Rabu, 31 Oktober 2012

Tidak Benar Tom Cruise Masuk Islam


Rabu, 31 Oktober 2012 saya mencoba menelusuri tentang Leon Osman, pemain Everton yang ikut mencetak gol ke gawang Liverpool pada derby Merseyside pekan lalu yang berakhir imbang 2-2. Saya memang penasaran dengan pemain ini. Tetapi tiba-tiba saya menemukan sebuah percakapan di Nairaland Forum yang menyebutkan bahwa bintang film Tom Cruise pindah ke Islam.

Padahal, belum lama ini (bulan ini juga) saya menulis tentang dia, terutama soal perceraiannya dengan Katie Holmes. Dalam tulisan itu saya menyebutkan bahwa Tom Cruise adalah penganut sekte Schientologist yang taat. Bahkan, gara-gara agama ini yang "dipaksakan" untuk dianut putri mereka, Suri, menjadi penyebab perceraian keduanya. Kini Katie yang tadinya penganut Katolik tinggal di New York dan kembali memeluk Katolik.

Saya lalu mencoba mencari tahu kebenaran informasi ini. Rekan sesama artis dan satu sekte dengan Tom Cruise, John Travolta langsung membantah gosip ini. "Saya tidak percaya dia melakukan ini. Tom adalah seorang penganut Scientologist yang sempurna. Bukan hanya itu. Dia sudah berada pada level ke-9 Xenu Warrior Wizard. Bagaimana mungkin dia bisa keluar dari itu semua," argumen John Travolta sengit menanggapi gosip murahan tersebut.

Rumor yang sama juga pernah ditanyakan anggota answers.yahoo.com. Seseorang yang menggunakan akun DapperDo menanyakan, "Rumor membanjiri sekolah saya, katanya Tom Cruises sudah resmi menjadi muslim. Apakah ada orang yang mengetahui ini atau ada komentar?"

Menjawab pertanyaan ini, banyak sekali anggota forum menjawab yang pada intinya menegaskan bahwa rumor itu tidak benar. Anggota forum itu yang menggunakan akun !*ZOEY*!, misalnya mengatakan, "Tidak, saya tidak pernah mendengar itu. Itu mungkin hanya sebuah rumor di sekolah Anda. Tom itu penganut Scientologist".

wiki.answers.com juga membenarkan bahwa Tom Cruises masih seorang penganut Scientologist. Begitu juga my.gurl.com. Seseorang yang menggunakan akun gURLstaff_alli di grup itu mengatakan bahwa gosip itu tidak benar. Sumber gosip itu, kata dia, adalah uncyclopedia. Kata "un" saja menunjukkan bahwa informasi itu tidak benar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Omar Mukhtar di Ummah Forum (ummah.com) juga menilai gosip itu adalah khabar angin yang sama sekali tidak benar. Peserta lain di forum itu juga menilai, itu fiksi belaka. Anggota lainnya lagi mengatakan, ini rumor lama. Tom Cruise masih menganut Scientologist.

Dari semua informasi yang saya dapatkan di atas bisa dipastikan bahwa Tom Cruise tidak pindah ke Islam dan dia masih menganut Scientologist. Rumor seperti ini ditiupkan karena ada semacam tren di kalangan selebriti dunia untuk gonta ganti agama, sama seperti kegemaran mereka gonta ganti pasangan hidup. (Alex Madji)






Senin, 29 Oktober 2012

Mimpi "TIJ" di Tengah Maraknya Media Online


Pertumbuhan media online di Indonesia makin subur. Setelah sekian banyak media online muncul, Satu lagi media online "The Indonesian Journalist" (TIJ) meluncur ke publik Indonesia bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2012. Karena itu, tema yang diangkat redaksinya untuk edisi perdana ini adalah Sumpah Pemuda.

Sejumlah wartawan senior dari berbagai media ikut bicara soal topik ini. Pemimpin Redaksi Suara Pembaruan dan Investor Daily Primus Dorimulu menulis "Jika Saya Presiden". Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Trias Kuncahyono menulis tentang "Zaman Edan dan Gerakan Mahasiswa". Sementara wartawan senior Mayong Suryolaksono menulis tentang "Nasionalisme Hanya Pepesan Kosong".

Masih ada beberapa pemimpin media online lainnya yang menulis di situ dengan judul tulisan yang bervariasi dan menguliti Sumpah Pemuda. Selain mereka, ada juga pengamat dan analis, tokoh agama, dan aktivis gerakan, seperti Direktur Eksekutif KPPD yang juga pakar dan pengamat Otonomi Daerah Robert Endi Jaweng, tokoh agama seperti KH Maman Imanulhaq, dan Noviandy Ginting, Ketua Presidium GMNI periode 2011-2013.

Narasumber utama untuk media baru ini adalah wartawan karena memang dia dibidani oleh para jurnalis. Bukan hanya itu. Arah media ini adalah dari, oleh, dan untuk jurnalis. Hal itu tergambar oleh tulisan sang Pemimpin Umum AM Putut Prabantoro yang mengklaim bahwa "Situs opini ini memang merupakan yang pertama di Indonesia dengan menitikberatkan wartawan sebagai narasumber. Rekan-rekan wartawan yang bergabung dalam TIJ melihat bahwa banyak rekan wartawan bahkan wartawan senior yang memiliki pemikiran baik dan mengagumkan untuk Indonesia. Namun sayang, mereka tidak memiliki ruang di medianya masing-masing karena terikat pada aturan kode etik jurnalisme dalam berkarya."

Putut melanjutkan, "Kami memulai dengan cara yang sederhana dan berharap bahwa yang sederhana ini akan mengubah cara pandang, berpikir dan bertindak bangsa ini dalam melihat dirinya. Tak perlu bertanya lagi, apakah kita peru berubah atau tidak. Yang perlu ditanyakan seberapa cepat kita berubah. Kecepatan perubahan ini akan menentukan ketahanan diri bangsa Indonesia untuk tetap berdiri tegak di tengah-tengah persaingan nilai-nilai global."

"Tanpa harus menggurui, apa yang dimuat dalam The Indonesian Journalist.com hanyalah sumbangsih kecil dari para kuli berita yang merasa prihatin akan masa depan negara, bangsa dan masyarakatnya yang tanpa tersadar sudah masuk dalam persaingan sengit Amerika dan Cina," tulis Putut lebih lanjut.

Ditutupnya, "Kami ingin bangsa dan negara ini mampu berdiri tegak dengan kekuatan sendiri di antara negara-negara lain dan pada akhirnya mampu menyejahterakan rakyatnya seperti yang dimaksudkan sila kelima Pancasila. Seperti peribahasa latin yang mengatakan, Quique Aliis Cavit, non Cavet Ipse Sibi - Siapa yang Suka Mengurusi Urusan Orang Lain, berarti Tidak Mampu Mengurus Dirinya Sendiri."

Meski menggunakan nama berbahasa Inggris, media ini semuanya ditulis dalam Bahasa Ingdonesia. Model huruf pada tulisan "The Indonesian Journalist" dengan tagline "jurnalisme tedas" juga mirip dengan "The New York Times", tetapi media ini tetaplah media berbahasa Indonesia. TIJ memiliki 13 kategori utama yaitu Merdeka, Kota Nusantara, Ekonomi, Politik Hukum, Humaniora, Pantura, Inspirasi, Perempuan, Jejak, Kesehatan, Lingkungan, Galeri, dan Resensi.

Pada kemunculan pertamanya ini, TIJ belum berbadan hukum. Paling tidak di laman Meja Redaksi, belum tertera badan hukum yang menerbitkan TIJ seperti CV atau PT. Sumber di dalam TIJ sendiri menyebutkan bahwa badan hukum ini dalam bentuk perseroan terbatas sedang dalam proses pengurusan dan baru akan rampung dalam waktu tiga bulan.

Di "Meja Redaksi" hanya tertulis awak redaksi dengan pemimpin Redaksi Algooth Putranto, mantan wartawan Bisnis Indonesia, Wakil Pemimpin Redaksinya Alexander Mering dan Redaktur Pelaksana Tunggul. Belum ada/belum tertulis awak redaksi seperti di media-media online lainnya atau media cetak. Sementara Putut Prabantoro bertindak sebagai pemimpin umum.

Sebagai media baru, TIJ memang masih perlu banyak pembenahan baik dari sudut isi maupun tampilan agar lebih menarik, lebih memikat, dan merangsang pembaca untuk kembali dan kembali lagi setelah kunjungan perdana. Meski demikian, tidak ada kata lain selain kata Salut dan bravo atas penerbitan TIJ dengan satu harapan semoga bisa bertahan dalam persaingan media online yang menjamur dalam mewujudkan mimpi-mimpi besarnya. (Alex Madji)

Foto: Alex Madji

Kamis, 25 Oktober 2012

Makna Sebuah Idul Adha


Jumat, 26 Oktober 2012 adalah hari raya Idul Adha atau hari raya kurban. Wikipedia memberi penjelasan tentang Idul Adha begini, "Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika nabi Ibrahim (Abraham) yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk Allah, akan mengorbankan putranya Ismail, kemudian digantikan oleh-Nya dengan domba."

Dilanjutkan, "Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya."

"Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat Islam. Pusat perayaan Idul Adha adalah sebuah desa kecil di Arab Saudi yang bernama Mina, dekat Mekkah. Di sini ada tiga tiang batu yang melambangkan Iblis dan harus dilempari batu oleh umat Muslim yang sedang naik Haji. Hari Idul Adha adalah puncaknya ibadah Haji yang dilaksanakan umat Muslim," tulis Wikipedia lebih lanjut.

Sehari menjelang Idul Adha 2012 ini, seorang teman saya yang adalah ahli Kitab Suci Agama Kristen Hortensius Mandaru pada dinding Facebook-nya menulis begini, "Dgn (dengan) mengurbankan kambing (hewan kurban), Nabi Ibrahim tdk (tidak) jadi mengurbankan Nabi Ishmail (atau nabi Ishak dlm versi Yudeo-Kristiani). Pesannya abadi: Tidak boleh 'mengurbankan' manusia sbg (sebagai) bukti ketaatan kepada Allah."

Di bawah status itu seorang rekan lainnya Ansel Alaman menulis, "Betul Kraeng (sebutan paling hormat untuk seorang pria dewasa laki-laki) Tensi, tanda taat pada Allah tidak boleh korbankan sesama bahkan eksploitir alam. Dalam konteks itu, toleransi, persaudaraan dan solidaritas wangsa Abrahamik (Yahudi, Kristen,Islam) adalah keharusan."

Jadi cerita kurban ini tidak hanya ada pada Islam, tetapi juga pada Kristen, dan Yahudi (agama-agama samawi). Maka refleksi universalnya (untuk saya) adalah bahwa ketaatan pada Allah jangan sampai mengurbankan sesama manusia. Kemanusiaan yang adalah nilai-nilai universal harus menjadi titik berangkat semua umat beragama di seluruh dunia untuk menciptakan keadilan dan perdamaian di muka bumi ini. Akhirnya, selamat merayakah hari raya Idul Adha bagi teman-teman Muslim. (Alex Madji)

Rabu, 24 Oktober 2012

Apa Agama Stephan El Shaarawy?


Stephan El Shaarawy adalah bintang muda dan menjadi andalan AC Milan musim ini, setelah kepergian Zlatan Ibrahimoic ke Paris Saint-Germain pada musim panas lalu. El Shaarawy menjadi pencetak gol utama klub itu, meskipun masih terseok-seok di awal musim ini.

Nah, melihat nama berbau Timur Tengah, El Shaarawy, pikiran orang mungkin langsung menilai bahwa dia adalah seorang muslim karena ada darah Timur Tengah yang mengalir pada dirinya. Ya, El Shaarawy adalah warga negara Italia keturunan Mesir. Dia lahir pada 27 Oktober 1992 di Savona, Italia dari seorang ayah keturunan Mesir dan ibu orang Italia.

