Senin, 27 Mei 2013

World Statesman Award untuk SBY

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan menerima World Statesman Award atau Penghargaan Negarawan Dunia di Amerika Serikat. Pemberinya, the Appeal of Conscience Foundation (ACF), sebuah yayasan milik seorang rabi Yahudi Amerika Serikat, Arthur Schneier. SBY dinilai berperan besar dalam menjaga dan menciptakan toleransi kehidupan beragama di Indonesia. Karena itu dia pantas menerimanya.

Tetapi Guru Besar Emeritus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta Franz Magnis Suseno mengirim surat protes secara terbuka kepada yayasan tersebut. Menurut Magnis, pemberian penghargaan kepada SBY sangat memalukan dan akan memalukan lembaga itu sendiri. Magnis protes karena lembaga itu tidak menanyakan rakyat Indonesia, sebelum mereka menjatuhkan pilihan.

Di mata Magnis, SBY tidak berbuat apa-apa terhadap begitu banyak kasus intoleransi beragama di Indonesia. Ketika banyak gereja ditutup dan dirobohkan, SBY bisu. Ketika jemaat Ahmadiyah dikejar-kejar dan bahkan dibunuh, SBY tak peduli. Saat kelompok syiah dianiaya, SBY kemana? Entalah. Intinya, SBY tidak berbuat apa-apa terhadap begitu banyak kejadian intoleransi di Indonesia, yang menelan korban jiwa sekalipun.

Padahal filosofi dan yang menjadi prinsip dasar yayasan tersebut adalah kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM). Mantra organisasi ini adalah "sebuah kejahatan atas nama agama adalah kejahatan melawan agama yang terbesar".

Tetapi kenapa penghargaan itu justru diberikan kepada kepala negara Indonesia yang kekerasan atas nama agamanya sangat marak? Parahnya lagi diberikan kepada orang yang tidak berbuat apa-apa untuk menghentikan pelanggaran tersebut? Lalu kemana kebebasan, demokrasi, dan HAM yang menjadi prinsip dasar lembaga itu?

Itulah dasar gugatan Magnis yang diikuti banyak orang. Gelombang penolakan di dunia maya sangat dahsyat. Aksi penolakan pemberian penghargaan ini kepada SBY dilakukan dengan mengumpulkan tanda tangan melalui www.change.org. Di berbagai forum diskusi, terutama di dunia maya, topik tersebut marak didiskusikan. Mayoritas mendukung sikap Rm Magnis.

Satu dua orang mendukung SBY menerima penghargaan itu, termasuk para pembantu SBY di Istana seperti para juru bicaranya dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam. Bahkan, nama yang terakhir ini cenderung melakukan kekerasan verbal dan berbau SARA terhadap Rm Magnis melalui akun twitter-nya.

Di sini, penghargaan itu dianggap "besar" karena tarafnya internasional. Tetapi media-media di Amerika Serikat menilainya sebagai yang biasa saja. Malah, mereka sinis karena diberikan kepada seorang pemimpin negara yang kebebasan beragamanya masih terancam.

Karena itu, patut diduga penghargaan ini memiliki motif dan tujuan lain. Sebab, bagaimana mungkin seorang rabi Yahudi memberikan penghargaan kepada seorang pemimpin sebuah negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel? Sejumlah isu menyebutkan bahwa penghargaan ini diberikan untuk memuluskan langkah dan rencana membangun hubungan diplomatik Indonesia-Israel.

Bila ini yang terjadi, kemana kelompok-kelompok yang selama ini anti Israel di negeri ini? Ataukah mereka sudah melunak dan siap membangun hubungan diplomatik dengan bangsa Yahudi itu seperti yang diinginkan pemimpinnya? Yang pasti Magnis tidak memprotes karena masalah politik ini, tetapi murni karena tidak ada kebebasan kehidupan beragama di tanah ini. (Alex Madji)

Rabu, 22 Mei 2013

Satu Demi Satu Perempuan Luthfi Hasan Ishaaq Muncul

Masalah perempuan dalam skandal korupsi impor daging sapi akhirnya menyentuh eks Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq. Semua media, baik cetak, elektronik, maupun online memberitakan bahwa ada satu anak baru gede (ABG) berusia 17 tahun bernama Darin Mumtazah tersangkut kasus ini. Bahkan perempuan yang masih berstatus siswi pada sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Jakarta Timur itu diduga dinikahi secara siri oleh Luthfi Hasan Ishaaq.

