Rabu, 30 Januari 2013

Mengenang Kota Tua Lisbon


Kali ini saya ingin menulis tentang Lisbon. Terinspirasi oleh pengalaman aktris The Downton Abbey, Elizabeth McGovern yang memilih Lisbon, ibukota Portugal, sebagai tempat berlibur seperti dilaporkan oleh media Inggris “The Guardian”.

Di mata dia, kota itu indah dan cantik. Sama cantiknya dengan Paris, ibukota Prancis. Bedanya Lisbon lebih berwarna dengan orang-orangnya yang jauh lebih hangat. Menurutnya, kota ini sangat sempurna sebagai sebuah tempat liburan musim semi. Lisbon, kata McGovern, lebih hangat daripada kota-kota di Inggris. Tetapi, bila pergi pada musim semi, masih perlu pakai jas hujan karena sering diguyur hujan gerimis.

Hal pertama yang dilakukannya di Lisbon adalah mengelilingi kawasan Kota Tua lalu pergi ke pelabuhan yang sangat bersejarah. Tempat-tempat lain yang perlu dilihat adalah Torre de Belem, salah satu landmark terkenal Lisbon dan Padra dos Descobrimentos. Tetapi sebelum mengelilingi kawasan Kota Tua, tanggalkan sepatu hak tinggi Anda di rumah. Sebab jalan-jalan di sana tidak beraspal mulus, melainkan batu-batu atau semacam konblok yang tertata sangat rapih, kuat, dan kokoh.

Sementara tempat minum favoritnya di kota itu adalah Pasteis de Belem sebuah bar yang penuh sejarah sambil memutar balik memori ke 150 tahun silam. McGovern sedikit diet. Siang hari dia hanya ingin menikmati secangkir kopi dan pasteis de natas (kue tart khas portugal) di Pasteis de Belem. Untuk makan malam dia memilih “dinner” di Bica do Sapato yang juga dimiliki aktor John Malkovich.

McGovern juga ingin menyaksikan Kastil Sao Jorge. Kastil yang terletak di atas bukit itu sangat indah. Bahkan, yang terindah dari semua kastil yang pernah dikunjunginya. Dari atas kastil ini seluruh lekukan Kota Lisbon bisa dinikmati. Untuk ke sana, perlu juga menikmati tram-tram tua berwarna kuning yang masih terjaga hingga kini. Meskipun harus siap-siap jalan kaki agak mendaki hingga ke kastil.

Membaca artikel ini, tiba-tiba memori saya terbang ke kota yang pernah saya datangi pada akhir Juni 2012 lalu. Jalan-jalan mengelilingi Kota Tua Lisbon hingga sepatu sobek. Saya mengunjungi beberapa tempat yang disebut McGovern tadi. Menyusuri jalan-jalan dan menikmati seni arsitektur pada bangunan-bangunan tua di kawasan itu. Juga sempat melihat pelabuhan tempat dimana dulu seluruh kekayaan alam dari seluruh dunia, termasuk dari Indonesia, masuk ke Portugal. Lalu berfoto ria di sebuah lapangan luas di depan pelabuhan tempat di mana kekayaan-kekayaan itu dulu diperdagangkan.

Lalu di belakangnya, menghadap ke pelabuhan, berdiri gerbang megah nan tinggi tempat kekayaan-kekayaan itu masuk ke Portugal. Di balik gerbang itu ada jalan yang sangat terkenal. Namanya “Rua Augusta” (saya pernah menulis soal ini dengan judul “Segelas Bir di Rua Augusta”). Ini tempat paling ramai dan paling asyik untuk duduk sejenak setelah lelah mengelilingi Kota Tua sambil menyeruput segelas bir dingin. Akhhh….

Dalam cuaca panas yang begitu menyengat, saya jalan kaki mendaki bukit ke Kastil Sao Jorge. Tetapi sebelum sampai di sana, sempat menikmati sejumlah bangunan kuno, terutama gereja-gereja tua berusia ratusan tahun, seperti gereja tempat kelahiran Santo Antonius Padua atau yang di Lisbon disebut Antonius dari Lisboa. Di belakangnya ada Katedral Lisbon yang luas, tetapi dengan halaman yang terbatas.

Ketika terik mata hari menyengat, saya duduk di bahwa pohon-pohon rindang di atas reruntuhan kastil Sao Jorge yang sisa-sisa kemegahan masa silam masih sangat terasa. Lalu meneropong Kota Lisbon dari ketinggian lewat tele yang disiapkan di beberapa titik dan melihat kembali jalan-jalan yang tadi dilewati.

Setelah menelisik semua sudut kastil ini, saya lalu turun menggunakan minibus yang bisa masuk hingga ke depan pagar kastil. Sedangkan tram tua berwarna kuning dengan ukuran mungil seperti disebut McGovern berhenti agak jauh dari kastil. Lalu cari makan siang di dekat Rua Augusta, sebelum menelanjangi bagian-bagian lain Kota Lisbon.

Saya hanya mau megatakan bahwa kawasan kota tua yang terawat dengan baik selalu menjadi objek wisata terkenal di berbagai kota di seluruh dunia dan ramai dikunjungi wisatawan manca negara. Tidak seperti kawasan Kota Tua di Jakarta yang terabaikan dan sangat tidak terawat. Kondisinya muram dan pucat pasti. Kotor dan berbau pula.

Akibatnya, minim dikunjungi wasatawan baik lokal, apalagi manca negara. Pemerintah Kota Jakarta harus memiliki kemauan baik untuk meniru ibukota-ibukota negara lain di dunia, termasuk Lisbon yang menjadikan kawasan kota tuanya sebagai ladang uang untuk pendapatan daerahnya. Bila terawat baik, tertata indah, rapih, bersih serta pelayanan yang prima, bukan tidak mungkin si aktris cantik Elizabeth McGovern akan datang ke Kota Tua Jakarta. (Alex Madji)

Foto diambil dari The Guardian: Tram tua berukuran kecil yang beroperasi di kawasan Kota Tua Lisbon.

Senin, 28 Januari 2013

Ada Politik di Balik Penangkapan Raffi Ahmad?


Sejumlah artis yang adalah kader Partai Amanat Nasional (PAN) ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN), Minggu, 27 Januari 2013 pagi, tepatnya pukul 04.30 WIB di rumah artis dan presenter Raffi Ahmad di Lebak Bulus Jakarta Selatan.

BNN kemudian mengangkut sang tuan rumah Raffi Ahmad, Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PAN, Wanda Hamdiah, pasangan suami istri Irwansyah dan Zaskian Sungkar. Total yang diangkut polisi dari sana sebanyak 17 orang. BNN juga menemukan barang bukti berupa ganja dua linting, empat butir ekstasi, dan ineks. Karena itu, artis-artis ini diduga sedang melakukan pesta narkoba saat digerebek.

Wanda Hamida sudah terkenal sebagai politisi PAN. Sementara Raffi Ahmad adalah kader PAN yang bakal maju pada pemilu legislatif tahun depan. Dia sudah mendaftar sebagai bakal calon anggota legislatif, hanya saja belum ditentukan akan maju dari daerah pemilihan mana.

Sebelumnya dikhabarkan bahwa partai-partai politik gencar mencari dan siap menampung para artis sebagai vote getters mereka pada pemilu nanti. Partai pun berlomba-lomba menggaet artis baru untuk menambah artis-artis yang sudah lama ada di partai.

Karena itu penangkapan para artis yang juga politisi itu, terutama Raffi Ahmad, sulit terhindarkan dari persepsi liar bahwa ini terkait pemilu 2014 alias berbau politik. Karena, pertama, dari sudut waktu, peristiwa penangkapan itu dilakukan dalam tahun politik yang diwarnai dengan intensitas persaingan politik yang tinggi. Kedua, barang bukti yang ditemukan tidak terlalu signifikan. Kecuali kalau bisa dibuktikan bahwa barang-barang bukti yang disita petugas BNN dari rumah Raffi Ahmad itu adalah sisa dari pesta narkoba di tempat kejadian perkara.

Sehubungan dengan itu, pernyataan Deputi Penindakan BNN Benny Mamoto dalam konferensi pers setelah penangkapan Raffi Ahmad dan kawan-kawan, Minggu, 27 Januari 2013, patut disimak. Dia menegaskan, "Raffi Ahmad sudah lama kami intai."

Pertanyaannya, kalau sudah lama diintai, kenapa baru ditangkap sekarang? Kenapa bukan sejak awal diketahui bahwa dia menggunakan barang-barang haram itu? Itu sebabnya, pernyataan Benny Mamoto di atas secara liar bisa ditafsir sebagai ada kepentingan politik di balik penangkapan tersebut.