Penilaian itu seolah-olah mendapat pembenaran bila menyimak jawaban media online, seperti Answers.com. Menurut media ini, Stephan El Shaarawy adalah seorang muslim, tetapi tidak memberi penjelasan atas jawaban tersebut. Sementara di www.nada5.net pernah mengajukan poling sederhana dengan pertanyaan ini, "Apakah agama Stephan El Shaarawy?" Apakah dia Muslim, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, atau Ateis? Jawaban terbaik pilihan pemilih dalam poling sederhana itu adalah:

"Saya tidak tahu. Saya kira dia muslim, tetapi saya tidak yakin dengan itu. Saya kira dia adalah seorang pemain yang bagus, pemuda yang luar biasa. Dia sedang bertumbuh dan dia bisa menjadi seornag pemain hebat. Dia baru 20 tahun. Kariernya masih panjang. Dia masih pada awal kariernya. Saya seorang pendukung Milan dan berharap El Shaarawy (yang juga digelari Pharaon atau il faraone dalam Bahasa Italia) akan membuat tim kami kembali ke posisi yang bagus karena tim kami saat ini sedang dilanda masalah dan mengalami situasi yang sangat sulit setelah Thiago Silva, Ibra dan semua generasi terdahulu meninggalkan "San Siro"."

Jawaban ini seakan-akan mengingatkan pembaca untuk tidak terlalu terburu-buru mengamini jawaban seperti yang disampaikan Answers.com di atas tadi. Sebab ada fakta lain yang disajikan wikipedia. Ensiklopedia online itu mengukapkan bahwa berdasarkan data 2007, imigran Mesir di Italia berjumlah 3.374 orang. Kebanyakan mereka berasal dari Alexandria, Kairo, Suez, dan Port Said.

Keturunan Mesir di Italia menggunakan Bahasa Italia sebagai bahasa utama, sedangkan Bahasa Inggris, Arab, dan Prancis sebagai bahasa kedua. Tetapi generasi barunya menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa utama, sedangkan Bahasa Italia sebagai bahasa kedua.

Sementara dari sudut agama, dan ini penting, menurut Wikipedia, hampir seluruh warga Italia keturunan Mesir beragama Katolik. El Shaarawy sendiri memang tidak mengungkapkan secara terus terang apa agamanya. Tetapi tidak sedikit juga yang mengira-ngira bahwa dia adalah seorang katolik karena ibunya adalah seorang perempuan Italia yang menganut Katolik. Jadi, apa agama Stephan El Shaarawy? Untuk sementara belum ada jawaban yang pasti. Saya hanya mengungkapkan sejumlah fakta, silahkan mengambil kesimpulan sendiri-sendiri. (Alex Madji)

Selasa, 23 Oktober 2012

Menyongsong Kematian Media Cetak


Senin, 22 Oktober 2012 saya tidak ke kantor. Tepar karena flu berat sampai suara hilang. Itu sebabnya saya alpa mengisi blog ini. Selasa, 23 Oktober 2012 ini saya aktif kembali dan ingin menulis tentang perkembangan dunia media massa saat ini.

Perkembangan media cetak di dunia sekarang ini mengalami stagnasi, menyusul munculnya media televisi dan, terutama, internet. Kemajuan teknologi komunikasi membuat bisnis media massa cetak kelimpungan. Pekan lalu diberitakan bahwa majalah bergengsi Newsweek akan segera menghentikan edisi cetaknya. Dia memulai terbit online (digital), setelah 78 tahun terbit secara off line.

Bukan hanya Newsweek. Banyak media besar dunia yang mencoba melakukan penghematan, menyusul macetnya sirkulasi yang berbuntut pada semakin berkurangnya pendapatan dari iklan dan juga dari sirkulasi itu sendiri. Penghematan itu antara lain dilakukan dengan cara mengubah ukurannya atau resizing. Stagnasi ini berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawan. Bahkan tidak sedikit media yang akhirnya gulung tikar sebagai dampak dari kemajuan teknologi dan perkembangan new media.

Lalu untuk survival, media-media itu kemudian membuat strategi baru dengan membuat digitalisasi atau versi online. Tujuannya untuk menjaring pembaca lebih banyak dan diharapkan iklan pun kembali naik. New York Times sudah melakukan itu, juga Newsweek.

Kondisi Indonesia
Kondisi di dalam negeri, setali tiga uang. Media-media cetak mengalami stagnasi. Sirkulasi tidak beranjak naik, bahkan cenderung menurun. Pendapatan dari iklan juga menurun. Beberapa media massa cetak terancam gulung tikar, karena pemasukan kurang, sementara beberapa lainnya sudah mati terlebih dahulu, seperti Sinar Pagi dan Berita Buana. Meskipun, beberapa media cetak baru bermunculan seperti harian Jurnal Nasional dan Seputar Indonesia di Jakarta, Harian Jogja dan Warta Jateng di Jawa Tengah, sertai berbagai tribun terbitan Kelompok Kompas Gramedia.

Stagnannya media cetak dan maraknya pertumbuhan media online sekaligus memunculkan pemain-pemain baru dalam bisnis media. Orang yang tadinya hanya wartawan biasa atau bahkan bukan siapa-siapa tiba-tiba menjadi pemilik media dan langsung menyodok ke pemain media papan atas. Sebut saja sebagai contoh, Detikom yang meraih sukses di pasar sejak berdiri 1998. Apalagi setelah Detikom dibeli CT Group dan berada di bawah Tranc Corporation.

Setelah Detikom, muncul berbagai media online baru. Sebagian tidak bertahan lama, tetapi sebagian lagi langsung mendapat tempat di pasaran seperti Vivanews.com (Kelompok Bakrie), Inilah.com (Inilah Group), Okezone.com (MNC) atau Merdeka.com (KapanLagi Grup).

Bahkan ada media online yang bermula dari blog dan melejit menjadi media yang disegani dunia. Sebut saja yosefardi.com yang bermula dari yoserardi.blogspot.com. Blog ini kemudian menjadi newswire atau semacam kantor berita berbayar khusus dalam bidang analisis ekonomi. Dia menjadi acuan bagi para pebisnis dan pengambil kebijakan keuangan di seluruh dunia.

Menghadapi perkembangan seperti itu, para pemilik media massa cetak mulai mengembangkan versi digitalnya seperti yang dilakukan Kompas.com yang terhitung sukses dan menjadi media berita online nomor dua di Indonesia setelah Detikom. Kemudian muncul Tempo.co, mediaindonesia.com, republika.co.id yang perkembangannya lumayan bagus.Jawa Pos Grup mengembangkan JPPN dan koran daerah KKG mengembangkan Tribunnews.com.

Apa yang dilakukan para pemain media cetak utama di Indonesia ini adalah antisipasi tren umum menurun tajamnya oplah media cetak. Banyak pihak yang meramal bahwa cepat atau lambat media cetak akan mati. Tanpa proses digitalisasi, maka media-media cetak yang akrab di telinga Anda selama ini kemungkinan hanya akan tinggal nama.

Nah, bagi Anda yang ingin menjadi pengusaha, ini adalah peluang untuk berbisnis yaitu bisnis media online. Banyak orang sudah menangkap peluang ini. Tetapi tidak ada salahnya kalau Anda juga memulai dari sekarang. Siapa tahu, Anda akan menjadi salah satu pemain media massa di luar mereka yang menguasai pasar saat ini. Ayo, selamat mencoba. (Alex Madji)

Jumat, 19 Oktober 2012

Ketidakjelasan Agama Untungkan Obama


Masalah identitas agama Presiden Barack Obama kembali menyeruak menjelang pemilu presiden (Pilpres) Amerika Serikat bulan depan. Obama akan maju dalam Pilpres tersebut untuk periode keduanya melawan calon dari Partai Republik, Mitt Romney.

Ketika muncul untuk pertama kalinya sebagai calon presiden dari Partai Demokrat pada 2008 silam, agama Obama juga diobok-obok. Banyak yang menduga bahwa dia adalah seorang muslim karena ayah dan ayah tirinya adalah seorang muslim. Apalagi di antara Barack dan Obama terselip nama Husein dan dia pernah tinggal dan sekolah di Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk Islam terbanyak di dunia.

Tetapi menjawab semua tuduhan itu, Barack Obama sudah menegaskan bahwa dia adalah seorang Kristen, pengikut Yesus Kristus. Sebagai senator dia disumpah di atas injil. Begitupun saat menjadi Presiden, dia juga disumpah di atas injil.

Tetapi menjelang pemilu bulan depan, agama Obama kembali dipertanyakan. Pasalnya, dalam sebuah poling yang dilakukan Pew Research Center dan diberitakan Deseret News (deseretnews.com) pada Jumat 27 Juli 2012 pukul 5:09 sore waktu Amerika serikat, disebutkan bahwa jumlah pemilih yang meyakini Obama muslim meningkat dari posisi terakhir pada Oktober 2008 silam.

Padahal dalam poling itu, mayoritas responden menginginkan bahwa Presiden Amerika Serikat adalah seorang yang religius. Tetapi 31 persen pemilih mengaku tidak tahu agama yang dianut Barack Obama. Sementara 17 persen lainnya mengenalnya sebagai seorang muslim. Hanya kurang dari 49 persen yang mengidentifikasinya sebagai seorang Kristen. Benar bahwa dia seorang Kristen, tetapi angka ini turun dari 55 persen pada akhir 2008 silam.

Pada Oktober 2008, sebanyak 12 persen peserta poling dari kalangan Partai Demokrat yang dilakukan Pew Research Center mengenal Obama sebagai seorang muslim. Angka ini meningkat menjadi 17 persen pada poling beberapa bulan lalu.

Sementara di kalangan pemilih Repulik, angka itu jauh lebih besar lagi. Sebanyak 30 persen kelompok Repulik percaya bahwa Obama sebagai seorang muslim atau naik 14 persen dari 2008.

Bila agama Obama masih menjadi teka teki, meski sebenarnya sudah jelas, maka Mitt Romney lebih pasti. Sebanyak 60 persen responden mengenalnya sebagai seorang Mormon.

Seperti di Indonesia, masalah keterkaitan agama dengan politik di Amerika Serikat sangat tinggi. Bahkan sejumlah analis menilai, posisi agama Obama “yang tidak jelas” itu sedikit menguntungkan Obama sendiri.

Sebab, poling terakhir Pew Forum on Religion & Publik, seperti ditulis blog ini pada Rabu 10 Oktober 2012 lalu) menyebutkan bahwa jumlah kelompok Protestan di negeri Paman Sam itu merosot tajam ke angka 48 persen dalam lima tahun terakhir. Inilah untuk pertama kalinya jumlah kelompok agama mayoritas di negara itu berada di bawah 50 persen. Sedangkan kelompok Katolik tetap dengan 25 persen, sementara yang bertumbuh signifikan adalah kelompok tidak beragama yaitu dari 15 persen menjadi 20 persen dalam lima tahun terakhir.

Kelompok ini diyakini menjadi salah satu lumbung suara Barack Obama pada Pilpres AS bulan depan itu. Nah, apakah analisis seperti ini benar, kita tunggu saja hasilnya. (Alex Madji)

Rabu, 17 Oktober 2012

Stadion Nasional Warsawa yang Megah Itu


Rabu, 17 Oktober 2012 pagi, saya membaca berita tentang penundaan pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2014 antara Polandia versus Inggris di Stadion Nasional Warsawa, Polandia. Membaca berita ini, tiba-tiba pikiran saya melayang ke stadion termegah di negara Beato Yohanes Paulus II itu.

