Selasa, 26 Maret 2013

Yohan Cabaye di Antara Pemain Prancis

Prancis adalah salah satu pengekspor pemain sepakbola terbanyak di Eropa. Di Inggris, misalnya, banyak sekali pemain Prancis yang merumput di klub-klub Liga Utama negara itu. Arsenal dan Newcastle United adalah dua klub yang paling banyak menggunakan jasa para pemain Prancis. Manchester City dan Tottenham Hotspur juga menggunakan jasa pemain Prancis, tetapi tidak sebanyak Newcastle United.

Tetapi dari sekian banyak banyak pemain Prancis itu, ada satu hal menarik yang ingin saya angkat pada artikel ini, yaitu perilaku gelandang Newcastle Yohan Cabaye. Setiap kali selesai mencetak gol, pemain ini selalu membuat tanda salib.

Ini menarik, pertama, karena dari sekian banyak pemain Prancis, dia adalah salah satu, kalau bukan satu-satunya, pemain Prancis yang melakukan tanda salib. Artinya, jumlah pemain Prancis yang mengungkapkan identitas agamanya sangat-sang jarang. Beda dengan para pemain dari Amerika Latin, misalnya.

Kedua, Prancis adalah negara sekuler dan pelopor sekularisasi di Eropa. Prancis yang dulu adalah "negara Katolik" kini menjadi negara sekuler, terutama sejak revolusi Prancis. Simbol-sombol keagamaan di negara tersebut dilarang. Agama menjadi nomor dua dan urusan dengan Yang Di Atas menjadi urusan personal.

Dalam situasi seperti itu, apa yang dilakukan Yohan Cabaye menjadi sangat berarti dan bermakna. Bahwa di tengah gemuruh sekularisme yang bahkan berkembang menjadi semacam agama baru, masih ada setitik nyala yang bukan tidak mungkin akan menyinari ruang-ruang gelap di sekitarnya.

Yohan Cabaya adalah orang yang mengusung pandu itu. Dia juga masih memperlihatkan akar kekatolikan di Prancis yang pernah menjadi salah satu pusat kekatolikan (Avignon) ketika terjadi skisma dalam sejarah gereja katolik. (Alex Madji)

Jumat, 22 Maret 2013

Isu Kudeta yang Lebay

Sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan adanya kelompok tertentu yang ingin mengkudetanya, para menterinya pun ikut-ikutan bicara masalah kudeta. Menteri Pertahan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakya Agung Laksono, dan Menteri Perumahan Rakyat juga menilai, apa yang disampaikan bosnya itu serius.

Logis bahwa para menteri memang harus sependepat dengan atasannya. Sebab kalau tidak nanti dinilai tidak loyal. Sekalipun apa yang disampaikan SBY itu absurd dan tidak logis. Dengan semuanya membicarakan kudeta, seolah-olah negara ini genting. Padahal, faktanya tidak.

Tapi apa mau dikata. Para menteri itu dibawa dalam arus tidak logis yang dibangun atasannya. Mengapa tidak logis? Paling tidak ada dua alasan. Pertama, dalam sejarah Indonesia belum pernah terjadi kudeta. Pemberontakan G 30 S PKI 1965 tidak pernah disebut sebagai kudeta terhadap Presiden Soekarno. Meskipun ada yang bilang bahwa itu adalah kudeta militer pimpinan Soeharto terhadap Soekarno.

Kedua, di mana-mana, kudeta selalu dilakukan oleh militer karena hanya mereka yang memiliki senjata. Kalaupun dilakukan oleh sipil, pasti mereka sipil bersenjata alias pemberontak. Tetapi tetap saja mereka bersenjata. Sementara di Indonesia, sipil bersenjata itu sudah tidak ada. Kalaupun masih ada Organisasi Papua Merdeka (OPM), mereka terlalu jauh di ujung timur sana. Dan, jumlahnya tidak signifikan. Jadi, tidak ada sejarah sipil melakukan kudeta terhadap kekuasaan.

Sementara bila melihat situasi Indonesia saat ini, tidak ada kelompok militer yang ingin melakukan kudeta. Lagi pula tidak ada faksi di dalam militer yang saling bertikai. Semua kekuatan militer Indonesia berada di bawah komando sang presiden sendiri. Lalu, siapa yang ingin kudeta? Sipil. Itulah yang dicium SBY.

Tetapi dugaan ini sangat absurd karena sipil di Indonesia tidak memiliki senjata untuk mengkudeta SBY. Bahkan, untuk menggelar demo kelompok-kelompok yang berencana menggelar unjuk rasa pada 25 Maret mendatang, seperti yang diduga SBY, kekurangan dana. Seorang teman mengirim BBM meminta bantuan logistik untuk aksi unjuk rasa tersebut. Artinya, jangankan senjata, uang untuk sekedar beli air minum para demostran saja mereka tidak punya.