Lalu siapa yang order? Ini sulit ditelusuri. Biarkan persepsi publik berjalan semakin meliar atas kasus ini.

Atau paling tidak, BNN harus bisa membuktikan bahwa aksi penangkapan ini bukan atas order pihak/kelompok tertentu terkait politik 2014, melainkan murni kasus kriminal. Apalagi memang para artis kerap dengan penggunaan barang haram ini. Banyak artis sudah masuk penjara gara-gara konsumsi narkoba. Maka mari kita menunggu saja perkembangan lebih lanjutnya. Mudah-mudahan kasus ini tidak masuk angin. (Alex Madji)

Foto: Rafi Ahmad dari Lensaindonesia.com

Jumat, 25 Januari 2013

Belajar dari Seorang Megawati


Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) merayakan ulang tahunnya yang ke-66 pada 23 Januari 2013 lalu. Semua media massa online menurunkan berita tentang perayaan ulang tahun perempuan yang lahir di Yogyakarta 23 Januari 1947 itu yang sederhana.

Para pejabat teras partai yang diwawancara mengaku, memang tidak ada perayaan khusus pada perayaan ulang tahun putri proklamator, Ir Soekarno tersebut. Hanya ada acara makan siang bersama yang dihadiri keluarga dan sejumlah fungsionaris partai moncong putih di kediamannya. Meskipun ada beberapa pejabat seperti Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, Duta Besar Indonesia untuk Italia Agust Parengkuan, dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) yang datang ke Teuku Umar, tempat tinggal Megawati setelah pensiun dari presiden.

Kebijakan Megawati untuk tidak merayakan ulang tahunnya secara berlebihan patut diacungi jempol. Sebab, Jakarta baru saja dilanda banjir hebat yang menelan belasan korban jiwa. Dan, sejumlah bagian lain wilayah kota ini masih digenangi air dan bahkan terisolasi seperti wilayah Penjaringan, Jakarta Utara.

Megawati yang bernama lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri itu memilih untuk solider dengan para korban banjir. Megawati, kata seorang teman aktivis partai itu juga tidak menerima karangan bunga ucapan selamat ulang tahun.

Masih kata teman itu, dia hanya mau terima kalau karangan-karangan bunga tersebut diberikan dalam bentuk sumbangan sembilan bahan pokok atau sembako untuk kemudian disalurkan kepada para korban banjir di wilayah ibukota ini.

Pilihan untuk tidak berpesta bagi orang semampu Megawati, apalagi seorang mantan presiden, barangkali tidak mudah. Ada unsur pengendalian diri di sana. Selain itu, ada unsur senasib sepenanggungan dengan para korban banjir. Megawati memang tidak turun ke genangan air seperti para tokoh lainnya seperti Presiden SBy dan Jokowi. Tetapi barangkali dengan tidak berpesta pada hari ulang tahun adalah cara Megawati untuk solider dengan para korban banjir. Lebih bagus lagi kalau (ada) dana untuk pesta itu dialihkan untuk membantu meringankan beban para korban banjir.

Tidak banyak orang seperti itu. Ada orang berduit yang tidak mau melihat situasi sekitarnya. Tidak mau peduli pada apa yang terjadi di luar lingkungannya. Yang terpenting, dia dan kelompoknya “happy” dan senang. Megawati tidak mau berlaku seperti itu. Dia memilih untuk solider. Tidak bermegah dalam kemewahan. Ini adalah salah satu kualitas kepribadian.

Tetapi, apakah ini bagian dari pencitraan menjelang pemilu 2014? Walahualam. Terlepas dari pencitraan politik, pilihan Megawati itu patut ditiru dan diacungi jempol sambil berharap ini adalah kualitas kepribadian, bukan hanya karena menjelang pemilu 2014. (Alex Madji)

Selasa, 22 Januari 2013

Sensasi Farhat Abbas


Pengacara Farhat Abbas belum lama ini membuat sensasi. Pertama dia berkicau beraroma SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) terhadap Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di akun twitternya. Dia menyebut Ahok "Cina". Kicauan itu muncul setelah mantan Bupati Belitung Timur itu mengatakan bahwa nomor polisi B 2 DKI yang seharusnya dipakai Wakil Gubernur DKI sudah dipakai orang.

Kicauan ini menimbulkan gelombang reaksi antipati terhadapnya. Sampai-sampai Anton Tabah yang berasal dari suku yang sama dengan Ahok ikut-ikutan marah. Di sebuah stasiun televisi, saat keduanya dipertemukan dalam suatu dialog, mereka mau "berantem".

Sensasi kedua adalah ketika dia menyebut dirinya sebagai orang yang layak dan akan maju sebagai calon presiden (capres) pada pemilu presiden dan wakil presiden (pilpres) 2014 mendatang. Bahkan dia mengklaim jauh lebih unggul dari Rhoma Irama yang sudah lebih dulu mendeklarasikan diri bakal maju pada pilpres tahun depan.

Berita ini menyebar luas di media online. Komentar pembaca di bawah berita tersebut pun tidak sedikit. Hampir semua menyebut Farhat Abbas bermimpi di siang bolong. Bahkan ada yang menyebutnya sinting. Ada pula pembaca yang meminta media online untuk tidak lagi memberitakan soal hasrat Farhat Abbas menjadi capres.

Saking tidak senangnya terhadap Farhat Abbas, muncul lelucon di grup blacberry messanger (BBM) yang berbunyi begini, "Untuk mendukung Farhat Abbas yang tengah mencalonkan diri jadi calon presiden, Nia Daniaty berniat merecycle dan merelease lagu lamanya menjadi: “Lekas-lekas Ngaca."

Masih banyak orang seperti Farhat Abbas yang gemar membuat sensasi untuk menarik perhatian publik. Ini bagian dari strategi untuk tetap menghidupkan ingatan publik akan diri mereka. Maklum, sering kali Farhat Abbas menjadi news maker, terutama dalam soak perkawinannya.

Sebenarnya, untuk strategi pemasaran, hal seperti ini penting. Asal, tidak seruduk, apalagi dengan menghina orang atau institusi lain. Juga, strategi itu harus dilakukan sesuai realitas. Strategi pemasaran yang dilakukan secara terukur dan positif pasti akan menghasilkan citra yang postifi. Kalau sebaliknya, hanya akan merusak citra. Atau bahkan, apa yang mereka lakukan dan ucapkan itu hanya untuk sebuah sensasi. Tidak lebih. (Alex Madji)

Senin, 21 Januari 2013

Banjir dan Penguasaan Ruang Publik


Banjir dashat yang melanda Jakarta pada Kamis, 17 Januari 2013 menjadi cerita pilu untuk ibukota Indonesia ini. Bukan hanya karena dengan banjir wajahnya menjadi bopeng, tetapi juga dan lebih-lebih karena menelan belasan korban jiwa. Sungguh menyedihkan.

Belum lagi akibat banjir, banyak kerugian yang dialami olen negara maupun warganya. Banyak kendaraan mulai dari yang biasa sampai yang berkategori mewah rusak akibat terendam banjir. Dan, masih banyak cerita pilu lainnya.

Banjir ini tidak hanya melanda rakyat jelata yang tinggal di bantaran kali Ciliwung. Orang-orang kaya yang tinggal di perumahan-perumahan elite juga menjadi korban. Bahkan, Istana Presiden yang seharusnya steril dari banjir, tidak luput. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus gulung celana karena banjir menggenangi istananya.

Sebenarnya, ini bukan pertama kali Istana Presiden tergenang air. Pada 2007, Istana Pak SBY juga tergenang. Tetapi, reaksinya ketika itu tidak sedahsyat pada banjir tahun ini. Paling tidak hal itu terlihat dari liputan media massa terutama media televisi atas aktivitas SBY sejak Kamis 17 Januari 2013 sampai Minggu 20 Januari 2013.

Pada Kamis 17 Januari 2013, semua televisi menayangkan gambar SBY yang didampingi Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dengan celana panjang yang digulung hingga sedikit di bawah lutut beridiri di tengah genangan air di Istana Presiden.

Pada hari yang sama, media-media televisi menyiarkan secara langsung SBY berserta Ny Ani Yudhoyono melakukan tinjauan ke lokasi banjir di Rawa Jati. Dia rela celana necesnya terendam air banjir yang kuning. Tidak hanya itu. SBY, Ibu Ani, dan sejumlah menteri juga menyusuri Kali Ciliwung menggunakan perahu karet milik TNI AL. Aksi SBY ini mendatangkan decak kagum dari rakyatnya.