Dalam artikel sebelumnya, saya menulis tentang perempuan-perempuan cantik di sekeliling Ahmad Fathanah, karib Luthfi Hasan Ishaaq. Perempuan-perempuan cantik jelita nan wangi seperti Maharani Suciyono, Ayu Azhari, Vitalia Sesya, Tri Kurnia Puspita diberi hadiah mobil, perhiasan mahal dan uang dalam jumlah besar oleh Fathanah.

Satu pertanyaan yang mengganjal. Apakah wanita-wanita ini hanya "dipakai" Fathanah. Ataukah Fathanah hanya menjadi perantara dan cewek-cewek cantik ini juga disodorkan ke Luthi Hasan Ishaaq yang kerap dipanggil Ustadz Besar dan Fathanah dipanggil Ustadz Kecil?

Dengan munculnya nama siswi SMK berdarah Arab Darin Mumtazah, kesimpulan sementara saya adalah bahwa tidak mungkin perempuan-perempuan cantik di atas tadi hanya berhenti di Fathanah. Sang Ustadz Besar juga kebagian "mencium wangi" mereka. Apalagi, marak diberitakan bahwa Fathanah lebih berperan sebagai perantara Luthfi Hasan Ishaaq dalam berbagai kasus, termasuk kasus korupsi yang sedang melilit keduanya.

Saya sebenarnya ingin menyentil hubungan Luthfi Hasan Ishaaq dengan Darin Mumtazah. Bila benar seperti diberitakan media bahwa gadis ini dinikahi secara siri oleh Luthi Hasan Ishaaq, maka patut diduga Luthfi Hasan Ishaaq mengalami kerusakan akhlak.

Mungkin memang dia tidak melanggar UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Sebab pada pasal 7 ayat (1) UU tersebut dikatakan, "Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai 16 (enam belas) tahun." Ayat 2-nya berbunyi, "Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita."

Artinya, bila sekarang Darin Mumtazah berumur 17 tahun, maka, menurut UU itu, Luthfi Hasan Ishaaq seharusnya menikahi secara siri anak itu tahun lalu saat dia berumur 16 tahun. Tetapi fakta ini memang harus ditelisik lagi. Apakah benar mereka menikah tahun lalu atau bahkan sudah dari tahun sebelumnya? Bila dari tahun sebelumnya, berarti Luthfi juga melanggar UU Perkawinan tersebut.

Terlepas dari itu, secara akhlak Luthfi Hasan Ishaaq kemungkinan mengalami kerusakan. Bagaimana mungkin sebagai seorang pemimpin partai dia bisa "membunuh" masa depan seorang ABG yang lagi asyik dengan dunianya. Dengan dinikahi secara dini, anak ini tidak bisa lagi mewujudkan mimpi dan meraih masa depannya yang lebih baik. Dia sudah masuk dalam kerangkeng Luthfi Hasan Ishaaq.

Keputusan untuk menikah secara siri, kalau itu benar, juga patut dipertanyakan kevalidannya. Sebab pada umur belasan tahun, seseorang belum bisa mengambil keputusan secara bebas dan bertanggung jawab. Secara kepribadian, anak seusia itu sedang mencari jati diri dan masih labil. Karena itu pula, keputusan Darin Mumtazah untuk dinikahi secara siri kemungkinan karena keterpaksaan.

Tetapi terlepas dari itu, yang pasti satu demi satu perempuan-perempuan di sekitar Luthfi Hasan Ishaq mulai terkuak. Tunggu saja penyelidikan lebih lanjut dari KPK soal hubungannya dengan cewek-cewek cantik yang "dipelihara" Fathanah atau mungkin ada perempuan baru yang masuk dalam perangkap Fathanah dan Luthif Hasan Ishaaq dan sama-sama menikmati hasil bisnis daging itu.

Darin Mumtazah (Foto diambil dari Detik.com)

Kamis, 16 Mei 2013

Wayne Rooney Penganut Katolik yang Taat

Wayne Rooney adalah seorang penganut Katolik Roma yang taat. Meskipun, dia tidak selalu menunjukkan kekatolikannya itu dengan membuat tanda salib saat masuk dan ke luar lapangan atau setiap kali setelah mencetak gol atau saat nyaris mencetak gol seperti yang dilakukan oleh para pemain dari Amerika Latin.