Saya berada di dalam Stadion tersebut untuk menyaksikan laga semifinal antara Italia versus Jerman Piala Eropa 2012 pada Jumat, 29 Juni 2012 malam waktu setempat atau Sabtu, 30 Juni 2012 dini hari WIB.

Sebenarnya, sejak tiba di Warsawa pada 20 Juni 2012, saya tidak berani pergi ke sekitar stadion tersebut. Saya khawatir pengamanannya begitu ketat. Apalagi saya tidak mendapat akreditasi dari Federasi Sepakbola Eropa atau UEFA untuk meliput pertandingan Piala Eropa. Padahal, jarak antara Fan Zone di pusat kota dengan stadion itu hanya sepelemparan batu jauhnya. Bisa ditempuh dengan jalan kaki. Bisa juga dengan trem atau bis yang langsung turun di mulut stadion.

Pada laga perempat final antara Portugal melawan Republik Ceko di stadion tersebut, saya hanya merasakan gegap gempita para pendukung kedua tim di kawasan Kota Tua Warsawa. Di sini para pendukung akur. Tidak ada saling ejek, apalagi tawuran antar pendukung seperti di Indonesia. Bahkan, mereka duduk satu meja untuk menikmati bir sebelum menyaksikan aksi para pemain kesayangannya pada malam hari di stadion tersebut. Tetapi saya hanya menyaksikan laga perempat final Portugal versus Ceko itu di Fan Zone.

Saya baru memberanikan diri bepergian ke stadion kebanggaan warga ibukota Polandia itu pada laga semifinal antara Italia dan Jerman pada Jumat, 29 Juni 2012. Pagi-pagi sekali saya sudah berangkat dari Partos Hotel yang terletak di Jalan Mangalia 3 ke Fan Zone. Dari situ saya berjalan kaki ke arah Stadion Nasional Warsawa melintas di atas Sungai Wisla yang membelah Kota Warsawa.

Sejak pagi, kesibukan sudah mulai tampak di sana. Sejumlah wartawan berakreditasi UEFA mulai hilir mudik di sekitar stadion. Sementara saya mencoba memberanikan diri melintas di luar pagar stadion, sambil khawatir jangan-jangan ada petugas yang akan menghentikan saya. Begitu merasa aman, saya meminta seorang ibu dengan anak gadisnya yang membawa bendera Swedia memotret saya di depan stadion itu. Belakangan saya baru tahu ibu dan anak itu ternyata orang Polandia.

Ramai

Kemudian saya menyusuri jalan di sisi kiri Stadion kembali ke Kota Tua dan Fan Zone melalui jalan dan melintasi jembatan lain Sungai Wisla. Sebuah perjalanan yang melelahkan tapi sekaligus mengasyikan. Begitu tiba di Kota Tua dan Fan Zone, pendukung Jerman sudah banyak. Mereka menguasai hampir seluruh restoran baik di sekitar Fan Zone maupun di Kota Tua. Mereka berpesta. Seolah mereka sudah menang sebelum laga.

Dari obrolan dengan para pendukung Jerman yang membanjiri Warsawa hari itu, mereka begitu optimistis. Meski terselip sedikit kecemasan karena Jerman tidak pernah mengalahkan Italia pada turnamen-turnamen resmi. Sementara pendukung Italia tidak terlalu tampak. Kalaupun ada, jumlah mereka tidak terlalu banyak.

Menjelang sore, sekitar pukul 15.00 waktu setempat atau 4,45 jam sebelum laga dimulai, saya kembali berjalan kaki menuju stadion. Kali ini makin banyak orang menuju ke sana. Sesampai di sana, para penjual tiket sudah menumpuk di pintu gerbang. Mereka menawarkan tiket pertandingan tersebut.

Seorang pria asal Jepang menawarkan tiketnya kepada saya. Dia bercerita bahwa dia memiliki dua tiket yang dibelinya secara online. Tetapi dia ingin menjual satunya. Sayang, harganya terlampau mahal, 350 dolar Amerika Serikat untuk sebuah tiket tribun atas.

Saya lalu bergeser dari situ, menjauh sedikit dari gerbang. Pada bagian lain, ketika sedang berdiri menyaksikan ribuan orang yang tiada putusnya mengalir ke stadion, tiba-tiba seorang pemuda Polandia menawarkan tiket kepada saya. Saya cari tiket yang berharga 200 dolar Amerika Serikat. Saat itu, pemuda tersebut mengaku ada tiket seharga itu. Dia lalu pergi sambil miminta saya menunggu. Tak lama berselang, dia kembali. "Tiketnya sudah terjual," ucapnya dalam Bahasa Inggris patah-patah.

Kira-kira satu jam, kami bertemu lagi. Dia lagi-lagi menawarkan tiket. "Masih cari tiket? tanyanya. "Iya," jawab saya, seraya melanjutkan, "tetapi yang maksimal harganya 200 dolar." Dia kemudian mengeluarkan tiketnya dan saya membayar dengan 200 dolar. Harga asli tiket itu sebenarnya adalah 150 euro atau kalau dikurskan ke dalam dolar Amerika Serikat, kira-kira hampir 200 dolar juga.

Masuk Stadion

Begitu mendapat tiket, saya langsung berdesakan dengan ribuan orang lain yang berebutan masuk ke stadion. Pemeriksaan dilakukan dua lapis. Pertama hanya periksa tiket. Begitu bisa tembus desakan manusia yang begitu banyak dengan bau bir yang menyengat, pada periksaan lapis kedua, tas digeledah. Seluruh isinya dikeluarkan. Setelah diperiksa, ternyata tas juga tidak boleh dibawa ke dalam stadion. Terpaksa harus dititip di loket yang sudah disediakan dan harus mundur.

Padahal isi tas saya banyak. Selain laptop, ada uang, kamera, dan beberapa buku panduan Kota Warsawa. Setelah dijamin aman, saya mengeluarkan kamera karena dibolehkan bawa kamera ke dalam stadion, lalu tas saya tukar dengan kartu penitipan. Setelah semua beres, baru saya antri lagi untuk pemeriksaan, sebelum akhirnya lenggang kangkung ke dalam stadion.

Saya masuk ke stadion itu sebenarnya dengan sedikit tergesa-gesa, karena akibat antri dan pemeriksaan yang cukup lama, pertandingan sudah siap dimulai. Seketika itu juga saya menyaksikan keindahan dan kemegahan serta nyaman. Begitu masuk suasana sudah riuh. Seluruh kursi terisi penuh. Saya harus dengan susah payah mencari tempat duduk yang tertera dalam tiket. Jalur kursi saya sebenarnya sudah berhasil ditemukan, tetapi ternyata dia berada pada nomor tiga dari ujung sana dan untuk sampai ke sana harus melewati sekian banyak orang yang sudah duduk manis di kursinya.

Karena takut mengganggu yang lain, petugas di situ meminta saya untuk keluar lagi dan masuk dari lorong sebelahnya agar lebih mudah sampai di kursi yang saya tuju dan memang masih kosong. Begitu sampai di kursi itu, saya langsung duduk. Saya terkagum-kagum dengan stadion itu. Saya pun memotretnya mencoba membagikannya kepada Anda melalui foto-foto pada tulisan ini.

Belum lama saya duduk, pertandingan segera akan dimulai. Saya bisa dengan jelas menyaksikan para pemain Italia dan Jerman memasuki ke lapangan Stadion Nasional Warsawa. Seorang pria di samping saya mengecat wajahnya dengan bendera Jerman. Tampak jelas dia adalah pendukung Jerman. Beberapa kali dia meneriaki pemain Jerman yang gagal mengumpan atau kehilangan bola dengan sebutan bebek.

Ketika Jerman kalah 1-2 dari Italia, pria itu terdiam. Tak banyak bicara. Tetapi juga tidak marah-marah karena kekalahan tim yang didukungnya. Saya lalu membayangkan wajah sekelompok pendukung Jerman yang saya temui tadi di Fan Zone yang begitu optimistis bisa mengalahkan Italia dan siap melawan Spanyol di final. Mereka pasti sedih seperti pria di samping saya ini. Mereka pasti meneteskan air mata.

Saya pun kemudian meninggalkan stadion itu dengan suka cita, bukan karena Italia menang. Kembali ke jalan darimana saya masuk, mengambil tas di tempat penitipan dan berjalan kaki bersama ribuan orang ke Fan Zone karena jalur ke stadion ditutup untuk seluruh kendaraan.

Dari Fan Zone saya mengambil bis dan terpaksa menunggu sangat lama sebelum akhirnya mendapat bis malam ke Mangalia 3, alamat hotel tempat saya menginap. Sesampai di hotel, saya menulis berita dan memilih gambar untuk dikirim ke Jakarta. Saya baru tidur ketika jam 03.00 dini pada Sabtu, 30 Juni 2012. Padahal siang itu juga saya harus tinggalkan Warsawa untuk kembali ke Jakarta.

Ternyata stadion yang indah dan megah itu juga punya kekurangan. Ketika hujan lebat, air tergenang yang menyebabkan laga kualifikasi Piala Dunia antara Polandia dan Inggris harus tertunda. (Alex Madji)

Foto-foto diambil oleh Alex Madji

Selasa, 16 Oktober 2012

Kepemimpinan Ala Jokowi


Selasa, 16 Oktober 2012 hari ini, Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mulai bekerja sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, setelah dilantik oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi pada Senin, 15 Oktober 2012 di gedung DPRD DKI Jakarta. Jokowi memulai kerja hari pertamanya dengan mengunjungi sejumlah pemukiman kumuh di Jakarta baik di Jakarta Utara (Pademangan), Jakarta Pusat (Tanah Tinggi) maupun Jakarta Selatan (Bukit Duri). Jalan-jalan ini mendapat liputan serius dan terus menerus dari media online serta sambutan hangat warga yang didatangi.

Sebagai gubernur baru di DKI, Jokowi memulai pemerintahannya dengan cara yang baru pula. Meskipun cara ini bagi dia sendiri bukan sesuatu yang baru-baru amat. Sebab, cara seperti ini kerap dilakukannya ketika memimpin Kota Solo sebagai walikota. Bahkan, menurut kesaksian wartawan dari Solo, dalam setiap kunjungan seperti ini Jokowi selalu membagi sembako (sembilan bahan pokok) dan uang pecahan Rp 5.000 yang keluar dari gajinya. Cara kerja seperti ini juga menjadi kunci kesuksesannya di Solo yang kemudian menghantarnya menjadi orang nomor satu di Jakarta.

Tetapi dibanding pemimpin sebelumnya diibukota negara ini, cara Jokowi ini adalah menjadi sesuatu yang khas. Gubernur-gubernur DKI Jakarta sebelumnya baru turun ke kampung-kampung kumuh pada saat kampanye. Atau mereka baru turun ke lapangan saat terjadi banjir. Jadi, turun ke lapangan bukan sesuatu yang rutin. Sementara Jokowi mau membalikkannya. Berkunjung ke lapangan menjadi sesuatu yang rutin. Sementara berada di kantor sejarang mungkin.

Dalam pidato kemenangannya pada 20 September 2012 lalu, Jokowi memang menegaskan bahwa dia akan terus mengunjungi pemukiman-pemukiman padat di Jakarta, mengunjungi tempat-tempat kumuh dan mengunjungi warga Jakarta yang belum sempat didatangi selama masa kampanye.

Nah, sebagai warga yang ber-KTP dan bekerja di Jakarta, tetapi tinggal di Tangerang Selatan, saya hanya berharap semoga Jokowi tidak lelah dengan cara kerja seperti ini. Inilah kepemimpinan ala Jokowi. Sebuah gaya kepemimpinan yang baru yang tidak ditemukan pada pemimpin-peminpin lain di DKI Jakarta selama ini.