Sabtu, 19 Januari 2013, SBY menggelar rapat penanganan banjir di tenda pengungsian yang juga disiarkan secara langsung oleh sejumlah stasiun televisi. Dia mendengar dengan seksama pemaparan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto. Bahkan saking kritisnya, Presiden "menegur" Djoko Kirmanto untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Djokir, demikian sapaan Djoko Kirmanto di kalangan wartawan Istana Presiden, mencampuradukkan penggunaan istilah banjir kanal timur dan kanal banjir timur. Menurut SBY yang benar itu kanal banjir timur dan kanal banjir barat.

Hari berikutnya muncul gambar di media-media massa cetak yang memperlihatkan SBY mengaduk-aduk nasi di dapur umum.

Fakta-fakta di atas memperlihatkan bahwa penayangan SBY selama banjir ini sangat dominan. Saking dominannya, berita tentang banjir itu sendiri sama derasnya dengan penayangan tentang SBY di tengah-tengah banjir itu sendiri. Dengan kata lain, selama banjir ini, SBY sungguh menguasai ruang publik melalui penayangan media massa televisi.

Tokoh kedua yang cukup dominan adalah Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi. Aktivitas mantan Walikota Surakarta ini juga menjadi sorotan media. Aktivitasnya terkait banjir ini menjadi objek liputan media massa. Dia meninjau tanggul Latuharhari yang jebol, proses evakuasi korban di Menara UOB, dan masih banyak lagi selalu diikuti wartawan. Tetapi, tampak sekali dia tetap kalah dominan dari SBY.

Ada juga tokoh lain yang mencoba "mencuri" perhatian publik yaitu mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Kemunculan tokoh ini sebenarnya patut dipertanyakan. Sebab, kalau ukurannya bahwa dia adalah mantan Gubernur DKI, kenapa mantan gubernur lainnya Fauzi Bowo tidak muncul dan tidak dimintai komentar atau pendapat. Padahal, apa yang terjadi saat ini sebenarnya tidak terlepas dari kebijakan Sutiyoso selama menjabat Gubernur DKI dua periode.

Yang saya mau katakan dengan tulisan ini adalah bahwa banjir ini membawa "berkah" tersendiri bagi SBY, Jokowi dan Sutiyoso. Lebih-lebih SBY yang menguasai ruang publik. Paling tidak popularitas mereka terangkat melaui pemberitaan media massa, terutama televisi yang begitu luas. Tetapi mudah-mudahan tidak selesai dengan popularitas. Diharapkan ada perbaikan dan perubahan dalam penanganan banjir di waktu-waktu mendatang, sehingga peristiwa pilu seperti ini tidak terulang lagi. (Alex Madji)

Foto: Diambil dari Kompas.com

Kamis, 17 Januari 2013

Tiga Bloger Terkaya Indonesia

Setelah menulis tetang 10 bloger terkaya di dunia, saya ingin menulis tentang bloger-bloger kaya di Indonesia. Harus diakui sudah cukup banyak orang yang tekun di dunia blog kemudian menjadi orang kaya baru. Bahkan media-media mereka menjadi acuan dan paling disegani. Berikut adalah bloger-bloger Indonesia yang menjadi kaya raya.

Pertama, Yosef Ardi. Dia awalnya adalah wartawan harian ekonomi Bisnis Indonesia. Pada 2005 dia membuat blog berbahasa Inggris dengan nama yosef-ardi.blogspot.com. Sesuai bidang liputannya, blog ini fokus pada isu-isu ekonomi dan binis. Blog ini kemudian sukses dan dikunjungi banyak orang serta menjadi acuan mereka dalam bidang ekonomi dan bisnis.

Kemudian dia mengubahnya menjadi website berbayar (provider) dengan nama yosefardi.com dengan tetap berbahasa Inggris. Kini website itu menjadi perusahan penyedia informasi dan riset yang dibaca oleh pembaca di lebih dari 23 negara dan menjadi acuan bagi para pebisnis dari seluruh dunia terutama mereka yang berada di pusat-pusat keuangan dunia seperti New York, London, Tokyo, Seoul, Hong Kong, Singapura, Sydney, Kuala Lumpur, dan tentu saja Jakarta sebagai basisnya.

Yosef Ardi yang lahir di Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) kemudian mendirikan perseroan terbatas dan kini memperkerjakan 11 orang baik sebagai wartawan maupun peneliti. Dia juga mendirikan website berita berbahasa Inggris dengan nama Indonesiatoday.com. Sumber penghasilannya adalah dari berita berbayar dan berbagai riset.

Kedua, Aris Tadda. Pria kelahiran Palopo, Sulawesi Selatan 3 April 1981 ini adalah pendiri AstaMedia Grup yang berbasis di Makassar, Seulawesi Selatan. Pada 2005, sejak menjadi mahasiswa kedokteran Universitas Hassanuddin, Makasar, dia mendirikan bisnis periklanan berbasis blog. Untuk itu dia membuat banyak blog dengan berbagai macam tema. Sedikitnya dia mengelola lebih dari 200 blog dengan tema-tema yang lebih universal dan luas.

Di bawah bendera AstaMedia Grup, Aris memiliki Blogging School dan Internet Marketing Center. Dari hasil mengurus dan mengelola lebih dari 200 blog itu, dia meraup untung hingga Rp 200 juta per bulan.

Ketiga, Joko Susilo. Pria ini adalah pemilik jokosusilo.com, blog bisnis online dan internet marketing. Dia tergolong seorang bloger sukses. Blognya dikunjungi ribuan orang. Bahkan komentar di setiap artikel yang dimuatnya selalu di atas 100. Mencengangkan bukan?

Bukan hanya itu. Penghasilannya pun tidak sedikit, Rp 75 juta per bulan dari bisnis sederhana di internet. Hal itu diakuinya dalam laman "spesial report" blognya. Saya kutip saja di sini, "Wawancara dengan Joko Susilo, ST: 'Bagaimana Saya Mengubah Modal Rp 350.000,- Menjadi Penghasilan Rutin Rp 75 Juta/Bulan dari Bisnis Sederhana di Internet?'".

Seperti pada artikel sebelumnya, bagi Anda yang tergiur dengan penghasilan besar serperti itu, jangan membiarkan blog Anda terbengkelai. Segera bangun dan mengurusinya secara teratur. Niscaya akan memberikan hasil seperti yang diraih tiga bloger Indonesia di atas. Salam Sukses (Diolah dari berbagai sumber/Alex Madji)

Foto: Yosef Ardi (Istimewa)

Rabu, 16 Januari 2013

“Top 10” Bloger Terkaya Dunia


Selasa, 15 Januari 2013 malam, hujan menguyur rata seluruh Jabodetabek. Tetapi di kawasan Bintaro, tidak sederas di Jakarta. Di bawah suasana yang bagus itu, saya membaca sebuah majalah berbahasa Inggris terbitan Indonesia "Soewarna Digest" edisi Oktober 2012. Ada sebuah artikel menarik di sana tentang 10 bloger terkaya di dunia. Ke-10 orang ini diurutkan berdasarkan besaran penghasilan bulanannya dalam dolar Amerika Serikat (AS) dari kegiatannya “ngeblog”.

Pertama, Michael Arrington. Pria ini mendirikan TechCrunch, sebuah startup berorientasi sebagai blog teknologi pada 2005. Perkembangan selanjutnya, blog ini menjadi acuan utama untuk informasi teknologi. Kemudian TechCrunch dibeli raksasa internet AOL pada 2010. Meski sudah dibeli, Arrington tetap mengontrol TechCrunch dan menyandang status sebagai editor independen di AOL. Total penghasilannya antara 500.000-800.000 dolar Amerika Serikat per bulan.

Kedua, Pete Cashmore. Pada umur 25 tahun, Cashmore sudah menjadi blogger termuda yang paling tajir. Blognya, Mashable, fokus pada berita-berita media sosial dan teknologi dan yang menjadi terdepan dalam bidang ini. Mashable adalah salah satu dari 10 blog teknologi terbaik serta menjadi acuan utama untuk topik-topik tentang hosting dan media sosial. Total penghasilannya, baik dari iklan display maupun pay per clik (bayar per klik) mencapai 560.000-600.000 dolar AS.

Ketiga, Perez Hilton. Pria ini tidak ada kaitannya dengan kerjaan bisnis Hilton Grup. Perez Hilton adalah nama samaran dari Mario Lavandeira. Blognya fokus pada informasi tentang para selebriti, termasuk informasi yang paling rahasia dan gosip tentang para pesohor itu plus feature ekslusif yang diterbitkan secara rutin. Penghasilan Perez per bulan dari blognya mencapai 200.000-400.000 dolar AS.