Maka bila benar pernyataan SBY itu berdasarkan informasi intelijen, patut dipertanyakan kebenaran informasi intelijen itu. Lebih dari itu, kudeta yang ditiupkan dari istana sesungguhnya tidak ada. Isu ini dimainkan untuk mengalihkan persoalan atau pengalihan isu-isu politik yang menimpa Partai Demokrat. Tetapi menggunakan isu kudeta sama sekali tidak cerdas dan terkesan SBY lebay.



Selasa, 19 Maret 2013

Intim dengan Buah Hati

Sudah beberapa hari, blog ini tidak di"update". Alasannya, karena saya sedang mengalami masalah di rumah. Dua pembantu kami meninggalkan rumah begitu saja, tanpa pemberitahuan. Tak tahu pula kemana mereka pergi. Untung, dua anak kami dititipkan di saudara saya yang rumahnya hanya sepelemparan batu jauhnya dari rumah kami. Mereka bermain bersama sepupu-sepupunya di situ ketika saya menjemputnya pada Rabu 13 Maret 2013 sore.

Kepergian dua pembantu baru diketahui ketika saya tiba di rumah, kondisi rumah gelap pada sore itu. Padahal, sudah jam 18.30. Biasanya, anak-anak sudah menyambut saya begitu mendengar suara motor saya. Beberapa saat kemudian, baru saya tahu bahwa dua pembantu itu kabur setelah diberitahu istri saya. Sempat agak emosi. Terutama karena cara mereka pergi meninggalkan rumah sangat tidak sopan. Mereka pergi bagaikan pencuri. Padahal, waktu datang, mereka bagaikan tuan.

Tetapi begitulah kondisi riil dunia pembantu rumah tangga. Kadang-kadang tidak tahu sopan santun. Mungkin hal ini terkait tingkat pendidikan yang rendah. Dan masalah seperti ini kerap terjadi dan dialami oleh beberapa orang lain.

Sejak itu, saya dan istri pun membagi tugas mengurus anak dan rumah. Pembagian tugas itu dilakukan berdasarkan jam kerja kantor masing-masing. Kebetulan saya bisa pulang setelah deadline, sementara istri saya bisa masuk kantor agak siang, kecuali kalau ada tugas pagi yang memang harus diselesaikan.

Prinsip dasarnya, kehilangan pembantu jangan sampai mengorbankan hal-hal lain yang lebih penting. Malah ini momentum yang bagus untuk semakin intim dengan anak.

Maka kami putuskan jaga anak dan urus rumah dibagi dua sift. Sift satu mulai jam 06.30 sampai pukul 13.00. Ini menjadi tanggung jawab istri saya. Sift dua mulai jam 13.00 sampai malam menjadi tanggung jawab saya. Kerjanya, mulai dari maen bareng, suapin, mandiin, cuci piring, masak nasi, nyapu-ngepel. Pokoknya, semua pekerjaan rumah.

Sejauh ini, hingga artikel ini dibuat, belum menemukan masalah, alias berjalan baik dan lancar-lancar saja. Rumah pun lumayan bersih.

Lebih dari itu, ada hal positif dari masalah yang dihadapi ini. Yaitu, kami semakin dekat dengan anak-anak. Waktu untuk bermain bersama mereka semakin banyak. Dengan demikian diharapkan hubungan dengan mereka akan semakin intim. Mereka semakin dekat dengan orang tuanya dan tidak melihat orang tuanya sebagai "om dan tante" yang hanya bertemu beberapa jam pada malam hari sepulang kerja.

Saya lalu teringat, seorang sahabat pernah bilang bahwa kedekatan dengan anak pada usia-usia dini seperti ini akan sangat menentukan kualitas hubungan atau relasi orang tua anak ketika mereka bertumbuh menjadi remaja dan orang dewasa di kemudian hari.

Saya hanya mau katakan bahwa intensitas hubungan dengan anak sangat penting. Dan kehilangan pembantu menjadi momentum untuk semakin intim dengan buah hati. Karena itu, jangan menyerahkan urusan anak pada pembantu. Tetapi uruslah sendiri.

Memang risikonya, banyak pekerjaan lain yang terlantar dan tidak terurus. Tetapi pada situasi seperti itulah mulai memilih berdasarkan skla prioritas. Dan, saat ini, saya prioritaskan untuk mengurus anak. (Alex Madji)

Kamis, 14 Maret 2013

Paus Baru Itu Bernama Fransiskus

Gereja Katolik kembali membuat sejarah. Ke-115 kardinal berhasil memilih paus baru pada hari kedua konfklaf mereka di Kapel Sistin, Kompleks Vatikan, pada Rabu, 13 Maret 2013 malam atau Kamis, 14 Maret 2013 dini hari WIB. Konfklaf dibuka pada Selasa 12 Maret 2013. Kardinal Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai paus ke-266 menggantikan Paus Emeritus Benediktus XVI yang mengundurkan diri pada 28 Februari 2013 lalu.