Dari jalan-jalan itu diharapkan pula, Jokowi bisa langsung menemukan inti persoalan perkotaan dan mencari jalan keluar yang tepat. Dan yang terpenting, pemecahan masalahnya segera dieksekusi dan tidak menunda-nunda.

Harapan terakhir adalah dalam waktu lima tahun, Jokowi sudah bisa memoles wajah Jakarta ini menjadi lebih cantik, lebih manusiawi, lebih beradab dan betul-betul menjadi ibukota negara. Bukan sebuah kampung metropolitan. Akhirnya, selamat bekerja Pak Jokowi-Ahok, selamat menjalankan model kepemimpinan yang baru, kepemimpinan ala Jokowi dan semoga membuahkan hasil. (Alex Madji)

Foto: The Jakarta Post

Senin, 15 Oktober 2012

Bebaskan Umat dari Kemiskinan


Tahun 2012 ini, Gereja Katolik Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur memasuki usia satu abad. Ada macam-macam cara yang dilakukan kelompok umat baik di Manggarai maupun di luar daerah itu untuk merayakan dan memaknai perayaan tersebut.

Salah satunya dengan menerbitkan buku "Gereja Itu Politis; dari Manggari-Flores untuk Indonesia" yang diterbitkan oleh Justice Peace and Integrity of Creation Ordo Fratrum Minorum (JPIC OFM) Jakarta. Ini hanya salah satu buku yang diterbitkan oleh "umat diaspora" dalam mengisi dan memaknai pesta satu abad Gereja Katolik Manggarai tersebut.

Buku ini adalah sebuah bunga rampai atau kumpulan karangan dari sejumlah pakar dan praktisi, seperti pakar filsafat, pakar teologi moral, pakar pendidikan, pakar otonomi daerah, praktisi lingkungan hidup, dan sejumlah peneliti yang tersebar di berbagai daerah di Flores, Jawa, Eropa, dan Amerika Latin. Total penulis yang terlibat dalam buku ini adalah 20 orang, termasuk sang editor, Richard Rahmad.

Menurut para penulis, persoalan pokok yang dihadapi Gereja Katolik Manggarai (dan Flores serta NTT pada umumnya) adalah kemiskinan dan kebodohan. Masalah ini melilit mayoritas atau hampir seluruh umat Katolik di wilayah tersebut. Robert Justin Sodo, peneliti di Smeru Institut memaparkan fakta kemiskinan itu dalan data statistik sejak 2003-2010 yang terus melorot tajam (hal 96-124).

Menurut Alex Jebadu dan Cypri Jehan Padju Dale, masalah ini terjadi secara terstruktur atau kemiskinan struktural sebagai akibat dari sistem ekonomi neo liberal yang dianut negara ini. Sistem ekonomi yang mengagung-agungkan pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan keseimbangan, keadilan, dan pemerataan ini membuat masyarakat miskin semakin miskin dan bodoh, sedangkan yang kaya semakin kaya. Kemiskinan masyarakat/umat Manggarai dan NTT pada umumnya adalah korban sistem ekonomi seperti itu.

Dalam situasi seperti ini, tugas gereja adalah "membebaskan" umatnya dari belenggu kemiskinan, kebodohan dan memperjuangkan keadilan. Peter C Aman OFM yang adalah dosen Teologi Moral di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta memberi pendasaran teologis bahwa gereja dibenarkan memperjuangkan keadilan bagi umatnya dengan memberi berbagai dokumen dan ajaran sosial gereja. Begitupun Paul Budi Kleden SVD yang adalah dosen teologi di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Katolik (STFTK) Ledalero, Maumere. Sementara Otto Gusti Madung, SVD yang ahli fisalaf sosial dari kampus yang sama memberi pendasaran filosofis yang memperkuat dan memperkukuh keterlibatan gereja dalam memperjuangkan dan membebaskan uamtnya dari jerat kemiskinan dan kebodohan itu.

Keterlibatan gereja dalam menciptakan tanan masyarakat yang adil bukanlah sesuatu yang baru. Misionaris Martin Bhisu SVD yang selama 17 tahun berkarya di Paraguay membagikan pengalaman peran Gereja Katolik di kawasan itu dalam memperjuangkan keadilan ekonomi, sosial, dan politik di wilayah tersebut. Bahkan gereja tidak segan-segan terjun ke politik praktis, meski dengan terpaksa menanggalkan imamat seperti yang dilakukan mantan Presiden Paraguay Fernando Lugo yang meninggalkan imamat uskupnya untuk membela umatnya yang tertindas dan mengalami ketidakadilan ekonomis dan politik.

Pengalaman yang dibagikan mantan sekretaris pribadi Fernando Lugo ini diperkuat lagi oleh pengalaman Benediktus Kalakoe yang bekerja di Kedutaan Besar Indonesia di Peru tentang bagaimana Gereja Katolik di sana bahu membahu dan tak kenal lelah memperjuang keadilan dan membebaskan umatnya dari jerat kemiskinan akibat praktek politik yang busuk. Bahkan Kalakoe menyinggung juga Gereja Peru yang bergeser dari pakem dengan tidak memihak kaum miskin. Meskipun ini bukan sikap institusi tetapi sikap salah satu petinggi gereja di negara tersebut.

Membebaskan umat dari belenggu miskin bisa dilakukan dengan cara mempraktekkan sistem ekonomi alternatif. Cipry Jehan Paju Dale menawarkan sistem ekonomi yang disebutnya Baku Peduli. Ini ekonomi alternatif yang mengutamakan gotong royong, saling asuh dan saling asih. Modelnya bisa berupa koperasi simpan pinjam atau credit union. Gereja diharapkan bisa mempraktekkan sistem ekonomi alternatif untuk melawan sistem ekonomi kapitalis neolibelaral yang sudah terbukti menciptakan neraka di dunia ini, termasuk di Manggarai.

Buku ini sangat kaya dengan konsep pemikiran, mengungkap fakta kemiskinan yang didukung oleh data yang sangat kaut, dan refleksi yang tajam. Buku ini layak dibaca oleh siapa saja yang terlibat dalam karya pelayanan, bukan saja di institusi agama, tetapi juga di pemerintahan.

Kalaupun ada kelemahannya, buku ini terlampau tebal dan butuh waktu yang cukup untuk membacanya sampai selesai. Selain itu, membaca buku ini butuh ketelitian dan kesabaran untuk memahami uraian demi uraian dari para penulis yang kadang terlalu teoretis. Meski demikian benang merah antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lain sangat terang benderang. Karena itu, jangan sampai tidak membaca sampai akhir. (Alex Madji)

Foto: Alex Madji

Jumat, 12 Oktober 2012

Apakah Anda Sudah Sukses?


Hari ini, saya mendengar talk show di sebuah radio. Mereka bercakap tentang kesuksesan. Sayang, pembawa acaranya terlalu banyak ngomong. Hingga saya mematikan radio, baru satu pendengar yang telepon dan mendefinisikan kesuksesan menurut dia.

Saya kemudian terinspirasi membahas topik tersebut di blog ini. Lalu saya mengajukan pertanyaan "Apa itu kesuksesan menurut Anda? Dan, apakah Anda sudah sukses?" kepada teman-teman saya di dua grup blackberry messenger (BBM) yang saya ikuti.

Maxi Adil anggota Grup BBM New_Magni *music* yang beranggotakan 23 orang adalah orang pertama yang menjawab. Menurut dia, kesuksesan itu sederhana saja. "Sukses berarti apa yang saya impikan tercapai atau juga apa yang saya rencanakan terwujud seperti yang saya maui. Berdasarkan definisi itu, saya bisa katakan saya belum sukses. Tetapi sedang menuju ke sana. Dukung saya untuk sukses," ujarnya.

Laury, anggota lain Grup BBM itu, mengamini pendapat Maksi. Sementara menurut Doni Muksydayan, sukses adalah ketika seseorang merasa puas atas capaiannya. Sedangkan Santi menilai, sukses itu tak ada batasnya. "Menurut saya dan menurut orang lain pasti beda. Saya sedang menuju sukses," ucap karyawati di sebuah rumah sakit swasta itu.

Dinamis
Pendapat yang mirip juga dipaparkan oleh anggota Grup BBM Sanpio 88 (teman-teman SMP-SMA di Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Flores NTT) yang beranggotakan 17 orang. Romo Alon Jonson yang sedang menjalani tugas belajar di Jakarta, satu dari lima teman seangkatan kami yang menjadi pastor berpendapat, kesuksesan bukan sesuatu yang statis tapi dinamis. "Kalau kita menganggap kesuksesan (sebagai) sesuatu yang statis dan kaku maka tamatlah perjuangan dan kreativitas kita. Itu sih menurut saya," ucapnya.

Seorang teman lainnya Eric Tandar memberi jawaban yang lebih dalam. Dia menulis, "Ada yang bilang begini, "there is more to success that we normally perceive it to be". Orang bisa memperoleh pencapaian yang sama dalam hidup tapi yang lain mungkin belum merasa dirinya sukses. Jadi sukses lebih ke perasaan personal/the sense of fulfillingness."

Dia lalu menilai teman-teman seangkatannya di SMP-SMA dulu semuanya sukses. Ada yang sukses menjadi pastor, sukses sebagai wartawan, sukses sebagai pegawai. Dan, ada juga yang sukses meminjam uang dari bank atau lembaga kredit untuk membeli barang. "Tetapi mudah-mudahan kita semua sukses membahagiakan keluarga dan orang-orang yang kita cintai. Itu yang penting. Yang paling penting lagi, apa pun bentuk kesuksesan kita, jangan membuat kita sombong karena itu tidak baik," imbuhnya menasehati.

Jawaban yang sama juga disampaikan Tarsisius Afirman. Menurutnya, kesuksesan itu sulit didefinisikan karena standarnya sangat bersifat personal. "Seorang petani yang sukses secara ekonomi di kampungnya belum tentu sukses jika dibandingkan dengan petani lain di tingkat yang lebih tinggi: desa atau kecamatan misalnya. Dan pada akhirnya kesuksesan itu tergantung "rasa seseorang" terhadap apa yang telah dicapainya," tutupnya.

Sedangkan Ansi Lema yang sehari-hari bekerja sebagai presenter di sebuah stasiun televisi dan dosen di sebuah universitas swasta di Jakarta menilai, pertanyaan ini gampang-gampang susah untuk dijawab, sambil menyebut sejumlah teman seangkatan yang menurutnya sudah sukses. "Teman-teman semua di forum ini juga sudah sukses," katanya.

Dari pendapat teman-teman di atas ada satu benang merah yaitu bahwa kesuksesan itu bersifat personal. Kesuksesan itu bersifat dinamis. Bukan statis. Menurut saya, teman-teman saya sukses, ternyata menurut mereka sendiri belum. Begitupun sebaliknya. Menurut saya, teman saya yang mendapat gaji belasan atau puluhan juta, punya rumah dan mobil sudah sukses, ternyata menurut mereka sendiri belum sukses. Jadi, apakah Anda sudah sukses? Hanya Anda sendiri yang bisa menjawabnya. (Alex Madji)

Kamis, 11 Oktober 2012

Diving, Aksi Para Striker Oportunis


Sudah lama sekali saya nggak menulis tentang bola di blog ini. Hari ini saya ingin selingi dengan menulis tentang sesuatu yang lagi ramai dibahas di media-media Inggris yaitu tentang diving alias aksi pura-pura jatuh di kotak penalti biar diberi hadiah tendangan penalti oleh wasit.

Ribut-ribut soal diving di Inggris ini berawal dari teriakkan pelatih Liverpool Brendan Rodgers. Menurut dia, wasit di Liga Utama Inggris tidak memperlakukan pemainnya Luis Suarez secara adil. Suarez seharusnya mendapat hadiah tendangan penalti dalam beberapa laga, tetapi wasit bergeming. Karena itu dia menulis surat untuk asosiasi wasit Inggris untuk memprotes keputusan para pengadil lapangan hijau itu.