Keempat, Vitaly Friedman. Bersama temannya, Sven Lennartz, pada 2006, Friedman mendirikan "Smashing Magazine" yaitu blog tentang disain dan perkembangan blog, lengkap dengan tutorial, tips, dan informasi terkait bloging lainnya. Blognya menjadi acuan utama untuk informasi sekitar perkembangan dunia web dan disain. Total penghasilannya mencapai 150.000-190.000 dolar AS per bulan.

Kelima, Timothy Skyes. Pria ini tadinya adalah seorang pedagang pasar modal yang sukses. Tetapi pada saat bersamaan dia aktif menulis dan mengupload artikel-artikel tentang investasi dan keuangan di blog pribadinya. Dia mendapat banyak uang dari bisnis offlinenya, termasuk investasi di pasar saham. Dia menjadi konsultan investasi dan analisis-analisisnya menjadi acuan. Dia juga menjual DVD tentang pelatihan investasi. Total pendapatannya mencapai 150.000 dolar AS per bulan.

Keenam, Jake Dobkin. Pria ini adalah pendiri dan pemilik blog Gothamist. Blog ini fokus pada informasi-informasi gaya hidup perkotaan. Blog ini juga membuat catatan kritis atas restoran, bar, film, event olahraga, dan gosip-gosip terhangat. Awalnya blog ini menyingkap seluruh gaya hidup perkotaan di New York, tetapi kemudian melebar ke beberapa kota besar dunia dari London hingga Shanghai.

Ketujuh, Collis Taeed. Pria ini mendirikan blog TutsPlus yang fokus pada tutorial, tips dan sumber-sumber populer soal software disain grafis, produksi musik, editing video dan sebagainya. Blog ini kemudian dikembangkan menjadi website dengan tetap pada fokus yang sama. Total penghasilan per bulannya dari iklan dan keanggotaan mencapai 55.000-120.000 dolar AS.

Kedelapan, Gina Trapani. Dia adalah satu-satunya perempuan yang masuk “top 10” bloger terkaya dunia. Perempuan ini ikut mendirikan blog Lifehacker. Dia masih rutin menulis untuk blog ini, sambil mengelola website-website kenamaan Fast Company dan Harvard Business Online. Dari blognya saja, wanita cantik ini membukukan penghasilan 110.000 dolar AS per bulan.

Sembilan, Matt Marshall. Pria ini adalah seorang wartawan berprestasi yang kemudian terjun ke dunia bloging. Dia mebentuk blog Ventura Beat pada 2006 yang fokus pada teknologi dengan sasaran pembaca para penguasha. Lebih spesifik lagi, Matt mendalami teknologi hijau dan media sosial. Kini Matt menjadi pemimpin redaksi blognya dengan total penghasilan 50.000-100.000 dolar AS per bulan.

Kesepuluh, Ewdison Then. Pria ini mendirikan blog Slash Gear pada akhir 2005 yang fokus pada gadget dan teknologi. Sekarang blog ini menempati peringkat keempat dalam daftar blog yang berkaitan teknologi dengan jutaan pengunjung per bulan. Sumber penghasilannya berasal dari iklan, bayar per klik, dan skema afiliasi.

Nah mau seperti mereka? Tinggal mulai “ngeblog” sekarang juga dan tekuni blog Anda tersebut. Jangan menunggu, karena waktu terus berlari dan tidak berkompromi dengan kita. (Alex Madji)

Foto: Gina Trapani (Sumber: lifehacker.com)

Selasa, 15 Januari 2013

Ancaman Hilangnya Simbol-simbol Kekristenan di Eropa


Selasa, 15 Januari 2013 ini saya agak sulit menemukan ide untuk dituangkan dalam blog ini. Tiba-tiba saya membaca berita online di dua media Inggris, "The Guardian" dan "The Telegraph". Isinya tentang ancaman "hilangnya" simbol-simbol kekristenan di Eropa. Yang cukup membanggakan adanya perlawanan dari negara-negara Eropa itu sendiri, terutama Inggris. Saya lalu memutuskan untuk menulis soal ini, apalagi bertepatan dengan pesta St Arnoldus Jansen, pendiri Serikat Sabda Allah atau Societas Verbi Divini (SVD), sebuah kongregasi misi, dalam penanggalan liturgi Gereja Katolik

Saat ini, Eropa sedang menunggu putusan Pengadilan Strasbourgh, Pengadilan Eropa tentang Hak-hak Asasi Manusia atau “European court of human rights” (ECHR) yang bakal melarang penggunaan simbol-simbol agama Kristen seperti salib dan rosario di tempat kerja. Pelarangan ini dinilai melanggar kebebasan beragama yang juga dijamin oleh deklarasi HAM. Sebaliknya, larangan itu justru akan mendiskriminasi kelompok Kristen karena mereka dilarang mengekspresikan kebebasan beragamanya di depan umum. Dengan kata lain putusan Pengadilan HAM itu pada saat bersamaan juga melanggar HAM.

Hebatnya lagi, pembelaan itu datang dari pejabat teras Inggris. Menteri senior Inggris Eric Pickles sangat mendukung penggunaan simbol-simbol kekristenan seperti salib dan rosario di tempat kerja. Menurut dia, agresivitas sekularisme di Eropa harus dilawan.

"Iman adalah pengarah moral yang sangat jelas dan akan sangat menguntungkan masyarakat secara keseluruhan. Ketika penganut kristen di belahan dunia lain berada dalam tekanan dan diserang karena imannya, maka saya bangga bahwa kebebasan orang untuk menghayati imannya di Inggris masih ada," ucapnya dengan bangga seperti dikutip "The Telegraph".

Dia melanjutkan, "Dalam beberapa tahun terakhir kebebasan di Inggris sudah ditunggangi oleh agresivitas arus sekularisme yang begitu kuat dan cenderung tidak toleran. Mereka melarang orang yang menggunakan salib atau rosario atau melarang orang berdoa."

"Kami menjamin akan hak-hak orang Kristen dan semua umat beragama untuk menghayati agamanya secara terbuka, menggunakan simbol-simbol keagamaan dan berdoa di depan publik," ucapnya. (Alex Madji)


Senin, 14 Januari 2013

Menunggu Hasil Konflik ARB vs AT


Senin, 14 Januari 2013, saya melihat sebuah baliho dalam ukuran sedang dipasang di Jalan Panjang, Jakarta Barat, tepatnya di atas jembatan kecil di seberang Apartemen Permata. Gambar pada baliho itu adalah politisi senior Partai Golkar yang juga Ketua Dewan Pertimbangannya, Akbar Tandjung atau yang kerap disingkat AT.

Baliho ini menjadi menarik perhatian saya terutama karena muncul hanya satu tahun menjelang pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres) 2014. Apalagi sebelumnya ada berita yang menyebutkan bahwa Akbar Tandjung "menggugat" elektabilitas Ketua Umum Partai Partai Golkar Aburizal Bakrie.

Dalam berita itu, Akbar yang pernah menjadi Ketua DPR (1999-2004) mengingatkan Partai Golkar tentang elektabilitas Aburizal Bakrie, atau yang disingkat ARB menjelang Pilpres 2014 ini, yang stagnan dan bahkan masih sangat rendah. Setelah saya melacak lebih lanjut, ternyata sebelum berita itu, sudah muncul banyak berita sebelumnya yang isinya tentang "gugatan" Akbar terhadap Ical. Jadi sudah ada konflik antara Ical dan Akbar menjelang Pilpres 2014.

Lantas, sejumlah pengurus teras partai yang pada masa Orde Baru menjadi penguasa tunggal itu pun mempertanyakan sikap Akbar yang mengeritik dan mempertanyakan elektabilitas ARB. Ada dugaan bahwa “ada udang di balik batu” kritikan pria yang memimpin Golkar pada masa-masa sulit zaman reformasi itu.

Akbar mungkin mau mengingatkan Partai Golkar agar tidak memaksakan ARB maju sebagai capres dari partai beringin pada 2014 nanti karena elektabilitas yang rendah. Tetapi peringatan itu, terasa basi. Sebab, rapat pimpinan Partai Golkar tahun lalu sudah menetapkan ARB sebagai capres. Menyusul itu, sosialisasinya pun gencar. Yang dicari sekarang adalah orang nomor dua yang bakal menjadi wakilnya.

Lantas siapa yang layak kalau bukan ARB? Dengan Baliho tadi, sulit dihindari cara baca bahwa AT masih memiliki keinginan untuk bertarung pada Pilpres 2014 nanti. Maka dia mencoba mencari peluang maju lewat Partai Golkar. Sayang, pintu itu sudah ditutup oleh kubu ARB.