Mantan Uskup Agung Buones Aires, Argentina, ini kemudian memilih nama Paus Fransiskus. Sesaat setelah terpilih dan diumumkan kepada publik, "Habemus Papam" biografi tetang anggota Serikat Yesus ini pun bermunculan. Tetapi satu hal yang paling mencolok dari berbagai biografi ini adalah bahwa paus ini dilukiskan sebagai seorang yang sangat sederhana, rendah hati, tetapi seorang intelektual dan memiliki kemampuan memimpin yang hebat.

Dia memilih tinggal di sebuah apartemen yang sederhana dibandingkan tinggal di istana keuskupan yang megah. Dia memilih naik bus umum kalau mau bepergian dibandingkan pakai limusin dan memilih memasak sendiri makanannya alias tidak memakai pembantu.

Gambaran seperti ini tercermin pula pada pilihan nama pontifikatnya yaitu Paus Fransiskus. Fransiskus adalah orang kudus dari Italia, tepatnya dari Asisi. Dia pendiri Ordo Fratrum Minorum atau yang disebut Fransiskan dengan berbagai cabang yang hidup pada abad ke-12. Fransiskus adalah orang yang memperkenalkan kesederhaan dan persaudaraan sekaligus pencinta damai.

Dari kalangan Yesuit sendiri, ada orang suci bernama Santo Fransiskus Xaverius. Dia adalah seorang misionaris ulung asal Spanyol yang hidup pada abad ke-16 dan pernah singgah di Indonesia. Maka nama Fransiskus, kemungkinan selain menercerminkan kesederhanaan St Fransiskus Asisi juga semangat misioner St Fransiskus Xaverius.

Perihal Paus baru ini, koresponden CNN di Vatikan yang juga ahli Vatikan, John Alen sudah menulis tentang biografi Kardinal Jorge Mario Bergogli SJ, sembilan hari sebelum konklaf. Tokoh ini ditulisnya karena Kardinal Bergogli adalah "runner up"-nya Paus Benedikutis XVI pada konfklaf 2005 lalu.

Bergogli lahir di Buonos Aires, Ibukota Argentina pada 1936. Dia anak dari imigran Italia, pekerja rel kereta api dari daerah sekitar Turin, Italia Utara. Dia mempunyai empat saudara dan seorang saudari. Awalnya, dia bercita-cita menjadi seorang ahli kimia karena itu dia sempat masuk perguruan tinggi umum dan mengamil kuliah kimia.

Tetapi pada 1958, dia memilih masuk biara dan bergabung bersama Serikat Yesus. Dia menempuh studi filsafat dan teologi sebelum ditahbiskan imam. Dia pernah bekerja sebagai dosen psikologi dan filsafat pada awal-awal kariernya. Studi filsafat dan teologi lebih lanjut ditempuhnya di Jerman.

Sekembalinya ke Argentina, pada periode 1973-1979, dia dipercayakan sebagai provinsial Yesuit Argentina dan pada 1980 menjadi rektor Seminari tinggi tempat dia menemputh studi filsafat dan teologi. Pada 1992, Bergoglio diangkat sebagai Uskup Auxilier Buones Aires dan pada 1998 menggantikan kardinal Antonio Qurracino sebagai Uskup Agung Buones Aires. Pada 2001, Bergoglio dipilih sebagai kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II.

Selama bertahun-tahun Bergoglio sangat dekat dengan gerakan Comunione e Liberazione yang didirikan oleh Fr Luigi Giussani di Italia. Dia juga memperkenalkan tulisan-tulisan Giussani kepada para biarawan di Argentina. Bergoglio juga mendukung etos keadilan sosial Katolik di Amerika Latin, termasuk pembelaan terhadap kaum miskin di kawasan itu.

"Kita hidup dalam bagian dunia yang paling tidak adil. Distribusi barang-barang tidak adil, menciptakan siatusi dosa sosial yang membawa orang keluar dari jalan ke Surga dan membatasi kemungkinan menjadi seorang pemenuh kehidupan bagi begitu banyak saudara kita yang lain," kata Bergogli pada pertemuan uskup-uskup Amerika Latin.

Bergoglio adalah seorang konservatif. Dia menentang aborsi, pernikahan sesama jenis kelamin dan kontrasepsi. Dalam hal pernikahan sesama jenis kelamin, dia harus berseberangan dengan Presiden Argentina, Cristina Fernandez yang pada 2010 melegalkan perkawinan sesama jenis.

