2013.

Dia melanjutkan, “Tetapi percaya itu penting dan saya selalu bersyukur atas nilai-nilai yang diajarkan agama saya. Sesungguhnya semua agama mengajarkan dan mewartakan nilai-nilai yang baik dan positif. Nilai-nilai itu juga bisa ditemukan dalam sepakbola.” (Alex Madji)

Foto: www.dailymail.co.uk