Tetapi ada fakta yang harus dipertimbangkan yaitu bahwa AT masih memiliki kader militan dan loyalis di daerah-daerah, terutama di DPD Tingkat II. Bila AT bisa mengelola mereka ini, tentu saja dengan segala macam kelihaiannya sebagai seorang politikus senior, maka bukan tidak mungkin AT akan ikut bertarung pada 2014. Tetapi itu berarti bahwa akan terjadi pertarungan berdarah-darah di internal Golkar menjelang pencalon capres nanti antara kubu ARB dan AT.

Apakah benar seperti itu? Ataukah ini hanya riak-riak kecil sesaat, sementara perjalanan ARB menjadi capres 2014 akan mulus-mulus saja? Kita tunggu saja perkembangan lebih lanjut dari hiruk pikuk politik selama satu setengah tahun ke depan. Pasti seru. Hanya saja, Golkar terkenal karena memiliki kemampuan memanage konfliknya dengan sangat baik. (Alex Madji)

Foto diambil dari shnews.co.id

Jumat, 11 Januari 2013

Menpora Baru Kita Roy Suryo


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah menunjuk Roy Suryo sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga menggantikan Andi Alfian Mallarangeng. Penetapan ini sungguh mengagetkan dan sedikit tidak percaya. Roy Suryo selama ini dinilai terlalu "slengekan" dan terlampau sok tahu. Ini yang membuat dia sedikit "dibenci" oleh sebagian masyarakat. Karena itu, reaksi pertama ketika mendengar Roy Suryo menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga adalah candaan politik belaka.

Khabar bahwa Roy Suryo menjadi Menpora sudah berhembus sejak Kamis, 10 Januari 2012 sore. Pria berkumis tipis itu datang ke Istana Presiden pada pagi harinya. Mendengar khabar ini wartawan lalu bertanya melalui pesan singkat.

"Terima kasih SMS-nya. Sebaiknya ditunggu saja pengumuman resmi presiden. Meski amanah ini berat, semoga segalanya lebih baik kita semua," kata Roy saat ditanya wartawan via SMS apa benar dirinya sudah ditunjuk Presiden SBY sebagai Menpora seperti dikutip dari detik.com.

Media-media online lalu menyimpulkan bahwa pria bernama lengkap Roy Suryo Notodiprojo diangkat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga. Tetapi media-media lainnya rada sedikit hati-hati. Sebab Roy Suryo ini dikenal terlalu "ember bocor" yang bisa omong apa saja. Ada kekhawatiran bahwa SBY bisa berubah haluan dan mengambil keputusan yang lain sama sekali dari apa yang disampaikan Roy Suryo itu ke publik karena keemberbocorannya itu.

Tetapi kekhawatiran itu terbantahkan. Pada Jumat, 11 Januari 2012 siang, Presiden SBY sendiri mengumumkan bahwa Roy Suryo dinobatkan sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga yang baru menggantikan Andi Mallarangeng yang mengundurkan diri beberapa waktu lalu, menyusul pencekalan dan penetapan dirinya sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pembangunan fasilitas olahraga Hambalang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

SBY memang memiliki pertimbangan tersendiri sebagai seorang presiden seperti disampaikannya saat pengumumanan penetapan Roy Suryo sebagai Menpora. Tetapi saya kok menilai, penempatan Roy Suryo di situ tidak tepat. Pertama, karena Roy Suryo selama ini lebih banyak bergelut pada dunia telematika dibandingkan olahraga. Karena itu kapasitas dan kapabilitasnya mengurai kesembrawutan dunia olahraga di Indonesia saat ini patut diragukan. Masih banyak tokoh lain di internal Partai Demokrat yang berpengalaman dan lebih mampu mengurus olahraga dibandingkan Roy Suryo.

Kedua, Roy Suryo tidak memiliki karakter yang kuat, terutama menghadapai masalah yang dialami Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Sebab persoalan di PSSI adalah pertarungan politik tingkat tinggi. Pertarungan antara para pemilik modal dan melibatkan Partai Golkar versus Partai Demokrat. Dikhawatirkan keberadaan Roy Suryo dengan karakter yang tidak terlalu meyakinkan itu membuat kewibawaan pemerintah akan diabaikan baik oleh PSSI maupun oleh KPSI yang saling berseteru. Meskipun, Roy Suryo didukung oleh partai yang sedang berkuasa saat ini, Partai Demokrat.

Ketiga, sejalan dengan hal di atas, Kementerian Pemuda dan Olahraga sedang menghadapi badai masalah yang sangat besar. Karakter yang lemah plus kapabilitas dan kapasitas yang pas-pasan membuat dia akan tergilas juga oleh masalah-masalah itu. Bukannya menyelesaikan masalah seperti yang ditugasi SBY, tetapi justru menimbulkan masalah baru.

Tetapi, seperti saya bilang tadi, SBY memiliki pertimbangan tersendiri. Dan catatan ini hanyalah coretan dari seorang rakyat biasa pencinta olahraga. Bisa jadi penilaian ini salah dan keliru. Kalau catatan ini salah berarti SBY benar. Tetapi kalau pemilihan Roy Suryo salah, maka SBY juga yang akan menerima akibatnya pada 2014, saat pengadilan oleh rakyat terhadap Partai Demokrat, melalui pemilu. Akhirnya selamat menunggu hasil kerja Roy Suryo selama satu setelah tahun ke depan. (Alex Madji)

Kamis, 10 Januari 2013

Antara Jokowi 2014 dan SBY 2004


Lagi-lagi tentang Joko Widodo atau Jokowi. Sudah banyak artikel tentang Jokowi yang saya tulis di blog ini. Tetapi kali ini saya ingin menulis lagi tentang sosok ini, secara khusus berkaitan dengan pemilu presiden (pilres) 2014. Apalagi, Jokowi mulai disebut-sebut sebagai salah satu calon presiden (capres) pada pesta demokrasi lima tahunan itu.

Sebetulnya, isu Jokowo bakal maju pada pilres nanti sudah muncul sejak pemilihan umum kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta tahun lalu. Tetapi mulai awal 2013 yang disebut-sebut sebagai tahun politik, isu ini kembali berhembus. Bahkan, ibarat tiupan angin, bukan lagi sepoi-sepoi, tetapi sudah mulai kencang.

Beberapa hari lalu, Jokowi terpilih sebagai walikota terbaik nomor tiga di dunia, setelah berhasil memimpin Kota Surakarta selama tujuh tahun. Sesaat setelah itu, media-media online memunculkan berita apresiasi dari berbagai pihak atas keberhasilan mantan penguasa mebel tersebut. Sehari setelahnya, media-media itu mulai menyebut bahwa Jokowi bisa saja akan muncul sebagai salah satu capres 2014.

Kamis, 10 Januari 2013, misalnya, Partai Demokrat (PD) melihat bahwa Jokowi menjadi salah satu capres alternatif. "Dengan sukses dia di DKI dan juga sekarang masih terus berjuang membenahi Jakarta itu kan dia bisa jadi salah satu capres alternatif," kata Wasekjen PD, Saan Mustopa, Kamis (10/1/2013) di Jakarta seperti diberitakan Detik.com.

Ya, Jokowi memiliki kepemimpinan yang khas. Kepempinannya natural. Apa adanya. Tidak dibuat-buat. Apa yang biasa dilakukannya di Solo, diteruskannya di Jakarta. Salah satu kebiasaanya adalah pergi ke kampung-kampung yang di Jakarta kemudian dikenal dengan istilah blusukan. Gaya seperti ini kemudian “ditiru” oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Maka muncullah berita, terutama di media-media sosial, SBY blusukan ke kampung nelayan di Tangerang dan kemudian daerah Jawa Barat.

Ketika membaca berita-berita yang menyebut Jokowi sebagai salah satu capres alternatif dalam pemilu tahun depan, saya teringat cerita teman saya, seorang kader dan pengurus PDI Perjuangan dan berada pada lingkaran dalam Jokowi. Menurut teman ini, Jokowi disudah diultimatum oleh Ketua Umum Partai Moncong Putih itu, Megawati Soekarnoputri, untuk memberesi Jakarta dalam waktu dua tahun.

Hanya saja, sang teman tidak menceritakan kira-kira apa langkah lebih lanjut dari Megawati yang menjadi "pemegang saham" paling besar di PDI Perjuangan tersebut terhadap Jokowi. Tetapi teman ini mengatakan dengan bisik-bisik, Jokowi akan menjadi kuda hitam pada Pilpres 2014 mendatang. "Nanti kita lihat saja Lex," kata sang sahabat.