Kini Sang Kardinal yang sederhana ini terpilih sebagai Paus. Bahtera Gereja Katolik dunia berada di pundaknya. Penampilan pertamanya di depan umum setelah terpilih sebagai Paus sungguh mencerminkan dia layak untuk mengemban tanggung jawab besar itu. Dia menawan, sederhana, dan sosok kegembalaannya sangat tampak. Selamat bekerja Bapa Suci. (Alex Madji)

Rabu, 13 Maret 2013

Putra Mahkota Bernama Gita Wirjawan

Beberapa hari terakhir tiba-tiba nama Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mencuat. Dia disebut-sebut menjadi putra mahkota Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebagai putra mahkota, dia akan diusung sebagai calon Ketua Umum Partai Demokrat dan selanjutnya menjadi calon presiden dari partai itu.

Fungsionaris Partai Demokrat yang juga sosiolog Kastorius Sinaga adalah orang pertama yang menyampaikan kepada publik bahwa SBY sudah merestui Gita Wirjawan untuk maju sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dan kemudian menjadi capres partai tersebut. Ruhut mengaku sering berkomunikasi dengan Gita. Kepadanya, Gita mengaku tidak tertarik dengan partai politik.

Tetapi Ruhut Sitompul membantah pernyataan Kastorius itu. Menurutnya, SBY tidak akan mengusung Gita masuk bursa ketua umum Partai Demokrat dan sebagai capres. Bahkan dia menuduh Kastorius sebagai orang sakit dan badut yang hanya membuat suasana politik makin gaduh.

"Itu orang sakit. Badut dia itu yang hanya bikin ramai suasana saja. Tidak benar Pak SBY akan mengusung Gita masuk bursa Ketum dan nantinya jadi capres, terlalu jauh. Kami tidak bahas Pilpres saat ini," ujar Ruhut, di Gedung Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu 13 Maret 2013, seperti dikutip dari Kompas.com.

Bantahan yang sama disampaikan rekan separtainya yang juga anggota DPR Ramadhan Pohan. Menurut mantan wartawan ini, belum pas bagi Gita untuk maju sebagai capres Partai Demokrat. Meskipun secara kualitas pribadi cocok karena ada keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan. Gita lebih pas untuk maju sebagai ketua umum Partai Demokrat, kata Ramadhan Pohan.

Bantahan para politisi Demokrat ini bagaikan berbalas pantun. Mereka yang lemparkan isu, mereka pula yang bantah. Ini hanya trik. Mereka mau mengukur pasar. Kira-kira reaksi publik seperti apa. Bila publik menanggapi dingin, maka mungkin mereka akan berpikir ulang atas rencana pencalonan Gita Wirjawan ini baik sebagai ketua umum Partai Demokrat maupun untuk maju sebagai capres. Tetapi bila penerimaan publiknya bagus, maka gagasan ini akan dilanjutkan.

Sebab informasi bahwa Gita akan menjadi capres Partai Demokrat pilihan SBY sudah lama beredar. Jauh sebelum nama itu dilambungkan saat ini. Sudah lama nama itu disimpan sambil menunggu momen yang pas. Gita dipilih karena, katanya relatif bersih. Selain itu, dari sudut usia masih muda, wajahnya pun enak dilihat, dan pasti bisa menaklukkan para pemilih perempuan. Pasalnya, mantan Kepala BKPM ini piawai bermain musik, khususnya Piano.

Karena itu, langkah Gita menuju Istana semakin mulus karena SBY sudah jatuh hati padanya. Pendongkelan Anas Urbaningrum yang secara sistematis membangun kekuatan di dalam Partai Demokrat untuk menuju Istana adalah bagian dari memuluskan langkah Gita Wirjawan. Tetapi apakah Gita akan berjalan mulus? Belum tentu. Tunggu reaksi pasar. Apalagi, Gita harus berhadapan dengan Jokowi yang popularitas terus melejit bahkan melampaui Prabowo Subianto. Takutnya Gita malah akan tergilas oleh popularitas Jokowi. Tetapi mari kita tunggu saja perkembangan lebih lanjutnya. (Alex Madji)

Senin, 11 Maret 2013

Conclave dan Nyepi

Conclave dan Nyepi adalah dua hal yang berbeda. Yang satu adalah proses pemilihan Paus, pemimpin umat Katolik sedunia di Vatikan. Sedangkan yang lain adalah upacara keagamaan atau hari raya umat Agama Hindu. Secara kebetulan, Conclave untuk memilih pengganti Paus Emeritus Benediktus XVI dimulai pada Selasa, 12 Maret 2013 ini yang jatuh persis pada hari raya Nyepi di Indonesia.

Berita media-media massa menyebutkan bahwa conclave dilakukan dalam sepi. Sebanyak 115 kardinal yang memiliki hak suara, hak memilih dan dipilih, diisolasi dari dunia. Mereka tidak berkomunikasi dengan dunia luar. Tidak baca atau mendengar berita melalui berbagai jenis media. Tidak ada penggunaan alat-alat komunikasi. Singkatnya, mereka menutup diri dan "dikucilkan" dari dunia.