Sementara wasit menilai, striker internasional Uruguay ini melakukan diving dan tidak layak diberi penalti. Bahkan, seharusnya Suarez diberi kartu kuning karena pura-pura sengaja menjatuhkan diri. Pernyataan seperti ini juga dilontarkan pelatih Manchester United Sir Alex Ferguson. Menurut dia, Suarez terlalu gampang jatuh di kotak penalti dan bahkan Suarez dijuluki sebagai "raja diving".

Seakan membela Suarez, striker Manchester City dari Argentina Sergio Aguero mengaku bahwa perlakuan wasit terhadap pemain-pemain asing di Liga Utama Inggris lebih ketat dibandingkan pemain lokal. Pemain-pemain asing yang jatuh di kotak penalti dinilai melakukan diving dan tidak mendapat tendangan penalti. Sementara pemain-pemain Inggris yang jatuh di kotak penalti langsung diberi hadiah tendangan penalti. Sungguh tidak adil, kata Aguero.

Tetapi angin dukungan tidak sedang bertiup kepada Luis Suarez. Dia malah mendapat sikap antipati dari publik sepakbola Inggris. Entah apa yang terjadi dengan pemain itu. Mungkin karena mereka menilai Suarez benar-benar diving.

Diving bukan sesuatu yang baru. Ini praktek lawas dalam sepakbola. Liga Seri A Italia, ketika menjadi liga terbaik di dunia - sebelum diambil alih oleh Inggris - terkenal dengan aksi diving-nya. Para pemain Italia paling jago membuat drama pura-pura jatuh di kotak penalti lawan dan berbuat sedemikian rupa agar wasit memberi hadiah tendangan penalti.

Sebutlah Filipo Inzaghi yang bisa jatuh di kotak penalti lawan tanpa berbenturan keras dengan bek lawan, dan bisa mendapat tendangan penalti. Tidak semua pemain bisa melakukan ini. Butuh keahlian khusus agar aksi diving bisa berbuah hukuman tendangan penalti.

Diving adalah trik dan kerap dilakukan para striker untuk mendapat hadiah tendangan penalti. Simaklah kesaksian mantan striker Tim Nasional Inggris, Michael Owen. Kepada media Inggris, The Sun (thesun.co.uk) edisi 11 Oktober 2012, Owen mengaku bahwa pada Piala Dunia 1998 di Prancis, saat melawan Argentina, dia melakukan diving meski tidak dilanggar oleh bek Tim Tango saat itu, Roberto Ayala. Begitu juga pada Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang, Owen lagi-lagi melakukan aksi diving ketika Mauricio Pocchetino mengganjalnya dan "The Three Lions" mendapat hadiah tendangan penalti untuk membawa Inggris menang 1-0 atas Bionceleste.

"Saya melawan diving, tetapi saya harus katakan bahwa 75 orang ingin mendapatkan hadiah tendangan penalti. Saya akui saya merasa bersalah pada Piala Dunia 1998. Saat itu saya sedang lari, tiba-tiba sedikit benturan dan saya menjatuhkan diri. Apakah saya tetap bisa berlari? Ya, mungki," kata Owen yang kini bermain untuk Stoke City.

Begitulah diving, sebuah trik para striker agar bisa dengan mudah menjebol gawang lawan dari titik 12 pas. Padahal tidak semua tendangan penalti juga berujung gol, meskipun peluangnya sangat besar. Diving adalah aksi para striker opurtinis di mulut gawang. (Alex Madji)

Rabu, 10 Oktober 2012

Jumlah Orang Protestan AS Melorot Tajam


Seharian ini saya coba memeras otak untuk memikirkan tema tulisan buat blog ini. Tetapi hingga sore nggak nemu juga. Lalu saya membaca sebuah berita menarik di dailymail.co.uk yang diposting Selasa, 9 Oktober 2012 pukul 10.20 GMT. Judulnya panjang; "Untuk Pertama Kalinya, Protestan Tidak Menjadi Mayoritas di Amerika Serikat Akibat Meningkatnya Orang Amerika yang Tidak Beragama." Panjang bukan?

Menurut studi lembaga bernama Pew Forum on Religion & Public, jumlah orang Amerika Serikat yang tidak beragama meningkat dari 15 persen menjadi 20 persen dalam lima tahun terakhir. Peningkatan itu membuat jumlah orang Protestan di negara Paman Sam ini turun ke angka 48 persen. Inilah untuk pertama kalinya, jumlah orang Protestan di Amerika Serikat melorot ke angka di bawah 50 persen dari total penduduk Amerika Serikat.

Selain berdasarkan data-data yang sudah ada, lembaga itu melakukan survei terhadap 3.000 orang dewasa pada 28 Juni hingga 9 Juli 2012 dengan tingkat toleransi kesalahan 0,9 persen dan melibatkan mayoritas penganut Protestan.

Bahkan menurut The General Social Survei yang dilakukan Pusat Penelitian Pendapat Nasional Universitas Chicagao, jumlah orang Protestan di Amerika Serikat tinggal 46,7 persen.

Menurunnya jumlah kelompok Protestan ini masih diperparah lagi dengan tidak adanya wakil mereka di Mahkamah Agung dan tidak ada calon presiden dari kelompok Protestan. Ini juga untuk pertama kalinya, Partai Republik tidak mencalonkan seorang protestan menjadi Presiden Amerika Serikat.

Dalam studi Pew Forum on Religion & Public yang diumumkan Selasa, 9 Oktober 2012 disebutkan, pertumbuhan orang muda Amerika Serikat yang mengaku tidak memiliki agama sangat pesat. Bayangkan, 20 persen dari penduduk Amerika mengaku tidak menganut agama tertentu. Angka ini naik lima persen dalam lima tahun terakhir. Para ilmuwan mengatakan bahwa kelompok yang mengaku tidak berafiliasi dengan agama tertentu sebagai kelompok sekular. Termasuk dalam kelompok ini adalah ateis.

Menurut penelitian lembaga tersebut, pada rentang 1972-2010 perkembangan orang Protestan menurun tajam dari 62 persen pada 1972 menjadi 51 persen pada 2010. Sedangkan, perkembangan umat Katolik di negara itu tidak berubah atau tetap 25 persen sejak 1972-2010. Sementara yang mengalami kemajuan pesat adalah mereka yang tidak beragama, bertumbuh dari 7 persen pada 1972 menjadi 18 persen pada 2010.

Perkembangan ini memperlihatkan bahwa Amerika Serikat yang adalah negara religius tinggal selangkah lagi menjadi seperti negara-negara Eropa Barat yaitu negara sekuler dimana gereja-gereja tidak ada lagi penghuninya.

Paus Benediktus XVI sejak diangkat sebagai Paus mendedikasikan masa pontifikatnya untuk melawan sekularisme di Eropa Barat. Minggu ini, Paus mengumpulkan para uskup dari seluruh dunia di Roma dalam sebuah sinode dengan tujuan untuk mengembalikan Katolik Roma kepada mereka yang meninggalkan gereja. “Perjuangan” Paus ini belum mendapat hasil. Sebaliknya mendapat perlawanan sangat keras yang dikemas dalam berbagai isu.

Nah, data ini tidak untuk membuat kelompok tertentu marah, tetapi hanya untuk membuat seorang awas bahwa agama tampaknya tidak terlalu menarik lagi. Sekularisme menjadi daya pikat yang baru dan perlahan-lahan menggantikan peran agama. Sebab, kalaupun masih banyak orang Amerika Serikat mengaku beragama, senyatanya mereka tidak menjalankan ibadah lagi.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Akankah negara ini akan menjadi negara sekuler dan mengalami perkembangan seperti Eropa dan Amerika Serikat? Hanya waktu yang bisa menjawabnya. (Alex Madji)

Selasa, 09 Oktober 2012

Dinikahi Brondong, Janet Jackson Mualaf


Cerita pindah agama para artis dunia memang tidak pernah sepi, seperti juga di Indonesia. Kali ini, cerita terbaru datang dari adik kandung Michael Jackson, Janet Jackson. Perempuan 46 tahun ini memilih menjadi mualaf karena akan menikah dengan seorang pria kaya raya asal Qatar, Wissam al Mana yang baru berumur 36 tahun.

Cerita mualaf ini tidak meluncur dari mulut Janet sendiri, tetapi dari penulis buku terkenal Turki bernama Adnan Oktar alias aka Harun Yahya. Adnan Oktar menulis, "Saya mengirimkan kepada Janet Jackson yang manis sebuah kopi buku saya. Saya juga pernah mengirim sebuah kopi buku kepada saudaranya. Saudaranya adalah seorang Muslim. Janet juga, sekarang muslim. Seperti saudaranya, dia tetap merahasiakannya. Dia orang yang taat beragama seperti saudaranya."

Ya, Michael Jackson memang tidak pernah mengungkapkan secara terus terang bahwa dia mualaf. Begitu juga Janet. Tetapi, itu tadi, menurut Adnan Oktar, Janet sudah mualaf sejak bertunangan dengan Wissam al Mana tahun lalu, meski tetap merahasiakan pilihannya itu.

Tetapi foto-foto yang dimuat www.debbieschlussel.com seolah memperkuat pernyataan Oktar tersebut. Dalam situs itu, terdapat sejumlah foto Janet baik bersama Wissam al Mana maupun foto Janet sendiri. Dalam foto-foto itu terlihat bahwa Janet mengenakan jilbab, bahkan burqa yang menutup seluruh tubuhnya dalam balutan pakaian hitam. Tak ada bagian tubuh yang tampak ketika dia mengenakan burqa. Meskipun dari pakaian seperti ini belum bisa disimpulkan secara pasti bahwa dia benar-benar mualaf.

Janet Jackson yang beragama asli saksi Yehowa itu bertemu untuk pertama kali dengan Wissam al Mana pada Desember 2009, setelah Janet tampil di Timur Tengah. Bahkan dilaporkan, Janet sudah berkencan dengan Wissam yang umurnya 10 tahun lebih muda dari Janet di Qatar sejak 2010.

Setahun setelah kenalan, pada 2010, keduanya bertunangan. Saat itu, Wissam, seorang milioner yang keluarganya terjun di bisnis real estate dan media, memberikan sebuah cincin berlian 15 karat kepada Janet.

Kawin Tahun Depan
Menurut orang dalam sang miliarder, keduanya akan menikah tahun depan (2013). Kemungkian akhir tahun. Sedangkan soal tanggal pastinya, kedua pasangan ini masih mencari tanggal yang pas. Upacara pernikahan itu akan menjadi pernikahan termewah, paling megah, spetakuler, dan paling dikenang banyak orang dalam sejarah.

Khabarnya dana yang disiapkan untuk pernikahan ini senilai 3 juta dolar. Dana ini akan dipakai antara lain untuk mendatangkan 500 orang undangan dari seluruh dunia. Selain itu, Wissam masih ingin memberi suvenir jam Rolex seharga 10.000 dolar sebagai ucapan terima kasih kepada masing-masing tamu atas kehadiran mereka pada pernikahan tersebut.

"Wissam menyediakan dana besar untuk menikah dengan Janet. Ini akan menjadi pernikahan abad ini," kata orang dalam Wissam.

Sementara soal umur yang terpaut jauh, penyanyi 46 tahun ini menegaskan bahwa tidak ada salahnya berpacaran dan menikah dengan seorang lelaki yang usianya lebih muda, sejuah keduanya bahagia dengan pilihan untuk hidup bersama.

Janet, yang berpacaran selama tujuh tahun dengan produser musim Jermaine Dupri mengatakan, "Ibu saya selalu yakin bahwa usia itu hanya deretan angka. Kami semua, sudari-saudari saya, saudara-suadara saya, usia kami semua tua. Tetapi ini hanya soal bagaimana mental Anda dan seperti seberapa nyaman Anda dengan usia tersebut. (Bagi kami, usia tua) bukan masalah."