Apakah PDI Perjuangan akan mengusung Jokowi? Belum ada yang terang bendarang. Karena, hal itu akan sangat ditentukan oleh hasil pemilu legislatif pada April 2014. Tetapi pernyataan sang teman, seolah terkonfirmasi ketika ada pengamat politik, lagi-lagi saya baca di media massa, bahwa Jokowi harus diperhitungkan pada pilres nanti. Apalagi sosok ini sudah menjadi magnet tersendiri dalam peta perpolitikan Indonesia. Disebutkan pula bahwa sosok Jokowi menjadi nilai tambah bagi PDI Perjuangan dan menjadi jualan andalan mereka pada pemilu nanti. Paling tidak hal itu terlihat dari sejumlah hasil pilkada di daerah-daerah. PDI-P di Sulawesi Utara, masih kata teman tadi, ingin memberi gelar adat kepada Jokowi. Hanya saja Jokowi belum punya waktu untuk ke sana. Maklum efek Jokowi di provinsi yang berbatasan dengan Filipina Selatan itu, empat pilkada direbut oleh kader-kader PDI Perjuangan, termasuk di daerah-daerah yang selama ini dikuasai Golkar.

Jokowi sendiri, pada pilkada DKI Jakarta 2012 lalu memang menegaskan bahwa dia tidak akan berhenti di tengah jalan. Dia akan memimpin DKI hingga masa jabatannya berakhir. Tetapi pernyataan itu tetap saja politis. Dalam politik tidak ada yang pasti. Satu-satunya yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri, kata mereka yang senang berfilsafat. Dengan kata lain, bukan tidak mungkin Jokowi akan benar-benar muncul sebagai capres alternatif dan melibas calon-calon lain pada Pilpres 2014 nanti. Kira-kira sama dengan kemunculan SBY pada Pilpres 2014 silam yang semula tidak diperhitungkan, tetapi akhirnya mampu mengalahkan Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjadi calon incumbent. Mari kita menunggu saja seperti apa perkembangan selanjutnya. (Alex Madji)

Rabu, 09 Januari 2013

Tips Nyaman Kerja di Musim Hujan


Musim hujan sudah tiba. Rabu, 9 Januari 2013, hujan mengguyur sejak pagi. Bahkan sejak tengah malam. Bagi sebagian orang, terutama tukang ojek payung, hujan berkepanjangan seperti ini membawa berkah. Mereka mendapat penghasilan dari pekerjaan mengojek payung dengan berbagai tarif.

Tetapi bagi orang lain, hal ini menjadi malapetaka. Hujan berkepanjangan, apalagi dengan intensitas yang besar, akan menyebabkan banjir. Kalau sudah begini, rentetannya menjadi panjang. Kemacetan pasti mengular. Dampak dari ini adalah mobil mogok dan stres.

Untuk menghindari itu banyak orang memilih naik kendaraan umum atau sepeda motor. Kendaraan yang terakhir itu lebih lincah, bisa meliuk-liuk di tengah kemacetan dan bisa keluar masuk gang untuk mencari jalan yang tidak tergenang air dan tidak macet. Tetapi pada saat bersamaan, naik motor pada musim hujan seperti ini sangat tidak nyaman. Apalagi kalau harus hujan-hujanan dari rumah.

Meski sudah mengenakan jas hujan, tetap saja tembus. Seorang teman kantor saya, pada Rabu, 9 Januari 2013, misalnya, celananya basah kuyup. Kursinya harus dialasi koran. Tetapi belum 15 menit dia duduk, koran-koran itu sudah hancur. Dia terpaksa tetap bekerja dengan celana yang basah itu. Masih banyak orang lain seperti dia.

Karena itu agar tetap nyaman bekerja di kantor, meski baru saja mengendarai motor hujan-hujanan dari rumah maka perlu ada trik. Pertama, siapkan pakaian ganti dari rumah baik pakaian luar maupun pakaian dalam lengkap dengan handuk kecil. Saya melakukan hal ini. Dari rumah, saya mengenakan celana pendek. Sementara pakaian kerja plus pakaian dalam dan handuk, saya siapkan dalam tas ransel. Sebab jas hujan saya, terutama celananya, pasti bocor. Dan benar saja. Setiba di kantor, celana saya kuyup. Saya lalu masuk kamar, melepas semua pakaian yang saya pakai dari rumah, lalu mengganti dengan pakaian yang di dalam tas, baru mulai bekerja. Cukup nyaman.

Kedua, siapkan pakaian secukupnya dan sepatu di locker kantor Anda, sehingga Anda tidak perlu repot-repot bawa pakaian dalam tas. Tetapi bila di kantor tidak ada locker, maka tidak ada cara lain dari yang saya lakukan di atas.

Ketiga, bila Anda punya mobil, pakailah mobil Anda ke kantor karena pasti akan membaskan anda dari basah. Tetapi Anda harus siap mental untuk menghadapi kemacetan yang tidak terperikan dan genangan banjir di mana-mana.

Keempat, naik kendaraan umum. Tetapi basah tetap saja tidak bisa dihindari, terutama sebelum dan saat turun dari kendaraan umum. Maka, tetap siapkan pakaian ganti, terutama sepatu, di dalam tas kerja Anda supaya tetap nyaman bekerja di kantor. Akhirnya selamat mencoba. (Alex Madji)

Selasa, 08 Januari 2013

Elite yang Tidak Pernah Belajar dari Pengalaman


Dalam dua hari ini, kita menyaksikan perilaku para elite partai politik (parpol) yang sedang mengikuti verifikasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Di sana dilakukan rapat pleno hasil verifikasi terhadap calon parpol peserta pemilu 2014.
Tayangan televisi memperlihatkan wajah-wajah marah para elite partai-partai karena dinyatakan tidak lolos dalam verifikasi penyelenggara pemilu. Ada yang teriak penuh emosi, sambil membanting kertas dan dokumen milikinya. Ada pula yang membanting microfon.

Mereka menuduh KPU tidak profesional dan tidak adil dalam proses verifikasi. Bahkan ada tuduhan bahwa petugas KPU di lapangan “bemain mata” dengan partai-partai besar. Kemarahan karena kegagalan mereka semua ditumpahruahkan kepada KPU. Bahkan, ada partai yang mengancam akan menggugat satu-satunya penyelenggara pemilu itu ke Pengadilan Tata Usaha Negara.

Protes dan perilaku seperti ini terasa aneh, lucu, dan tidak pada tempatnya. Kalau mereka kecewa karena kegagalan dalam verifikasi, maka seharusnya mereka melihat diri sendiri. Sudah seberapa jauh mereka bekerja untuk memenuhi aturan perundang-undangan.

Idealnya, sejak dibentuk dan disahkan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai badan hukum, partai-partai itu terus berbenah dan betul-betul bekerja untuk memenuhi persyaratan mengikuti pemilu. Persiapan ini memang tidak bisa dilakukan dalam waktu satu tahun. Apalagi kalau hanya dalam hitungan bulan. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun sebuah partai yang baik dan benar. Selain itu dukungan dana juga mutlak perlu. Tanpa dana dan “passion”, cita-cita mendirikan partai untuk mengikuti pemilu sebaiknya dikuburkan di dalam tanah.

Tetapi yang dilakukan oleh partai-partai kecil yang teriak-teriak di KPU itu adalah bahwa mereka hanya bekerja menjelang pemilu. Empat tahun sisanya, mereka tidur panjang. Menjelang pemilu kantor-kantor partai baru dihidupkan. Padahal sebelumnya, partai-partai yang memiliki kantor dihuni jin alias kosong melompong. Tidak ada aktivitas. Sementara partai-partai yang belum memiliki kantor buru-buru mengontrak rumah orang untuk dijadikan kantor ala kadarnya. Belum lagi pengurusnya dibentuk dadakan dan asal comot. Kadang-kadang orang-orang yang dipasang sebagai pengurus itu rekaan belaka alias bohongan. Itulah praktek yang lazim dilakukan.

Karena itu, sangat tidak beralasan kalau mereka hanya teriak-teriak pada detik-detik terakhir. Sikap yang tidak elegan itu justru semakin memperburuk muka mereka sendiri. Ibarat pepatah, aksi mereka itu bagaikan buruk muka cermin dibelah. Mereka yang kerjanya tidak becus, tetapi seluruh kesalahan dilemparkan ke KPU.