Bukan hanya pribadi-pribadi itu. Tempat berlangsungnya conclave, Kapel Sistin, pun harus streril dari dunia luar. Perangkat-perangkat pelacak signal dipasang agar rahasia di dalam Kapel Sistin tidak bocor keluar. Hanya 115 kardinal dari 117 yang berada di Kapel Sistine. Dan hanya mereka yang tahu apa yang terjadi di sana. Pemilihan itu pun berlangsung dalam hening dan sepi dan merupakan bagian dari rangkaian doa.

Sepi di sini bukan pasif, tetapi aktif. Mereka menciptakan keheningan karena mereka tenggelam dalam doa. Mereka tertutup kepada dunia luar untuk membuka diri kepada Yang Ilahi. Membiarkan Roh Kudus berkarya dan menguasai diri mereka yang akan memilih pemimpin Gereja Katolik berikutnya.

Sementara Nyepi, menurut ensiklopedia online, Wikipedia, "Pada hari ini (Nyepi-Red) suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi."

"Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci, dan bersih. Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin). Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan di tahun yang baru."

Saya tidak perlu menjelaskan lagi keterangan yang disodorkan Wikipedia itu. Saya hanya mengatakan, memang antara Nyepi, yang di Indonesia pusatnya di Bali, dan Conclave di Vatikan tidak ada hubungannya. Tetapi satu hal yang menonjol dari kedua hal tersebut yakni ada ruang yang sengaja diciptakan untuk hening dan berdiam diri. Masing-masing orang tertutup dan mengisolasi diri dengan dunia luar. Pada saat bersamaan mereka terbuka dan bercakap-cakap dengan Yang Ilahi. Atau dengan kata lain, keheningan menghantar orang pada penyatuan dengan Yang Ilahi. (Alex Madji)

Jumat, 08 Maret 2013

Pilkada NTT dalam Sebuah Perbincangan BBM

Di sebuah grup Blackberry Messanger (BBM) alumni sebuah sekolah di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, ramai didiskusikan tentang para calon gubernur dan wakil gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT). Tetapi dari beberapa calon yang maju pada pemilukada (pemilihan umum kepala daerah) itu, yang paling banyak dibicarakan grup itu adalah Christian Rotok dan Benny K Harman. Beberapa orang anggota grup mendukung Christian Rotok yang saat ini menjabat sebagai Bupati Manggarai. Beberapa lainnya lagi mendukung Benny K Harman yang adalah anggota DPR dari NTT. Kebetulan kedua orang ini sama-sama berasal dari Manggarai.

Saya sendiri tidak mendukung siapa-siapa karena tahu diri bahwa tidak mungkin saya akan memberikan suara pada pesta demokrasi tersebut. Lebih dari itu, saya ini sebenarnya apolitik. Karena itu, saya lebih menikmati saja diskusi, perdebatan, dan bahkan serangan para pendukung masing-masing kedua calon di grup BBM itu.

Tetapi, ada pernyataan yang cukup menggelitik dari seorang anggota grup itu, terutama tentang kekayaan Benny K Harman yang dilansir oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK mengumumkan bahwa jumlah harga kekayaan mantan Ketua Komisi III DPR itu sejumlah Rp 28 miliar.

Angka ini cukup mencengangkan. Paling tidak untuk anggota grup yang belajar tentang ekonomi hingga ke Australia dan kini bekerja pada sebuah perusahan asing di Jakarta itu tadi. Intinya, si teman yang terkenal lucu itu mempertanyakan jumlah kekayaan Benny K Harman. Terutama karena jumlah itu meningkat sangat signifikan hanya dalam tempo dua tahun.

Menurut hitung-hitungan dia, hampir tidak ada perusahan yang bisa mencapai keuntungan yang sesignifikan itu dalam waktu yang begitu singkat. Apalagi, hingga saat ini, Benny K Harman tidak dikenal sebagai pengusaha. Dia hanya dikenal sebagai pengacara yang memiliki kantor pengacara sendiri, sebelum masuk ke DPR sejak pemilu 2004 silam. Kalaupun dia seorang pengusaha, harus ditanyakan bagaimana cara dia mencapai “keuntungan” sebesar itu dalam waktu dua tahun.

Menurut teman tadi, sumber penghasilan hanya dikategorikan dalam dua hal yaitu legal dan ilelag. Maka harta kekayaan sebanyak itu harus diperiksa dengan benar dan transparan apakah diperoleh dengan cara-cara legal atau tidak legal.

Apalagi, pada saat bersamaan nama Benny K Harman disebut-sebut beberapa kali oleh mantan bendahara Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin baik dalam persidangan di KPK maupun saat ditanya wartawan. Benny disebutnya terima uang proyek ini dan itu. Belum lagi, Benny dipanggil dan diperiksa sebagai saksi oleh KPK dalam kasus pengadaan simulator SIM yang menjerat petinggi Polri, Djoko Susilo.

Fakta-fakta ini membuat pikiran si teman tadi, yang paham hitung-hitungan ekonomi, makin liar. Hanya saja, dia tidak sampai pada kesimpulan apakah kekayaan Benny K Harman itu diperoleh secara legal atau ilegal.