Tetapi Rooney adalah penganut Katolik sejak kecil. Di akte kelahirannya tercantum agamanya Katolik Roma. Ya, dia dilahirkan dari keluarga Katolik, meskipun orang tuanya tidak selalu hadir misa setiap hari minggu di gereja. Tetapi ketika dia masih kecil, rumah mereka sering dikunjungi pastor, biasanya untuk mengumpulkan kolekte.

Dia pun disekolahkan di sekolah-sekolah Katolik. Pendidikan awalnya ditempuh di Sekolah Katolik “Our Lady” dan sekolah dasar dijalani di Sekolah Katolik “St Wsithin” yang hanya berjarak 10 menit jalan kaki dari rumahnya di Kota Liverpool, Inggris. Iman Katoliknya makin bertumbuh saat menempuh pendidikan di sekolah. Saat sekolah, dia selalu semangat kalau berdiskusi tentang Yesus. Setelah menjadi dewasa, terutama setelah menikah dengan Coleen, Rooney menjadi semakin religus. Dia berdoa setiap malam dan setiap kali sebelum pertandingan.

"Saya percaya pada Yesus tentu saja. Saya sering melukisnya saat di sekolah dan sering berdoa hampir setiap malam. Biasanya, saya juga berdoa untuk kemenangan Everton pada Sabtu," kata Rooney seperti dikutip “The Independent”.

Sumber kekatolikannya semakin menemukan akarnya dalam pencariannya akan pembebasan setelah peristiwa Piala Dunia di Gelsenkirchen pada 2006, ketika dia mendapat kartu merah karena diprovokasi oleh bintang Portugal Cristiano Ronaldo, saat Inggris bertemu Portugal.

Peran istrinya, Coleen, sangat besar di sini. Beda dengan keluarga Rooney, Coleen berasal dari keluarga Katolik yang sangat taat. Ayahnya, Tony, seorang penganut Katolik yang taat, rajin dan tekun berdoa. Ketaatan Coleen menghayati iman Katolik juga menular kepada Rooney.

Tetapi rupanya tidak banyak yang mengetahui, termasuk Alastair Campbell, bahwa Rooney adalah seorang Katolik. Maklum, Inggris adalah negara dengan mayoritas Anglikan. Maka ketika dia mengenakan kalung rosario terutama saat latihan, ada saja orang yang mempertanyakan agamanya., termasuk si Campbell tadi. Tetapi Rooney menegaskan bahwa dia adalah seorang Katolik.

"Itulah agama saya. Saya sudah pakai ini (kalung rosario) selama bertahun-tahun, dan Anda kan tidak selalu nonton di tempat latihan. Saya tidak mengenakan kalung rosario itu saat pertandingan," kata Rooney singkat.

Tetapi rupanya banyak pejabat di Football Association atau FA yang tidak suka kalau Rooney terlalu menonjolkan agamanya saat membela “The Three Lions”. Karena itu dia diminta oleh para pejabat FA untuk tidak menonjolkan simbol-simbol agamanya. Kadang hal seperti ini menjadi sumber konflik antara Rooney dengan para pejabat sepakbola itu. Rooney memang tidak terlalu menunjukkan agama yang dianutnya itu di depan umum. Tetapi setiap kali sebelum pertandingan, dia masuk ke sebuah ruangan dan berdoa di sana untuk keselamatan para pemain dan semua saja yang berada di lapangan baik saat membela klubnya, Manchester United (MU) maupun Timnas Inggris.

Jadi jangan takut tunjukkan identitas agamamu dalam situasi seperti apapun dan jangan takut mengakui agamamu kepada siapa saja. (Alex Madji)

Wayne Rooney mengenakan kalung rosario. (Foto: The Independent)

Rabu, 08 Mei 2013

Perempuan-perempuan Cantik Ahmad Fathanah

Ahmad Fathanah beberapa hari ini bak Don Juan. Seorang pria yang hidupnya dikelilingi para perempuan cantik jelita. Kenyataan ini sangat ironis bila melihat latar belakangnya. Dia adalah anak seorang kiyai kenamaan dan karismatik di Sulewesi Selatan, Kiyai Fadeli Luran.