Anyway, selamat ya Janet. Sudah dapat brondong, kaya pula. (Alex Madji)

Senin, 08 Oktober 2012

Tips Dasar Menjadi Penulis Lepas


Anda Ingin menjadi seorang penulis lepas sebagai sebuah profesi? Bila iya, sebelum mengambil keputusan itu perhatikan dulu sejumlah hal sangat mendasar dan penting berikut ini. Maksudnya, agar pilihan Anda itu tidak keliru.

Pertama, pastikan diri Anda memang punya bakat menulis. Bukan hanya itu, pastikan bahwa menulis sudah menjadi darah daging Anda. Ibaratnya, bila Anda tidak menulis, Anda pusing. Dengan kata lain, Anda tidak pernah berhenti menulis dan semangat menulis harus tetap berkobar di dalam diri setiap saat.

Kedua, semangat menulis yang berkobar-kobar saja tidak cukup. Tulisan yang dihasilkan juga harus memenuhi kaidah, bermutu, dan informatif. Dengan kata lain, harus ada keterampilan menulis dan di atas itu semua harus memiliki pengetahuan. Untuk mendapat pengetahun maka syarat mutlaknya adalah membaca. Jangan pernah berharap mendapat pengetahuan tanpa pernah membaca. Makin banyak Anda membaca, makin luas pengetahuan yang Anda miliki. Hal itu akan berdampak pada tulisan Anda yang makin kaya dan makin dalam. Pada tingkat tertentu Anda akan menjadi seorang ahli.

Ketiga, atur waktu sebaik mungkin. Persoalan utama dan tantangan terbesar menjadi seorang penulis lepas adalah kemampuan mengatur waktu. Maklum menjadi penulis lepas tidak ada yang mengontrol, selain diri sendiri. Anda menjadi manajer untuk diri Anda. Maka kemampuan mengatur waktu dan mentataatinya menjadi sangat penting. Tanpa itu, Anda hampir pasti akan gagal menjadi seorang penulis lepas. Karena itu musti ditetapkan sejak awal jumlah jam tertentu dalam seminggu untuk menulis, misalnya 40 jam per minggu untuk menulis dan itu harus ditaati.

Keempat, Bila tiga hal di atas sudah berjalan dengan baik, hal lain yang perlu dijalankan adalah "pemasaran". Anda perlu memasarkan diri anda sendiri sebagai penulis lepas yang handal, berkualitas, dan produktif. Sebab, meskipun pasar penulis lepas ada, tetapi tanpa pemasaran yang cukup Anda tidak akan dikenal orang. Pilihlah cara-cara pemasaran yang jitu dan murah untuk merebut pasar.

Kelima, bila sudah punya pasar maka Anda siap memetik hasilnya yaitu mendapat penghasilan yang tidak kecil dari dunia tulis menulis. (Alex Madji)

Jumat, 05 Oktober 2012

Agama Penyebab Tom Cruise-Katie Holmes Cerai


Pasangan artis Hollywood Tom Cruise dan Katie Holmes akhirnya bercerai. Usia perkawinannya baru seumur jagung, hanya lima setengah tahun. Tetapi begitulah hidup para artis di bawah muka bumi ini. Kawin cerai seolah menjadi hal yang lumrah. Bukan hanya di Amerika sana, tetapi juga di Indonesia.

Proses cinta Curise dan Holmes berlangsung kilat. Holmes mengaku mencintai Cruise saat dia menjabat tangannya untuk pertama kali di Los Angeles. "Itu cinta yang muncul ketika saya saya menjabat tangannya untuk pertama kali," kata Holmes.

Lalu keduanya memperlihatkan kepada publik untuk pertama kalinya bahwa mereka memiliki hubungan yang spesial pada 27 April 2005 di Roma, Italia. Satu bulan kemudian, dua sejoli yang umurnya terpaut jauh itu datang ke acara Oprah bersama-sama. Katie Holmes menggandeng tangan Cruise yang kemudian mengumumkan ke publik bahwa dia gila karena jatuh cinta pada seorang gadis yang beru berumur 26 tahun.

Keduanya akhirnya menikah dan melahirkan seorang anak perempuan yang cantik bernama Suri. Dalam perjalanan waktu, bahtera rumah tangga mereka terguncang, hingga akhirnya bercerai, setelah pisah ranjang selama enam bulan. Holmes menggugat cerai Cruise pada Juni 2012 lalu.

Berita percerian yang mengagetkan para penggemar mereka itu dikuatkan oleh sebuah dokumen tertanggal 17 Agustus 2012 yang ditandatangani oleh Hakim Agung Negara Bagian New York, Matthew F Cooper. Dokumen itu juga menyebut tentang siapa yang berwenang mengasuh Suri yang sudah berusia enam tahun.

Khabarnya, perceraian ini terjadi karena Cruise dan Holmes terus berantem gara-gara Suri, terutama terkait agama yang harus dianut sang putri. Tom Cruise adalah penganut sekte Scientology yang didirikan oleh L Ron Hubbar (1911-1986) pada 1953. Scientology adalah pengganti sistem bantuan pribadi yang dia bentuk sebelumnya.

Scientology mengajarkan bahwa manusia adalah mahluk mati (immortal beings) yang telah melupakan alam mereka yang sebenarnya. Agama ini terkenal dengan metode rehabilitas spiritualnya yaitu sebentuk konseling yang terkenal dengan sebutan auditing. Dengan metode ini, para pengikutnya diajak mengalami kembali kejadian-kejadian ngeri dan traumatis pada masa lalu untuk kemudian membaskan diri mereka sendiri dari efek keterbatasan mereka.

Scientology menjadi agama yang legal di Amerika Serikat, Italia, Afrika Selatan, Australia, Swedia, Selandia Baru, Portugal, dan Spanyol. Gereja ini menjadi salah satu gereja yang kaya di Amerika Serikat.

Sementara Katie Holmes, aslinya adalah seorang penganut Katolik yang kemudian mengikuti jejak Tom Cruise sejak menikah. Tetapi dia tidak ingin buah hatinya mengalami cuci otak dan menjadi anggota sekte Scientology seperti Tom Cruise. Itu sebabnya pada pada 2009, Holmes menyekolahkan Suri ke sebuah taman kanak-kanak Katolik. Alasannya, di Scientology yang dianut Cruise tidak ada home schooling yang cocok dengan putrinya itu.

Meski demikian, seorang sahabat dekat Cruise menegaskan bahwa mega bintang Hollywood itu tidak mempersoalkan agama apa pun yang akan dianut Suri di kemudian hari. Tetapi apa mau dikata. Cruise dan Katie Holmes sudah cerai. Dan, sejumlah sumber menyebut ini adalah cara terbaik agar pertikaian kedua orang tuanya tidak berdampak buruk bagi Suri.

Setelah resmi bercerai, Holmes kemudian tinggal permanen di New York bersama Suri. Sebab berdasarkan dokumen tadi, Holmes mendapat hak asuh Suri. Selain itu Cruise harus menyantuni Suri dengan dana senilai 400.000 dolar AS setahun untuk mengcover kesehatan, perawatan gigi, asuransi cek medis dan gigi yang tidak bisa reimberused, pendidikan, kuliah, ekstrakurikuler dan lain-lainnya.

Cruise akan membayar itu selama 12 tahun hingga Suri berumur 18 tahun. Tetapi biaya itu tidak akan membuat kekayaannya yang berjumlah 250 juta dolar tergerus. Karena menurut hitungan Radar Online, total dana yang keluarkan Cruise hanya mencapai 4,8 juta dolar.

Kembali
Sejak pindah ke New York, Katie Holmes kembali ke agama masa mudahnya, Katolik. Di Manhattan, Holmes menjadi anggota Paroki Santo Fransiskus Xaverius. Dalam subuah artikel "A Tour of St. Francis Xavier, a Potential New Church for Katie Holmes" yang ditulis Michael Daly dan diteribitkan di thedailybeast.com tanggal 11 Juli 2012 pukul 04.45 pagi menyebutkan bahwa Katie datang ke gereja paroki itu dan bertemu dengan pastor parokinya, Romo Joe Costantino.

Semula pastor itu tidak mengenal perempuan cantik yang menghampirinya sebagai Katie Holmes. "Saya tidak mengnal siapa dia. Saya bilang kepada pemimpin koor kami, kalau dia mau bergabung dengan kelompok koor, sangat bagus," kata Romo Costantino.

Romo Constantino juga tidak tahu bahwa dia sudah kembali ke Katolik dan menjadi warga parokinya seperti diberitakan koran-oran di New York. "Itu berita baru untuk saya," ucap sang romo menanggapi berita-berita tersebut.

Meski demikian, Holmes kembali mengikuti perayaan ekaristi di kapel Santa Maria di gereja itu pada pukul 12.05 di sebuah siang belum lama ini bersama belasan orang lainnya. Dia mendengar khotbah Romo Costantino yang berbicara supaya menyembah hanya pada yang benar, yaitu Allah yang hidup.

Ekaristi hari Minggu dirayakan di bagian utama gereja yang sudah berusia satu abad itu, sebuah gereja model basilika Roma, tetapi penuh dengan ornamen sentuhan Amerika dan menjadi salah satu gereja yang megah dan menjadi landmark Kota New York. Gereja itu baru direnovasi dan menghabiskan dana belasan juta dolar.

"Holmes tanpa ragu diterima sebagai seorang volunteer . Dia bisa mendaftar sebagai anggota koor dan saya tahu ini akan menjadi spetakuler," kata Romo Constantino.

Ya, Suri sudah bersama Katie Holmes di New York dan mungkin sudah mengikuti ibunya ke gereja St Fransiskus Xaverius. Sementara Tom Cruise ditinggal sepi. Dia mengaku sedih karena jauh dari sang buah hati. Keduanya sangat dekat. Ketika harus syuting di luar kota atau bahkan di luar negeri, keduanya tetap berkomunikasi lewat telepon genggam. Itu cara mereka menjaga keintiman sebagai ayah dan anak. Tetapi kini hatinya teriris karena tidak berkomunikasi lagi dengan sang buah hati. (Alex Madji)

Foto: Google

Kamis, 04 Oktober 2012

Perjuangan Hidup Seorang Tuna Netra


Keterbatasan fisik tidak membuat Saono (44) pasrah dalam menjalani hidup ini. Sebaliknya, dia terus berusaha semampunya untuk menghidupi istri dan kedua buah hatinya.

Saono adalah seorang tuna netra. Sebenarnya bapak dua anak ini dilahirkan normal, tak kekurangan suatu apapun. Hingga kelas dua sekolah dasar, penglihatannya masih normal dan menikmati indahnya dunia.

Malapetaka tidak bisa melihat bermula ketika kelas dua SD. Saat itu, tiba-tiba badannya panas tinggi diikuti kejang-kejang. Karena khawatir, orang tuanya membawa Saono kecil ke mantri. Di sana dia disuntik. "Waktu itu di kampung tidak ada dokter. Yang ada mantri," ceritanya saat ditemui di Jalan Joglo Raya, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, tepatnya di jalan yang membelah kawasan Puri Botanical Residence, Rabu, 3 Oktober 2012 sore.

Sejak dirawat sang mantri, kondisi pria kelahiran Cilacap Jawa Tengah itu bukannya membaik, malah memburuk. Panasnya memang reda, tetapi penglihatannya terganggu. Objek yang dilihatnya tampak kembar. Karena itu, orang tuanya kembali membawa dia ke mantri dengan keluhan baru. "Waktu itu, mata saya disinari," tuturnya.