Teman lainnya juga mengeritik jumlah kekayaan Christian Rotok yang menurut laporann KPK tidak sebesar Benny K Harman. Rotok dinilai tidak jujur dalam menyampaikan laporan kekayaannya kepada KPK. Sebab menurut mereka, harta kekayaan Rotok jauh lebih besar dari yang disampaikan KPK itu. Hanya saja, mereka tidak menyertai bukti bahwa harta kekayaan Rotok memang lebih banyak dari yang diumumkan KPK itu.

Saya hanya ingin mengatakan bahwa KPK seharusnya menelusuri laporan kekayaan para calon pejabat publik itu secara benar dan teliti. Bahkan, seperti kata teman saya tadi, KPK harus menyelidiki apakah kekayaan itu didapat secara legal atau tidak. Bukan hanya mengumumkan besarannya. Ini akan sangat membantu masyarakat supaya mereka memilih pemimpin yang benar-benar bersih, bukan pemimpin yang berbakat mencuri uang rakyat. (Alex Madji)

Rabu, 06 Maret 2013

Etika Sepakbola

Yang punya etika bukan hanya politik atau pers atau dunia medis. Dunia sepakbola juga punya etikanya tersendiri. Apa itu? Ah, saya tidak ingin mengurainya panjang lebar. Tetapi saya hanya ingin menunjukkan sejumlah fakta yang memperlihatkan bahwa etika itu berjalan dalam sepakbola. Tetapi bukan dalam sepakbola di sini, melainkan di luar sana.

Pertama, dan ini yang paling segar. Pada laga leg kedua babak 16 besar Liga Champions di Old Trafford antara Manchester United versus Real Madrid, Rabu, 6 Maret 2013 dini hari WB, Cristiano Ronaldo mencetak satu dari dua gol kemenangan Madrid. Tetapi Ronaldo tidak melakukan selebrasi. Bukan karena dia galau seperti pernah dialaminya di Santiago Bernabeu. Tetapi lebih karena tidak ingin menyakiti pendukung klub yang pernah dibelanya sebelum hengkang ke Madrid.

Setelah mencetak gol, dia berjalan ke belakang gawang David De Gea sambil mengangkat kedua tangannya seolah ingin meminta maaf kepada para pendukung klub itu. Gara-gara golnya ini, MU tersingkir dari Liga Champions musim ini.

Hal yang sama dilakukan saat mencetak gol penyama kedudukan ke gawang MU pada leg pertama di Santiago Bernabeu dua pekan sebelumnya. Dia juga tidak merayakan gol tersebut. Beda sekali bila Ronaldo selesai mencetak gol ke gawang Barcelona, misalnya. Selebrasinya kadang mengjengkelkan pendukung "El Barca". Sambil lari ke pinggir lapangan, kedua tangannya menenangkan publik sambil berkata, "calm, calm." Atau, sambil lari ke pinggir lapangan dia menepuk-nepuk dadanya.

Kedua, di Liga Utama Inggris musim ini, ketika Shaun Wright Phillips mencetak gol kemenangan Queens Park Rangers ke gawang Chelsea di Stamford Bridge. Dan, itulah satu-satunya gol pada pertandingan tersebut dan kemenangan itu menjadi sangat bersejarah karena mengakhiri rekor tidak pernah menang selama 35 tahun di Stamford Bridge. Phillips adalah mantan pemain Chelsea. Setelah mencetak gol ke gawang bekas timnya, dia tidak melakukan selebrasi. Dia hanya tertunduk sambil menunggu teman-temannya mengerubutinya untuk merayakan gol itu.

Beda dengan apa yang pernah dilakukan Emmanuel Adebayor saat pemain Togo ini membela Manchester City. Ketika melawan Arsenal di Emirates, Adebayor yang pernah membela Arsenal mencetak gol ke gawang bekas klubnya tersebut. Lantas dia melakukan selebrasi yang membuat panas pendukung Arsenal. Apa yang terjadi? Adebayor dicaci maki dan menjadi musuh bersama. Bukan hanya itu, Adebayor didenda.

Jadi, saya hanya mau katakan, menjalankan etika itu sangat penting dalam profesi apa saja. Dalam politik ada etikanya. Dalam dunia pers, ada kode etiknya. Dunia kedokteran apa lagi. Tetapi tidak jarang, terutama di dunia politik, etika politik sering ditabrak dan diseruduk. Akibatnya, politik kita kacau balu dan terbelit-beli tidak karuan. Pesannya, patuhlah pada etika profesi masing-masing. (Alex Madji)

Minggu, 03 Maret 2013

Pesan Politik dari Istana

Dalam satu pekan terakhir, sedikitnya ada dua pernyataan politik dari Istana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menyusul disebutnya nama putra bungsu SBY Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas oleh Anas Urbaningrum dalam kasus Hambalang. Anas menyebutkan bahwa Ibas, panggilan menantu Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa itu, hadir dalam sebuah pertemuan di Cikeas yang membahas perihal nama-nama para penerima dana korupsi proyek Hambalang. Hadir juga dalam pertemuan itu Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin. Meskipun Amir sendiri membantah pernyataan Anas ini.