Pendidikannya sejak kecil juga selalu di pesantren sejak di Sulawesi Selatan. Tetapi memang dia dikenal nakal. Bahkan ayahnya tidak segan-segan mengeluarkannya dari Pesantren Ikatan Mesjid Mushalla Indonesia Muttahidah Makassar milik keluarganya. Kemudian dipindahkan ke pesantren modern Gontor. Meski ditolak, dia tetap diperbolehkan tinggal di pesantren tersebut hanya karena menghormati orang tuanya.

Di sana Fathanah berkenalan dengan Luthfi Hasan Ishaaq dan menjadi teman baik. Keduanya kemudian sama-sama menempuh pendidikan di Timur Tengah hingga akhirnya sama-sama terjerambab dalam skandal korupsi impor daging sapi dan sama-sama tinggal di hotel prodeo.

Beberapa hari ini, KPK mengungkapkan sisi lain kehidupan Fathanah, yaitu sisi "murah hati"-nya. Saking baiknya, dia memberi hadiah mobil, uang dan barang mewah kepada sejumlah perempuan cantik. Sayangnya, hadiah itu diduga hasil pencucian uang korupsi impor daging sapi yang terkait juga dengan teman karibnya, Luthi Hasan Ishaaq. Dan, inilah perempuan-perempuan cantik yang dihadiahi Fathanah:

Pertama, Maharani Suciyono. Dia seorang mahasiswa jurusan Komunikasi Universitas Moestopo yang ditangkap tangan KPK saat sedang bersama Ahmad Fathanah di Hotel Le Meridian dan diberi hadiah uang senilai Rp 20 juta. Gosip yang berada di luar berita main stream dan beredar di dunia maya menyebutkan bahwa perempuan ini sedang tidur dengan Luthfi Hasan Ishaaq saat ditangkap KPK. Tetapi pihak Luthfi pasti membantah gosip-gosip seperti ini dan KPK tidak mengkonfirmasi informasi-informasi tersebut.

Kedua, setelah Maharani hilang, tiba-tiba muncul nama artis seksi Ayu Azhari. Perempuan ini mendapat hadiah Rp 20 juta dan 1.800 dolar Amerika Serikat. Perempuan yang gonta ganti suami ini sudah diperiksa KPK sebagai saksi dalam kasus impor daging sapi.

Tentang Ayu Azhari banyak sekali gosip yang beredar tentang kiprahnya, termasuk cerita teman saya tentang perempuan seksi ini. Tetapi tidak enak saya ceritakan di sini. Karena itu, ketika dikabarkan mendapat hadiah dari Fathanah saya langsung berpikir, tidak mungkin Fathanah memberi tanpa pamrih. Selalu ada pamrih di balik pemberian tersebut.

Ketiga, Vitalia Sesha. Kepada perempuan yang berprofesi sebagai model ini, Fathanah memberikan sebuah mobil Honda Jazz dan arlaji mewah merek Chopard. Perempuan ini adalah foto model untuk majalah pria dewasa. Coba pikirkan, ngapain Fathana memberi hadiah kepada perempuan dengan profesi seperti ini?

Keempat, Tri Kurnia Puspita. Kepada perempuan ini Fathanah memberikan mobil Honda Freed, jam tangan Rolex, dan Gelang Hermes. Puspita mengaku sebagai teman Fathanah. Nah seberapa dekat mereka sehingga sampai diberikan hadiah seperti itu?

Gosipnya masih ada beberapa wanita lain yang mendapat hadiah dari Fathanah. Keempat perempuan itu memang disebut sebagai teman dekat Fathanah. Tetapi apakah mereka juga dekat dengan Luthfi Hasan Ishaaq? Penyidikan KPK belum sampai ke sana. Tetapi agak mustahil kalau perempuan-perempuan cantik jelita nan seksi itu tidak berhubungan dengan LHI. Dan tega nian pula kalau Fathanah tidak memperkenalkan perempuan-perempuan itu kepada karibnya, LHI. Kita tunggu saja penyidikan lebih lanjut dari KPK keterkaitan mereka dengan LHI. (Alex Madji)

Jumat, 03 Mei 2013

4 Bukti Paus Fransiskus Gila Bola

Paus Fransiskus adalah seorang penggila bola. Ketika sudah menempati tahta kepausan, dia tidak menyembunyikan kegemarannya pada sepakbola. Tahu bahwa dia sangat fanatik dengan olahraga ini maka pemimpin klub, politisi, dan pemain berlomba-lomba menyerahkan suvenir "berbau" bola kepada Paus asal Argentina keturunan Italia ini.