Hal seperti ini terjadi setiap kali pemilu. Tetapi tidak pernah belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut. Akhirnya, kalau memang tidak siap, sebaiknya tidak mendirikan partai atau tidak aktif sama sekali di partai politik. Nafsu kekuasaan tidak harus disalurkan dengan mendirikan partai sendiri, tetapi bisa disalurkan lewat partai yang sudah mapan. Atau kalau mau mendirikan partai sendiri ya dengan syarat itu tadi, perlu kerja keras sepanjang waktu, bukan hanya menjelang pemilu dan perlu persiapan dana yang tidak terbatas. Tanpa itu, siap-siap sajalah kecewa setiap kali seleksi di KPU seperti yang disaksikan di gedung KPU, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat itu. (Alex Madji)

Senin, 07 Januari 2013

Dahlan Iskan dan Popularitas


Dahlan Iskan tidak pernah berhenti membuat kejutan. Begitu banyak gebrakan sudah dilakukannya sejak menjadi Direktur Utama PLN, hingga menjadi Menteri BUMN. Dia pernah begitu populer dengan gebrakan-gebrakannya tersebut. Meskipun samar-samar terdengar bahwa apa yang dilakukannya itu hanya pencitraan demi popularitas untuk naik ke jenjang politik yang lebih tinggi pada 2014.

Tetapi kadang saking spontannya, beberapa gebrakannya berdampak politik tidak bagus buatnya. Sebagai contoh, belum lama ini dia menuduh anggota DPR yang menjadi mitranya sebagai mafia anggaran di BUMN. Kasus ini membuat hubungannya dengan dewan yang terhormat itu tegang. Sayang kasus ini tidak berlanjut dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak mengusut lebih lanjut tuduhan Dahlan Iskan ini.

Nah, yang paling baru adalah peristiwa kecelakaan mobil listrik Tuxuci akhir pekan lalu. Setelah diruwat, mobil berwarna merah bernomor polisi DI 19 dan seharga Rp 1,5 miliar itu disetir sendiri oleh pemilik Jawa Pos Grup tersebut. Sayang, dia mengalami kecelakaan di Magetan, Jawa Timur, ketika menguji coba kendaraan berkecepatan 200 km/jam itu untuk jarak jauh ke Surabaya. Mobil berkelas "Ferari" ini menabrak tebing.

Dahlan sendiri menjelaskan, membenturkan Tuxuci ke tebing adalah pilihan terbaik. Dia melakukan itu guna menghindari jatuhnya korban nyawa, selain dirinya. Untunglah, Dahlan sendiri dan seorang penumpang lainnya yang duduk di samping kemudi juga masih selamat. Bahkan, Dahlan Iskan tidak mengalami lecet sedikit pun. DI, inisial namanya, belum mau membeberkan secara detail tentang kecelakaan tersebut. Dia berencana bicara blak-blakan tentang kasus ini pada Selasa, 8 Januari 2012.

Sebelum kasus tabrakan ini, mobil listrik rancangan insinyur Indonesia dari Institut Sepuluh November Surabaya dan pernah belajar doktoral di Amerika Serikat Danet Suryatama dan diproduksi oleh Electricar Amerika ini dipersoalkan. Diduga ada "modifikasi" terhadap mobil tersebut, karena setelah diterima mobil ini dimasukkan di sebuah bengkel. Tetapi menghadapi tuduhan itu, Dahlan bergeming.

Belum jelas benar, apa maksud dia memamerkan mobil listrik berharga sangat tinggi itu. Dan apa pula maksudnya dia sendiri yang mengemudikannya untuk sebuah uji coba jarak jauh. Tetapi rasanya kok dua kasus terakhir yang saya sebutkan di ats membuat popularitas Dahlan melorot tajam. Memang tidak ada alat ukurnya yang pas. Tetapi sebagai rakyat biasa, "kelakuan" Dahlan Iskan ini, "merusak" apa yang sudah dimulainya dengan baik sejak awal karier politiknya.

Membangun citra tidak mudah. Butuh waktu yang panjang. Tetapi merusaknya sangat gampang dan cepat. Seperti kata pepatah, nila setitik merusak susu sebelanga. Apakah itu yang terjadi dengan Dahlan Iskan. Walahualam. (Alex Madji)

Jumat, 04 Januari 2013

Angelina Sondakh Protes dengan Warna


Proses persidangan kasus dugaan korupsi pembangunan wisma atlet SEA Games Palembang yang melibatkan mantan Putri Indonesia Angelina Sondakh pada pengadilan tingkat pertama sudah mendekati akhir. Putusan akan dijatuhkan 10 Januari 2013. Selama persidangan, ada sebuah fakta menarik yang diperlihatkan Angelina Sondak dan patut ditelisik. Bukan fakta hukum, tetapi sesuatu yang lain di luar hukum.

Selama persidangan, janda Adjie Massaid itu selalu mengenakan atasan putih. Foto Harian Umum Kompas, Jumat, 4 Januari 2013 halaman 4, misalnya, memperlihatkan sosok Angelina Sondak mengenakan baju putih lengan panjang dengan rambut terurai. Begitupun pada sidang Kamis, 22 November 2012, Anggi, sapaan akrabnya, mengenakan baju putih lengan panjang yang kancing paling atas pun ditutup rapat, seperti terlihat pada foto Kompas.com.

Tribunews.com juga memperlihatkan foto Anggi dalam balutan kemeja putih lengan panjang dalam sidang Kamis 4 Oktober 2012. Dalam foto itu, Anggi sedang mengusap dahinya sambil memejamkan mata.

Foto Detik.com dalam sidang Rabu, 29 Februari 2012 juga memperlihatkan Angelina Sondakh lagi-lagi dalam balutan kemeja putih lengan panjang dengan motif garis-garis tipis sedang serius mendengar majelis hakim. Foto Kapanlagi.com juga memerlihatkan Angelina Sondakh mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan sedang berbalik arah dari meja majelis hakim dalam sidang Rabu, 15 Februari 2012.

Dari fakta-fakta itu bisa disimpulkan bahwa pilihan warna baju yang dikenakan Anggi selama proses persidangan di ruang pengadilan itu dilakukan secara terencana atau by design. Sebagai artis, Anggi pasti memiliki berlemari-lemari pakaian dengan berbagai ragam warna. Tetapi, kenapa dia selalu memilih yang berwarna putih saat menjalani proses persidangan di pengadilan? Pilihan ini menjadi semakin bermakna ketika dikenakannya di ruang sidang pengadilan. Anggi pasti mau mengatakan sesuatu dengan warna putih itu.

Untuk melihat maknanya, saya ingin memaparkan apa yang ditulis David Johnson dalam situs www.infoplease.com tentang arti warna. Menurut dia, mereka yang mengenakan pakaian berwarna putih memperlihatkan bahwa mereka suci dan tak bernoda. Putih selalu merefleksikan terang dan cerah, dan karena itu selalu menjadi warna musim panas. Pada awal abad ke-20, warna putih adalah simbol puritan atau kesucian. Meskipun di Cina, putih adalah lambang dukacita.

Warna putih, kata David, sangat favorit dalam dekorasi dan dunia fashion karena sifatnya yang natural, cerah, dan cocok dipadukan dengan warna apapun. Meskipun, warna putih itu juga cepat kotor, cepat ternoda, dan karena itu sulit dijaga tetap bersih bila dibandingkan dengan warna-warna lain.

Menurutnya, para dokter dan perawat di rumah sakit selalu mengenakan pakaian putih untuk menyimbolkan bahwa mereka selalu steril dan bersih. Sebab bagi mereka, kebersihan sangat penting.

Karena itu, dengan mengenakan kemeja warna putih, Anggi ingin menyampaikan protes terhadap jaksa, majelis hakim, dan publik. Dia mau mengatakan kepada semua yang melihatnya bahwa dia tidak bersalah. Dengan selalu mengenakan baju putih di ruang sidang dia mau mengungkapkan bahwa dirinya tidak terlibat dalam kasus korupsi yang didakwakan para jaksa penuntut kepadanya. Dengan kata lain, Anggi bersih dari masalah yang sedang disidangkan.

Anggi sah-sah saja mengatakan seperti itu dengan warna yang dipakainya di ruang sidang. Tetapi, keteguhannya itu akan diukur dan diuji dengan fakta-fakta hokum, termasuk fakta hukum yang diajukan pihak Anggi dan pengacaranya. Inilah yang akan dinilai oleh majelis hakim, bukan warna yang dikenakan Angelina Sondakh. (Alex Madji)

Foto diambil dari infospesial.net

Kamis, 03 Januari 2013

Antara Rasyid Amrullah Rajasa dan Apriani Susanti


Peristiwa pilu pada hari pertama 2013 terjadi di Jalan Tol Jagorawi. Di sana Rasyid Amrullah Rajasa yang mengemudi mobil mewah BWM X5 dalam kecepatan sangat tinggi menyeruduk Daihatsu Luxio yang berada di depannya. Akibatnya, dua orang korban tewas, termasuk seorang balita, serta tiga orang lainnya luka-luka.