Setelah pernyataan tersebut, muncul dokumen yang beredar di publik dan menyebutkan bahwa Ibas termasuk dalam daftar penerima dana haram dari proyek Hambalang. Ayah satu anak ini disebut-sebut menerima dana senilai lebih dari Rp 8 miliar. Dokumen ini kemudian menjadi berita utama di berbagai media massa baik di Jakarta maupun di daerah. Meskipun, Ibas membantah bahwa apa yang disebutkan Anas itu tidak benar. Intinya, Ibas membantah.

Tembakan ini menyengat pihak Istana. Mereka pun "ketar ketir". Lalu muncullah sejumlah pernyataan dari Istana SBY yang menurut saya mengandung pesan politik, baik yang disampaikan oleh orang dekat SBY maupun oleh SBY sendiri. Mulai dari yang tersamar sampai yang terang benderang. Ditujukan kepada Anas dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Pertama, pernyataan yang dikeluarkan Sekretaris Kabinet Dipo Alam. Seperti biasa, Dipo Alam lebih banyak berperan sebagai "tukang pukul" setiap kali ada serangan terhadap SBY dan keluarganya. Dalam sebuah pernyataan di Kantor Presiden, Dipo Alam berujar, "Bung Anas, hadapilah masalah hukum secara baik. Ini bukan akhir segalanya. Saya harapkan tidak perlu membawa-bawa HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).” (Kompas.com, 1 Maret 2013). Dipo Alama menyebut diri sebagai alumnus HMI.

Kedua, dan ini yang terang benderang, pernyataan SBY sendiri pada Minggu, 3 Maret 2013 pagi di Bandara Halim Perdanakusuma, sebelum melakukan kunjungan kerja ke luar negeri yang disiarkan secara langsung oleh TVRI. Potongan pernyataan SBY itu, saya kutip dari detik.com:

"Ini pernyataan saya setelah saya 9 hari tidak menyatakan apapun. Barangkali baik jika dalam kesempatan ini saya menyampaikan pernyataan saya yang saya tujukan pada rakyat Indonesia. Dalam pandangan saya, urusan hukum adalah urusan hukum saya berharap Pak Anas fokus dan bersiap diri untuk menghadapi proses hukum di KPK. Pak Anas bisa melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan tim pengacara," jelas SBY.

"Tentu KPK tidak akan mengatakan Pak Anas bersalah jika di pengadilan dinyatakan tidak bersalah," lanjut SBY.

Dia menambahkan, "Kalau Pak Anas dinyatakan tidak bersalah tentu kami senang karena masalah korupsi yang menimpa sejumlah elite Parta Demokrat menjatuhkan citra Partai Demokrat. Mudah-mudahan Pak Anas dapat terbebas dari dakwaan dan dinyatakan tidak bersalah. Mari kita tegakkan proses hukum ini, segala sesuatunya berjalan dengan hukum yang berlaku."

Pernyataan SBY ini memiliki pesan yang sangat jelas dan disampaikan secara terang benderang. Tapi intinya, terlihat jelas bahwa SBY mulai melunak terhadap Anas. Kenapa? Ada dua alasan. Pertama, bila sebelumnya dia menyapa Anas dengan Saudara, kali ini dia memanggilnya Pak. Dalam konteks kultur Indonesia, sebutan "saudara" jauh lebih keras, frontal, dan agak tidak sopan. Sementara panggilan "Pak" atau "bapak" jauh lebih sopan dan lebih menghargai. Artinya, SBY menempatkan Anas pada posisi yang terhormat.

Kedua, SBY berharap Anas dinyatakan tidak bersalah di KPK. Ini diulang-ulang oleh SBY dalam pernyataannya. Tentu saja ini juga pesan untuk KPK. Pesan ini sangat bermakna karena disampaikan oleh seorang Presiden yang juga kepala negara. Tinggal bagaimana KPK menejermahkan pernyataan ini. Tetapi pesannya sangat jelas, yaitu (harapan) Anas tidak dinyatakan bersalah. Saya kutip ulang pernyataan SBY di atas, "Kalau Pak Anas dinyatakan tidak bersalah tentu kami senang karena masalah korupsi yang menimpa sejumlah elite Parta Demokrat menjatuhkan citra Partai Demokrat."