Berikut ini saya sajikan beberapa fakta bahwa paus pertama dari Serika Yesus itu memang penggemar fanatik sepakbola.

Pertama, sejak kecil dia adalah pendukung klub Argentina yang berbasis di Buones Aires, San Lorenzo. Kebetulan rumah mereka tidak jauh dari stadion milik klub tersebut. Ayah Paus Fransiskus adalah pemain basket klub San Lorenzo dan sejak kecil dia biasa dibawa sang ayah yang adalah imigran Italia dan pekerja rel kereta api di Buones Aires menonton pertandingan sepakbola di stadion klub San Lorenzo. Karena itu, sejak kecil pula San Lorenzo sudah terpatri di hatinya. Dia pun terdaftar sebagai anggota pendukung tim ini dan memiliki kartu anggota serta membayar iuran secara rutin. Ketika menjabat sebagai Uskup Agung Buones Aires, paus yang aslinya bernama Kardinal Jorge Mario Bergoglio SJ memimpin misa pemberkatan kapel di stadion klub dan kepadanya diberikan seragam San Lorenzo.

Sedikit menyinggung soal sejarah klub ini, San Lorenzo berawal dari sekolompok anak yang biasa bermain di sudut Jalan Mexico dan Treinta y Tres Orientales di Buones Aires. Karena khwatir akan keselamatan mereka, lalu seorang pastor paroki di sekitar itu bernama Lorenzo Massa menyuruh mereka bermain di halaman gereja paroki. Dengan syarat, setiap hari Minggu mereka harus mengikuti misa di gereja. Dalam perjalanan waktu, anak-anak itu kemudian sepakat membentuk klub sepakbola.

Pada sebuah pertemuan di Distrik Almagro pada 1 April 1908 yang juga dihadiri Romo Lorenzo Massa diusulkan sejumlah nama. Pertama-tama mereka mengusulkan nama "Los Forzozos de Almagro". Tetapi Romo Lorenzo menolak karena nama itu tidak terlalu enak didengar. Kemudian mereka mengusulkan nama "San Lorenzo" karena tim ini berbasis di gereja paroki Romo Lorenzo. Tetapi dia juga menolak karena tidak ingin namanya diabadikan. Anak-anak ini lalu berargumen bahwa nama itu bukan untuk mengabadikan namanya melainkan untuk mengenang Laurensius dari Roma atau San Lorenzo dalam Bahasa Spanyol, dan Pertempuran San Lorenzo yang merupakan salah satu perang paling hebat dalam perjuangan kemerdekaan Argentina. Mendengar argumen tersebut, Romo Lorenzo pun menerima dan resmilah klub itu berdiri dengan nama San Lorenzo.

Setelah terpilih sebagai Paus, manajemen San Lorenzo senang bukan kepalang karena salah satu pendukung fanatik mereka terpilih sebagai Santo Bapa, pemimpin Gereja Katolik seluruh dunia. Mereka lalu ke Vatikan dan lagi-lagi menyerahkan seragam merah biru San Lorenzo dalam sebuah audiensi umum.

Kedua, Pelatih Timnas Italia Cesare Prandelli juga tahu bahwa Paus yang ini adalah penggemar bola. Maka dia menggagas sebuah pertandingan persahabatan antara Timnas Italia versus Argentina di Roma Agustus mendatang. Prandelli ingin mempersembahkan laga itu untuk Sri Paus. Dia juga berharap agar "Il Papa" mau nonton langsung laga tersebut di Stadion Olimpico yang tidak terlalu jauh dari Vatikan.

Ketiga, tahu bahwa Bapa Suci penggemar bola, Perdana Menteri Spanyol Mariano Roja bersama istrinya melakukan audiensi khusus selama 25 menit di Istana Apostolic, Vatikan pada Senin 15 April 2013 silam. Pemimpin politik Spanyol ini tidak memberikan cendera mata lain kepada Sri Paus, selain seragam "La Furia Roja" yang lengkap dengan tanda tangan semua pemain Tim Matador. Sri Paus sumringah saat menerima hadiah ini. "Sama seperti (seragam) San Lorenzo, "ucap Sri Paus singkat.