Bukannya membaik, penglihatan makin kabur. Lama kelamaan matanya sama sekali tidak bisa melihat cahaya. Tetapi proses menuju ke kebutaan itu tidak seketika. Butuh waktu 8 tahun untuk sampai ke kondisi sama sekali tidak bisa melihat. Saono mengaku mengalami kebutaan total ketika menginjak usia 14 tahun. "Jadi, sekarang sudah berlangsung selama 30 tahun," ucapnya.

Meski tidak bisa melihat, Saono tetap merantau. Dia datang ke Jakarta untuk mengadu nasib. Dia mengambil prefesi sebagai tukang pijat. Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi, kini Saono menjadi "pria panggilan". Dia melayani pesanan pijit di rumah-rumah melalui telepon. "Saya ini datang ke rumah-rumah, jadi tukang pijit keluarga," ceritanya lebih lanjut.

Penghasilan sebagai tukang pijit sebenarnya lumayan. Dia bisa membayar kontrakan dan menikah. Bukan hanya itu, dia bisa membiayai anak sulungnya sekolah hingga duduk di kelas dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saat ini. Dia juga masih mampu menyekolahkan anak keduanya yang berusia enam tahun di taman kanak-kanak dan tahun depan masuk SD.

Jual Kerupuk
Tetapi karena tukang pijit tuna netra makin banyak sekarang, maka panggilan untuk pijit kadang-kadang sepi. Menghadapi situasi ini, pria yang tinggal bersama keluarganya di bilangan Meruya Selatan, dekat Universitas Mercubuana, Jakarta Barat itu memutar otak agar asap dapur tetap mengepul.

Dia memilih pekerjaan sampingan sebagai penjual kerupuk. Saono diantar tukang ojek dengan bayaran Rp 10.000 pergi pulang (PP) dari kediamannya ke Jalan Joglo Raya tepatnya di Puri Botanical Residence, Jakarta Barat. Dia dan beberapa temannya sesama tuna netra dan tukang pijit menjajakan kerupuk di kawasan itu setiap sore mulai pukul 15.30 WIB sampai pukul 20.00 WIB atau paling lambat pukul 20.30 WIB.

Tidak setiap hari memang. Mereka berjualan kalau tidak ada pesanan untuk pijit. Karena itu, jumlah mereka yang berjualan di Puri Botanical ini tidak tentu. Kadang tiga, empat, atau lima orang sehari. "Kalau tidak ada pesanan pijit saya jualan kerupuk. Tetapi ketika saya sudah jualan kerupuk di sini, lalu tiba-tiba ada telepon masuk untuk minta dipijit, saya tidak bisa melayani," ceritanya.

Setiap hari dia membawa 40-50 bungkus kerupuk yang dijual Rp 6.000 per plastik isi lima buah krupuk putih yang kriuk-kriuk itu. Rabu, 3 Oktober 2012 sore itu, dia membawa 40 bungkus kerupuk. Kadang laku banyak hingga 20-30 bungkus, bila ada yang borong. Tapi kadang hanya laku 10 plastik.

Kerupuk-kerupuk itu bukan miliknya sendiri. Dia hanya mendapat upah dari sisa setoran sebesar Rp 3.500 per bungkus kepada majikannya. Artinya dia hanya mendapat Rp 2.500 per bungkus (Rp 6.000-3.5000). Jadi, bila hanya bisa menjual 10 bungkus sehari, Saono dan kawan-kawannya mendapat Rp 25.000 sehari. Tetapi yang dibawa pulang ke rumah hanya Rp 15.000, karena harus dikurangi sewa ojek sebesar Rp 10.000 pergi pulang. Nilai yang dibawah ke rumah akan semakin besar kalau jumlah yang laku semakin banyak.

Meski tak seberapa hasilnya, Saono merasa bangga bisa mendapat penghasilan sampingan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur. "Daripada nganggur mas," ucapnya sedikit bangga.

Saono bercerita, kalau hanya mengandalkan penghasilan sebagai tukang pijit tentu tidak cukup. Meskipun penghasilannya lebih bagus dari berjualan kerupuk. Apalagi harga kontrakan terus naik. Begitu juga harga kebutuhan pokok, belum lagi uang sekolah anak. "Yang pasti itu, harus bayar kontrakan setiap bulan. Terlambat sehari saja, pemilik kontrakan sudah datang mengetuk-ngetuk pintu. Kalau terlambat dua tiga hari, kita sudah diusir," tuturnya sambil terkekeh.

Meski demikian, Saono merasa bahwa Tuhan selalu memberi jalan kepadanya dan teman-temannya. Karena toh, kebutuhan-kebutuhan mereka sebagai orang kecil selalu tercukupi selama ini. Bukan untuk hidup mewah seperti para koruptor negeri ini, tetapi sekedar untuk mempertahankan hidup. "Meski kurang, tetapi kita tutup dengan percaya." ujarnya penuh yakin. (Alex Madji)

Foto: Saono sedang menjajakan krupuknya di Puri Botanical Residence, Jalan Joglo Raya, Jakarta Barat. (ciarciar/Alex Madji)

Rabu, 03 Oktober 2012

Angelina Jolie Tidak Beragama, Juga Tidak Ateis


Melacak agama Aktris Hollywood Angelina Jolie tidak mudah. Tidak ada satu sumber pun yang memberi isyarat satu agama yang dianut artis yang sudah tiga kali menikah itu. Jolie sendiri menegaskan bahwa dia tidak menganut satu agama apa pun. Tetapi pada saat bersamaan dia juga tidak terang-terangan mengungkapkan diri sebagai seorang ateis (tidak beragama), seperti yang dilakukan artis-artis lainnya.

Tetapi perempuan cantik ini bertumbuh di dalam sebuah keluarga Katolik yang taat. Ibunya, Marcheline Bertrand yang menikah dengan Jon Voight dan melahirkan Angelina Jolie pada 4 Juni 1975, adalah seorang penganut Katolik yang taat. Hal itu diungkapkan sendiri oleh Angelina Jolie dalam sebuah wawancara yang dimuat di www.parade.com, 9 Juli 2010.

"Ibu saya memiliki iman yang indah. Dia mencintai Yesus. Dia seorang katolik dan memiliki kenangan yang indah tentang pertumbuhan imannya. Dia suka ke gereja. Dia juga tahu bahwa ada hal-hal yang pasti di dalam gereja yang begitu ekstrim untuk kehidupan modern. Dia tidak menerima semua ajaran gereja dan kadang melawan gereja. Tetapi dia tetap berjalan bersama Yesus. Saya melihat spiritualitasnya sangat indah. Kalau kami tidak ke gereja pada hari Minggu, dia bilang, Tuhan menginginkan saya menghabiskan waktu bersama ana-anak saya, tertawa dengan mereka. Itulah Allah yang saya percaya, Allah yang menginginkan. Ibu saya benar dan kami melewati hari-hari yang indah dan menyenangkan," kata Angelina Jolie dalam wancara tersebut

Meski bertumbuh dalam keluarga seperti itu, dalam proses pertumbuhan selanjutnya, agama Angelina Jolie menjadi tidak jelas. Dalam setiap wawancara dengannya, masalah yang satu ini sulit terungkap. Paling tidak, sampai tahun 2000, Angelilna Jolie tidak punya agama khusus, dan secara personal merasa tidak butuh Allah, juga tidak suka dengan kekuasaan yang berdasarkan agama. Tetapi dia juga tidak berani mendeklarasikan dirinya sebagai ateis. Dia hanya berharap, Allah itu mengulurkan tangannya kepada mereka yang mengabdikan hidupnya berdasarkan kepercayaan agama yang dianutnya.

Sebuah website A.V Club yang berafiliasi dengan majalah The Onion pernah melontarkan pertanyaan, "Apakah Tuhan itu ada?" kepada sekelompok artis. Ada 52 orang artis yang menjawab pertanyaan itu, termasuk Angelina Jolie. Istri Brad Pitt ini menjawab, "Hmm...untuk beberapa orang. Saya harap seperti itu untuk mereka. Bagi mereka yang percaya, saya berharap seperti itu. Bagi saya tidak perlu ada Allah. Ada sesuatu dalam spiritual orang yang terasa seperti allah. Saya tidak merasa melakukan sesuatu hanya karena orang mengatakan, tetapi juga tidak sungguh tahu kalau itu lebih baik daripada tidak percaya sama sekali."

Pernyataan ini menurut www.atheistrev.com merupakan indikasi sangat jelas bahwa mantan istri Jonny Lee Miller (1996-1999) itu adalah seorang ateis, meskipun dia tidak secara jelas tegas memproklamirkannya.

Budhis
Sejumlah spekulasi kemudian menyebutkan bahwa sekarang mantan suami Billy Bob Thornton (2000-2003) itu memeluk Budha. Bahkan ada rumor yang menyebutkan bahwa pernikahannya dengan Brad Pitt pada 2005 dilakukan dalam tata cara Budha. Tetapi dia sama sekali tidak memperlihatkan diri sebagai seorang penganut Budha yang taat.

Spekulasi itu kemungkinan muncul karena Angelina Jolie memiliki seorang anak angkat dari Kamboja bernama Maddox Chivan yang diadopsinya sejak umur delapan bulan. Anak yang lahir di Rath Vibol, Phnom Penh 5 Agustus 2001 ini tetap menganut Agama Budha. "Saya punya seorang anak (angkat) bergama Budha. Kami menghabiskan banyak waktu di rumah kami di Kamboja. Saya belajar tentang Budisme dan saya mengajarinya sejauh saya bisa. Dia (anak angkatnya) menghabiskan banyak waktu bersama para biarawan Budha dan dia belajar dari mereka (para biarawan)," kata Jolie menceritakan aktivitasnya bersama anak angkatnya itu.

Jolie juga memiliki seorang anak angkat dari Etiopia bernama Zahara Marley yang diadopsi ketika masih berumur enam bulan. Zahara lahir di Yemsrach pada 8 Januari 2005 dari seorang janda pengidap HIV AIDS. Untunglah Zahara sendiri kemudian dinyatakan negatif virus maut itu. "Saya akan memiliki satu orang (anak angkat) beragama Kristen dan Muslim," kata Jolie lagi.

Meski tidak beragama, Jolie mengaku menghormati semua agama. Dalam wawancara lanjutan yang dimuat parade.com, Jolie menegaskan, "Saya menghormati semua agama. Yang saya tidak hormati adalah ketika orang menggunakan agama untuk menyerang yang lain. Saya sudah bertemu banyak orang di seluruh dunia, dengan mereka yang berjuang untuk bertahan hidup. Mereka semua beragama. Kadang agama bisa membantu mereka dan saya tidak akan mengambil mereka dari sana. Tetapi ada juga orang yang memanfaatkan itu untuk membenci dan membunuh. Saya tidak yakin mereka orang beragama."

Berangkat dari kehidupan keagamaannya sendiri, Jolie mengaku akan memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk memilih agama sesuai keyakinannya sendiri. Dan, dia bersama suami ketiganya saat ini Brad Pitt mengajarkan semua agama kepada anak-anaknya. Karena itu di rumah mereka kitab suci berbagai agama tersedia. Ada Injil, Taurat, Alquran dan lainnya. "Kami akan membawa mereka ke gereja, tempel, mengikuti upacara-upacara Budha, masjid dan mengajar mereka tentang semua keyakinan. Biarkan mereka memilih sendiri, agama yang akan dianutnya," ungkapnya dalam wawancara dengan parade.com.

Meski Angelina Jolie nyaman dengan status agama yang tidak jelas, ternyata sang mertua, ibu Brad Pitt, Jane Pitt berang. Bahkan sang mertua sudah membeli sebuah Alkitab sebagai hadiah perkawinan untuk menantunya itu agar bertobat. Gossipcop.com dalam sebuah artikerlnya berjudul, "Angelina Jolie Fighting Brad Pitt's Mom Jane Over Religion" yang diposting pada 18 Juli 2012 pukul 12.58, mengutip "The National Enquirer", menyebutkan bahwa ibu Brad Pitt, Jane Pitt "perang suci" dengan Angelina Jolie.