Makna lebih jauh, menurut penerawangan dan penafsiran saya, SBY minta Anas "diam" sambil fokus menghadapi saja kasus hukumnya, tanpa harus menambah daftar orang Demokrat yang ikut terseret ke KPK, apalagi ini sudah menyangkut orang lingkaran terdalamnya, yaitu putranya sendiri, Ibas. Jadi, ini sebuah ajakan damai dalam tanda petik terhadap Anas. Anas akan mengikuti proses hukum secara formal, tetapi pada akhirnya dia akan dinyatakan tidak bersalah oleh KPK. dalam konteks ini pernyataan Dipo Alam bahwa ini bukan akhir segalanya menjadi bermakna.

Ini hanya sebuah penafsiran berdasarkan pernyataan dan berita yang berseliweran di media massa. Tidak ada jaminan bahwa penafsiran ini benar. Penafsiran ini akan diuji kebenarannya dalam perjalanan waktu seiring terus bergulirnya kasus Anas versus SBY ini. (Alex Madji)

Jumat, 01 Maret 2013

Ketika Pemain, Wasit, dan Penyelenggara di Bawah Satu Atap

Kali ini saya ingin membuat catatan ringan tentang kompetisi bola voli BSI Proliga 2013. Kebetulan saya sedang meliput pekan ketiga kompetisi ini yang berlangsung di Solo, Jawa Tengah, mulai Jumat, 1 Maret sampai Minggu 3 Maret 2013 di GOR Sritex Arena. Tetapi, saya tidak ingin menulis semacam preview tengang kompetisi tersebut.

Saya hanya mau menulis soal lain di luar lapangan. Begini. Sejak tiba di Solo, Kamis, 28 Februari 2013, rombongan wartawan dan pengurus Progliga dari Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia langsung menuju penginapan di Hotel Ibis.

Teryata yang bermarkas di sini, bukan hanya penyelenggaran turnamen, dalam hal ini PBVSI dan perangkat pertandingan, tetapi juga para wasit dan pemain. Tim-tim seperti Monokwari Valeria Papua Barat, Pertamina, dan beberapa tim lagi menginap di hotel ini.

Sebenarnya tidak ada yang salah. Hanya saja, saya berpikir tentang kemungkinan terjadi "main mata" antara tim, wasit, dan petugas lapangan lainnya saat bertanding. Atau dengan bahasa terang benderangnya, ada potensi pengaturan siapa yang menang dan kalah dalam pertandingan. Bila ini terjadi maka sesungguhnya kompetisi ini berlangsung tidak fair.

Kenapa? jarak antara peserta dan pengadil lapangan terlalu dekat. Dengan jarak yang demikian, bukan tidak mungkin ada lobi-lobi atau pembicaraan di antara mereka baik saat berpapasan di restoran hotel, lobi hotel atau kebetulan pas di lorong-lorong kamar hotel. Lebih buruk lagi kalau tim peserta kompetisi menyuap para hakim lapangan supaya mengambil keputusan yang menguntungkan timnya saat bertanding.

Idealnya, para pemain nginap di tempat yang berbeda dari penyelenggaran kompetisi dan wasit. Bila perlu masing-masing tim memilih markas yang berbeda dari tim lain. Selain untuk menghindari main mata, juga agar tidak saling mengetahui taktik dan strategi oleh lawan.

Atau mungkin memang ada perbedaan dalam dunia bola voli dan sepakbola. Dalam sepakbola, skandal pengaturan skor bukan rahasia lagi. Bahkan pengaturan skor ini dikendalikan oleh sebuah mafia yang bermarkas di Singapura tetapi bekerja di seluruh dunia.

Otoritas Italia, bekerja sama dengan Interpol, sedang memburu pengusaha yang berbasis di Singpura itu yang disebut-sebut sebagai otak pengatur skor di Liga Italia dan liga-liga di Eropa. Bahkan Federasi Sepakbola Dunia atau FIFA sedang menyelidiki kasus pengaturan skor di Thailand pada laga final Piala Thai tahun lalu.

Di Indonesia, gosipnya, pengaturan skor sudah biasa dan sudah berlangsung lama. Hanya saja, belum ada kasus yang terungkap dan ditangani pihak berwajib. Bahkan pertarungan dan perpecahan di PSSI ditengarai sebagai perebutan lapak dan lahan perjudian sepakbola. Pengaturan skor adalah bagian dari perjudian itu. Saya sih berharap FIFA bisa datang ke Indonesia untuk menyelidiki skandal pengaturan skor sepakbola di negeri ini.

Kembali ke bola voli. Skandal pengaturan skor atau apapun namanya di dunia bola voli, bukan tidak mungkin terjadi. Apalagi bila penyelenggara, pengadil di lapangan, dan para pemain berkumpul dan nginap di satu tempat yang sama. Karena itu, hal seperti ini seharusnya dihindari demi menjaga mutu liga, pertandingan, dan sportivitas olahraga. Akhirnya, meski berada dalam satu atap, semoga tidak ada main mata dan pengaturan kalah menang seperti dalam sepakbola. Dan, kompetisi proliga ini berlangsung fair. (Alex Madji)