Keempat, setelah mendapat hadiah jersey Timnas Spanyol, Paus Fransiskus mendapat kunjungan dari Kapten Inter Milan Javier Zanetti yang juga berasal dari Argentina pada Jumat 26 April 2013. Kepada Sri Paus, Zanetti memberikan seragam Inter Milan bernomor punggung 4 dan bertuliskan nama Zanetti kepada Sri Paus. Pengganti Benediktus XVI itu pun memperlihatkan jersey tersebut sambil tersenyum sumringah.

Paling tidak, sebagai penggemar sepakbola, Paus Fransiskus sudah mengoleksi dua jersey klub (San Lorenzo dan Inter Milan) dan satu jersey Timnas (Spanyol). Tetapi di atas itu semua, Paus Fransiskus tetaplah fans sejati San Lorenzo. (Alex Madji)

Kartu keanggotaan fans San Lorenzo milik Paus Fransiskus (Sumber foto: www.npr.org)

Kamis, 02 Mei 2013

Ada Foto Ayu Azhari Tanpa Bra di Koran

Kamis, 2 Mei 2013. Hari masih pagi. Segelas kopi hangat tersaji di meja rapat. Sambil menyeruput, saya membolak balik beberapa koran yang dijejerkan di meja rapat tersebut, kantor tempat saya bekerja. Saya coba membuka harian The Jakarta Post. Melihat judul berita sambil lalu, mulai dari halaman depan.

Tiba-tiba saya terhenti agak lama pada sebuah foto di halaman dalam. Sebuah gambar Ayu Azhari yang baru keluar dari gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Perempuan cantik ini diperiksa sabagai saksi dalam kasus dugaan suap impor daging sapi yang melibatkan politisi PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan orang dekatnya, Fathana pada Rabu, 1 Mei 2013.

Tapi bukan sengkarut bisnis daging sapi itu yang mau saya ceritakan. Tetapi foto Ayu Azhari tadi. Pada foto itu objeknya sangat jelas. Bagian dada Ayu Azhari. Saya menduga, perempuan cantik ini tidak mengenakan bra. Karena, buah dada kirinya menyembul dengan puting yang menonjol di balik baju tipis. Nah, bagiannya itu tidak tertutup kerudung yang menyampir ke depan.

Karena tidak yakin dengan dugaan tersebut, saya mencoba menyodorkan ke teman-teman lain pada rapat tersebut. Lalu, gara-gara foto itu, rapat proyeksi berita terhenti sejenak dan memandang foto tersebut. Sebagian besar peserta rapat memastikan, benar, Ayu Azhari tidak mengenakan bra pada foto tersebut.

Bahkan ada teman yang mencoba membandingkan foto The Jakarta Post itu dengan foto media-media lain. Sejumlah media seperti Koran Tempo juga memuat foto yang sama dengan ukuruan yang sedikit lebih kecil. Tetapi intinya, semua peserta rapat mengambil kesimpulan bahwa saat diperiksa KPK, Ayu Azhari tidak mengenakan bra.

Saat saya menulis artikel ini, saya mencoba bertanya kepada teman yang biasa meliput para artis, tetapi tidak mengikuti rapat tersebut. Dia pun mengkonfirmasi bahwa memang Ayu Azhari jarang pakai bra. Bahkan diceritakan, pada sebuah kesempatan, saat masih diwawancara wartawan, tiba-tiba anaknya merengek. Tanpa pikir panjang, si cantik Ayu Azhari menggendong anaknya dan langsung mengeluarkan susunya untuk memberi ASI (air susu ibu) kepada si buah hati.

Jadi, masalah Ayu Azhari tidak pakai bra pada foto itu bukanlah sebuah strtegi mengalihkan perhatian para penyidik KPK dari materi penyidikan ke fakta tidak pakai bra, tetapi karena faktor kebiasaan sang artis. Walaupun, menurut saya, kebiasaan seperti ini tidak layak ditampilkan di ruang publik. Akhirnya, daripada bicara banyak, selamat melihat gambar tersebut. (Alex Madji)