Ini sebenarnya masuk kategori kecelakaan biasa. Menjadi luar biasa karena pertama, jumlah korbannya lebih dari satu. Kedua, dan ini yang terpenting, melibatkan seorang anak pejabat negara. Rasyid Amrullah Rajasa adalah putra bungsu Menteri Koordinator Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. Bukan hanya itu, Hatta Rajasa adalah besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Keberadaan Rasyid sebagai anak Hatta Rajdasa yang adalah besan SBY membuat berita kecelakaan itu menjadi sangat seksi. Selain itu, berita ini tergolong baru dibandingkan berita gebyar pesta malam pergantian tahun di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin-Medan Merdeka.

Tetapi keesokan harinya, media-media cetak ternama seperti Kompas dan Media Indonesia mengangkat berita gebyar malam pergantian tahun sebagai head line halaman satu. Hanya Seputar Indonesia yang menempatkan berita kecelakaan di tol itu sebagai head halaman satu. Pada hari kedua, Kompas yang menjadi media "opinion leader" menempatkan berita itu di halaman 26 dalam format tiga kolom pada ujung bawah halaman dengan judul "Rasyid Amrullah Tersangka Kelalaian"

Hanya media online yang terus mengupdate berita ini. Tetapi saya kok merasa pemberitaan tentang peristiwa ini kurang gencar. Lalu muncul curiga, jangan-jangan memang ada ketakutan karena kasus ini melibatkan anak penggede di negeri ini sehingga media-media utama tidak mem-blow up berita seseksi ini.

Kecurigaan itu semakin menjadi-jadi, setelah ada pernyataan dari pihak kepolisian bahwa Rasyid diduga mengkonsumsi obat maagh sebelum berkendara. Obat maagh ini diduga menyebabkan Rasyid kantuk. Apalagi Rasyid baru saja melewati malam tahun baru dengan "ngobrol" bersama pacarnya di rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, hingga jam 05.00 WIB, setelah pesta pisah sambut tahun baru di Kemang.

Tes urin polisi menyebutkan bahwa Rasyid tidak menggunakan obat-obatan terlarang. Padahal, ada gosip yang beredar luas melalui pesan Blackberry Messanger sejak Selasa, 1 Januari 2013 malam hingga Rabu, 2 Januari 2013 pagi bahwa Rasyid baru habis pesta obat-obatan terlarang. Tetapi gosip ini langsung dibantah dengan hasil tes urin aparat kepolisian tadi. Maka muncul juga berita di media online seperti diberitakan Yahoo bahwa polisi ngeles dan terkesan sangat tertutup mengenai seluruh informasi soal Rasyid ini.

Beda sekali ketika kecelakaan serupa yang melibatkan Apriani Susanti, pengemudi mobil Xenia pada 24 Januari 2012. Ketika itu, mobil yang dikemudi Apriani menabrak gerombolan orang yang baru selesai olahraga dari Monas di Jalan Ridwan Rais, tepatnya di depan Kantor Pelayanan Pajak, Jakarta Pusat.

Dari sudut jumlah korban, kasus Apriani ini memang jauh lebih banyak. Tetapi penanganan polisi terasa berbeda. Ketika itu, polisi langsung mengatakan bahwa Apriani baru saja selesai pesta dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, setelah melakukan tes urin.

Pemberitaan media terhadap kasus itu pun sangat marak dan bahkan sampai memunculkan kebencian publik terhadap Apriani akibat pemberitaan yang massif. Tetapi dalam kasus Rasyid, hal itu sangat berbeda. Dari sudut informasi dari para sumber informasi, terasa ada informasi yang ditutup-tutupi. Sampai saat ini pun, wajah Rasyid tidak bisa diintip kamera baik foto maupun televisi.

Fakta-fakta ini memperlihatkan dua hal. Pertama, tampak sekali ada pengelolaan media yang berbeda dalam kasus Rasyid dan Apriani. Dalam kasus Rasyid, tampak sekali ada pengelolaan media yang rapi. Atau sangat mungkin hal ini disebabkan oleh aksi simpatik dari keluarga Hatta Rajasa sendiri yang menggelar jumpa pers pada Selasa, 1 Januari 2013 malam. Atau mungkin juga hal ini terjadi karena ada kontrol informasi yang dilakukan petugas berwajib.

Kedua, ada kecurigaan bahwa polisi takut-takut dalam mengusut kasus ini mengingat posisi orang tua Rasyid yang begitu penting di negeri ini. Dengan kata lain, ada diskriminasi baik dari sudut pemberitaan maupun dari penanganan polisi dalam dua kasus kecelakaan ini. Lalu kapankan hukum di negara ini berlaku sama bagi semua warganya? (Alex Madji)

Foto diambil dari Berita21.com

Rabu, 02 Januari 2013

Jokowi Mencuri Perhatian Rakyat


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi kembali mendapat simpatik dari warga ibukota Jakarta, menyusul kebijakan "Car Free Night"-nya pada malam pergantian tahun dari Senin 31 Desember 2012 ke Selasa 1 Januari 2013 di sepanjang Jalan Sudirman, Thamrin, Medan Merdeka.

Ini adalah kebijakan langka dalam empat dekade belakangan. Terakhir kali yang mengosongkan jalan-jalan protokol itu dari kendaraan bermotor adalah Gubernur Ali Sadikin. Almarhum jenderal marinir bintang tiga ini menggelar acara serupa pada momen ulang tahun Kota Jakarta.

Tak pelak apa yang dibikin Jokowi itu bagaikan oase di tengah kegersangan Jakarta. Pemimpin setelah Ali Sadikin selalu menggelar pesta malam pergantian tahun di tempat-tempat yang memaksa warga mengeluarkan uang. Sejak Sutiyoso sampai Fauzi Bowo, pesta pergantian tahun selalu digelar di Ancol. Padahal, untuk masuk kawasan itu, rakyat harus merogoh kocek untuk bayar tiket masuk.

Akibatnya, pesta yang memang seharusnya untuk rakyat itu tidak bisa dinikmati oleh rakyat kebanyakan, yaitu rakyat jelata. Pesta-pesta kembang api itu dan hiburan musik hanya bisa disaksikan oleh mereka yang memiliki uang. Sedangkan rakyat jelata hanya menyaksikan melalui televisi-televisi kecil dan buram dari gubuk-gubuk pinggir-pinggir rel kereta api dan bantaran kali.

Maka dengan diadakan di jalan protokol seperti ini, warga Jakarta yang tidak punya duit pun bisa menikmati suasana pesta malam pergantian tahun yang megah secara langsung di lokasi. Laporan berbagai media menyebutkan, semua orang dari berbagai golongan dan strata sosial berbaur menjadi satu. Tidak ada sekat antara yang kaya dan miskin, pejabat dan rakyat jelata pada malam itu. Semua menjadi satu dan larut dalam kegembiraan yang sama.

Acara ini bukan hanya menguntungkan secara ekonomis, terutama bisa menghemat penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Tetapi acara ini juga sungguh-sungguh menghibur rakyat ibukota yang tengah terhimpit oleh berbagai persoalan hidup. Lebih dari itu, acara seperti ini membuat Kota Jakarta ini sedikit lebih manusiawi dan kawasan Sudirman-Thamrin-Medan Merdeka tidak hanya milik mereka yang kaya raya karena bisa melenggang dengan kendaraan-kendaraan mewah di jalan-jalan protokol tersebut.

Kegembiraan dan sambutan rakyat yang antusias, meski hujan mengguyur, serta kepuasan warga pascamelewati acara ini memperlihatkan bahwa kebijakan Jokowi tidak keliru. Malahan dengan begitu, Jokowi semakin mendapat tempat di hati rakyatnya. Apalagi laporan media massa sangat memberi kesan positif terhadap acara tersebut. Ini menjadi kredit poin tersendiri bagi Jokowi dalam memimpin Ibukota negara ini dan dia berhasil mencuri perhatian rakyatnya.

Memang belum banyak hal yang dibuat Jokowi pascadilantik sebagai Gubernur DKI 2012. Tetapi hal-hal kecil seperti ini justru semakin mempertegas model kepemimpiannya; kepemimpinan yang humanis dan merakyat. Ini akan mendapat nilai lebih, kalau dia bisa mewujudkan janji-janji kampanye Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang lalu.

Mungkin terlalu muluk mewujudkan semua janji kampanye. Tetapi bila dia sukses menjalankan satu-dua program unggulannya, misalnya membangun transportasi massal yang aman, nyaman, dan murah, serta membenahi hunian liar di pinggir kali di DKI Jakarta, maka dia pasti akan menjadi seorang pemimpin yang dielu-elukan rakyatnya.

Akhirnya, selamat berbuat lebih Pak Jokowi untuk kebaikan warga ibukota dan mengubah wajah Jakarta yang selama ini distigmakan sebagai kota yang absurd. (Alex Madji)

Foto: Diambil dari Demotix.com