Enquirer menyebutkan bahwa Jane Pitt sudah membeli sebuah Alkitab untuk dihadiahkan kepada Angelina Jolie guna menyelamatkan nasib menantunya itu. "Jane membeli sebuah Alkitab beberapa minggu lalu untuk membantu menyelamatkan jiwa Angelina dan membawanya lebih dekat dengan Tuhan," jelas nara sumber yang disebut sebagai orang lingkaran dalam keluarga itu sambil menambahkan, "dan berdoa bersamanya agar hidup Brad dan Angelina berlangsung baik."

Masih menurut Enquirer, ketika Angelina mendengar khabar bahwa mertuanya mendoakannya, dia pun berang. Angelina Jolie, menurut orang lingkaran dalamnya, juga sudah muak dengan sang mertua, Jane Pitt. Tak pelak, aksi Jane ini membuat hubungannya dengan sang mertua semakin membeku.

Apapun agama Angelina Jolie, kini dia terlibat aktif dalam misi kemanusiaan. Dia menjadi Duta UNHCR yang mengurus pengungsi. Dia bepergian ke daerah-daerah konflik untuk menyelamatkan jiwa manusia tanpa peduli apa agama mereka. Mungkin yang terpenting bagi Jolie adalah berbuat baik kepada sesama tanpa dibungkus dengan agama tertentu. Kamusiaan adalah “agama” universal. (Alex Madji)

Selasa, 02 Oktober 2012

Estadio Da Luz


Klub ibukota Portugal, Benfica menjamu raksasa Spanyol, Barcelona pada laga kedua babak grup Liga Champions, pada Selasa, 2 Oktober 2012 atau Rabu, 3 Oktober 2012 dini hari WIB di Estadio Da Luz, Lisbon.

Akhir Juni 2012 lalu, ketika meliput Piala Eropa 2012 di Polandia, saya sempat ke Lisbon dan melintas di depan Estadio Da Luz. Berikut saya bagikan foto-foto bagian luar dari stadion kramat bagi Benfica itu.


Sebenarnya, ada satu lagi stadion di Lisbon yang tidak jauh dari stadion ini, yaitu stadion milik klub elite Portugal lainnya, Sporting Lisbon. Tetapi saya waktu itu tidak sempat ke sana, dan beruntung sekali saya melintas di depan Estadio Da Luz.

Di sinilah Benfica menjamu Barcelona pada babak grup Liga Champions musim 2012/2013 ini.

Foto diambil oleh Alex Madji

Hari Batik Nasional Tanpa Batik


Hari ini, Selasa, 2 Oktober 2012, adalah hari batik nasional. Hari batik nasional sudah ditetapkan melalui Keputusan Presiden No 33 Tahun 2009 tentang Hari Batik Nasional. Tanggal 2 Oktober dipilih sebagai Hari Batik Nasional karena pada tanggal itu Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap mata budaya Indonesia.

Sudah tiga tahun hari batik nasional ini berjalan. Tetapi gemanya minim. 1 Oktober 2012, beberapa sahabat mengirim pesan via blackberry messenger alias BBM baik secara pribadi maupun melaui grup yang isinya mengingatkan saya untuk mengenakan batik pada hari batik nasional ini.

Begini bunyi BBM yang disampaikan secara berantai itu, "Boleh ya mengingatkan bahwa besok tgl 2 okt adalah Hari Batik Nasional. Jangan lupa pakai Batik ya.... Mohon bantuan utk mengingatkan teman, saudara, anak, atau siapapun yg dikenal utk mengajaknya memakai Batik. Terimakasih atas kesediaannya bergabung memakai Batik di esok hari. Selamat beraktifitas."

Ingat akan BBM sang sahabat, saya lalu pakai batik warna merah marun, Selasa, 2 Oktober 2012 ini. Padahal, saya biasanya mengenakan batik pada setiap hari Jumat. Tetapi, saya kaget karena di tempat saya bekerja, tidak banyak yang mengenakan batik. Hanya segelintir orang mengenakan batik yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Lalu saya coba bertanya ke sejumlah teman di luar kantor. Seorang kawan yang bekerja di Rumah Sakit St Carolus di Jakarta Pusat, Santi menginformasikan bahwa para karyawan di rumah sakit itu mengenakan seragam biasa, bukan batik. Teman lainnya lagi dari kawasan Sudriman, Monita, juga menginformasikan bahwa di tempat kerja mereka, tidak banyak yang mengenakan batik. Padahal tidak ada juga kewajiban mengenakan seragam di kantornya.

Seorang teman lain di kawasan Jalan Thamrin, Joy, juga menginformasikan bahwa rekan-rekan sekantornya mengenakan seragam seperti biasa. Hanya, karyawan yang tidak punya seragam yang mengenakan batik.

Bahkan seorang abdi negara dari kawasan Tangerang mengaku tetap mengenakan seragam pegawai negeri sipil, bukan batik. Secara kelakar dia menulis begini, "Saya pk (pakai) uniform bos tp (tetapi) dalemannya batik hahahaha."

Wajib Batik
Sementara satu rekan yang bekerja di perusahan asuransi AIA, Linda, menginformasikan bahwa perusahannya mewajibkan karyawannya di seluruh Indonesia untuk mengenakan batik pada hari batik nasional ini. Teman lainnya lagi, Ino, mengabarkan, "Saya penggemar batik lengan pendek, model kemeja biasa. Enak dan nyaman di badan ke manapun."

Memang tidak ada yang salah kalau tidak mengenakan batik pada hari batik nasional ini. Tetapi seyogyanya mengenakan batik sebagai bentuk penghargaan dan kebanggaan atas produk khas Indonesia yang diakui dunia. Kita hanya cepat marah kalau batik "diakuisisi" negara tetangga, Malaysia. Tetapi begitu UNESCO sudah menetapkannya sebagai miliki kita, malah reaksi kita biasa-biasa saja. Apa kita harus tunggu dan malu ketika semua orang Malaysia mengenakan batik di negaranya baru kita marah? Harap tidak.

Maka peran pemerintah dan lembaga swasta untuk mensosialisasikan ini penting. Tetapi karena ini sudah ditetapkan melalui Kepres, maka sebaiknya pemerintah mewajibkan seluruh rakyat Indonesia untuk mengenakan batik pada hari batik nasional ini. Hingga tahun ketiga ini, sosialisasi hari batik nasional sangat minim. Menjelang 2 Oktober 2012, sosialisasinya hanya lewat media-media sosial. Itupun tidak massif. Diharapkan tahun depan, memakai batik pada hari batik nasional ini menjadi sebuah gerakan bersama rakyat Indonesia. Sehingga, hari batik nasional betul-betul memakai batik. Bukan yang lain. (Alex Madji)

Foto: Situasi di sebuah kantor pada hari batik nasional (Foto: Alex Madji)

Senin, 01 Oktober 2012

Pulihnya Kepercayaan Lembaga Survei


Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta sudah mengumumkan hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) ibukota negara ini, Jumat, 28 September 2012 sore. Hasilnya, pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) meraih suara terbanyak dengan 53,82 persen dari total 4.592.945 orang yang menggunakan hak pilih. Sedangakan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) hanya mengumpulkan 46,17 persen.

Angka ini tidak terlalu beda jauh dengan hitung cepat (quick count) semua lembaga survei pada hari pemungutan suara 20 September 2012. Semua hasil hitung cepat menempatkan pasangan Jokowi-Ahok sebagai pemenang Pemilukada DKI Jakarta. Pasangan Foke sendiri sudah menyampaikan ucapan selamat kepada Jokowi yang akan menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017, ketika hitung cepat semua lembaga survei hampir memasuki angka 100 persen.

Tetapi dari sekian banyak lembaga yang melakukan hitung cepat, ada dua lembaga survei yang nyaris tepat dengan hasil penetapan KPU Jakarta tersebut. Deviasi angkanya sangat kecil. Kedua lembaga itu adalah Lembaga Survei Indonesia dan Lingkaran Survei Indonesia yang sama-sama disingkat LSI. Yang paling mendekati hasil hitungan manual KPU DKI Jakarta adalah hasil hitung cepat Lembaga Survei Indonesia . Menurut hitung cepat lembaga ini, pasangan Jokowi-Ahok meraih suara 53,81 persen suara, sedangkan Foke-Nara 46,19 persen. Sementara menurut hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI), pasangan Jokowi-Ahok meraih 53,69 persen suara dan Jokowi Ahok 46,31 persen.

Sementara hasil hitung cepat Kompas menempatkan pasangan Jokowi-Ahok pada angka 52,97 persen dan Foke-Nara 47,03 persen. Kali ini, Kompas tergeser oleh dua lembaga survei tersebut. Pada putaran pertama, hitung cepat versi Kompas inilah yang paling mendekati hasil perhitungan manual KPU dibandingkan lembaga-lembaga survei manapun, termasuk dua lembaga survei di atas.

Tetapi Kompas tidak sendirian. Lembaga survei lainnya, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang juga melakukan hitung cepat mengunggulkan pasangan Jokowi-Ahok meraih dukungan 52,91% suara, unggul atas Foke-Nara yang memperoleh 47,09%.

Sedangkan menurut hitungan Indobarometer, pasangan Jokowi-Ahok meraih 54,11 persen dan Foke-Nara 45,89 persen. Hasil ini hampir sama dengan hasil hitung cepat Cyrus Network yang mengungguli pasangan Jokowi-Ahok dengan 54,72 persen dan
Foke-Nara dengan 45,28 persen

Hasil hitung cepat paling jauh dari hasil hitungan manual KPU DKI Jakarta adalah versi Indonesia Network Election Survey yang mengungguli pasangan Jokowi-Ahok dengan 57,39 persen dan Foke-Nara dengan 42,61 persen.

Bukan Uang
Ketepatan hitungan dua lembaga survei tadi yang sama-sama disingkat LSI cukup mengembalikan kredibilitas lembaga survei di negara ini, terutama bila melihat sepak terjang mereka selama proses Pemilukada DKI Jakarta. Pasalnya, sejak sebelum pemungutan suara putaran pertama, hampir semua lembaga survei menjagokan dan mengungguli pasangan Foke-Nara. Bahkan ada di antara lembaga itu yang meramal, pasangan Foke-Nara menang dalam satu putaran.

Hasil survei mereka ternyata meleset. Hasil Pemilukada putaran pertama memperlihatkan, pasangan Jokowi-Ahok unggul jauh atas pasangan Foke-Nara. Kemudian muncul dugaan bahwa lembaga-lembaga tersebut sudah dibayar oleh pasangan Foke-Nara sehinga hasilnya pun semuanya mengunggulkan Foke-Nara.

Entah belajar dari pengalaman tersebut, menjelang putaran kedua, tidak ada satu pun lembaga survei yang melakukan survei. Lembaga-lembaga ini baru muncul pada hitung cepat di hari pemungutan suara dengan hasil seperti yang sudah saya sampaikan di atas tadi.

Poin yang mau saya sampaikan adalah bawah seyogyanya lembaga-lembaga survei itu tidak tunduk pada lembaga/instansi/orang per orangan yang membayar. Untuk mendapat hasil yang objektif, mereka tetap harus tunduk pada prinsip-prinsip survei yang benar dengan menggunakan metodelogi yang bisa dipertanggungjawabkan. Hanya dengan begitu, mereka membangun lembaga intelektual yang terpercaya dan bukan tidak mungkin dibayar dengan nilai yang lebih fantastis daripada sekedar menghasilkan survei berdasarkan pesanan belaka. (Alex Madji)