Jumat, 30 Maret 2012

Pria-pria Nakal di Atrium


Mal Atrium, Senen, Jakarta Pusat, pertengahan Maret 2012. Hari itu, saya janji bertemu seorang teman di sana. Kami janji bertemu pukul 19.00 WIB. Tetapi saya datang satu jam lebih awal. Saya lalu naik turun beberapa lantai mal tersebut, sambil menunggu teman saya tiba.

Di sebuah lantai, saya berpapasan dengan seorang bapak. Badannya tidak terlalu besar. Hidungnya mancung. Mengenakan kaus kuning berkerah dipadu jins biru. Tampilannya rapih. Tiba-tiba dia mengedipkan mata. Saya yakin, bapak itu tidak sedang genit dengan saya. Lalu saya coba melempar mata ke kanan. Ternyata di sana ada dua orang perempuan berpakaian seksi. Saya tak sempat menangkap reaksi mata kedua perempuan itu.

Tak lama berselang, saya saksikan bapak itu berlalu. Tak ada akis lanjutan. Kemungkinan, karena kedipannya tak bersambut. Kedua perempuan tadi juga terus berlalu ke arah yang mereka tuju. “Dasar laki-laki hidung belang,” batin saya sambil melintas.

Beberapa minggu berselang, teman saya bermain ke mal yang sama. Kami ngobrol jarak jauh melaui blackberry messanger (BBM). Saya sedang berada di kawasan Gatot Soebroto, Jakarta. Sementara dia baru saja melaporkan SPT di sana.

Teman saya mampir meneguk segelas jus di salah satu sudut mal itu, setelah rampung. Semeja dengannya, duduk seorang bapak. Sudah cukup umur, katanya. Dia ditemani seorang gadis yang masih ABG: anak baru gede. Teman saya ini merekam pembicaraan mereka dalam hati. Pembicaraanya terang. Tidak pakai bahasa simbol.

Si Bapak tua tadi ajak sang ABG untuk BBS alias bobo-bobo siang. Dan sepertinya deal. Sebab tak lama berselang, mereka pergi. Entah kemana. Tetapi ada satu hal yang pasti, di samping mal itu ada hotel, Aston Atrium. Hanya sepelembar batu dari situ juga ada Hotel Oasis. Apakah mereka ke sana, walahualam.

Itu hanya dua kisah yang terekam. Sebelumnya, sudah lama beredar cerita bahwa di mal Atrium Senen itu berkeliaran begitu banyak pria hidung belang. Kebanyakan dari Timur Tengah. Mereka mencari mangsa perempuan-perempuan Indonesia. Atau sebaliknya. Perempuan-perempuan Indonesia mencari mangsa pria-pria Timur Tengah yang berkeliaran di sana.

Aksi para pria Timur Tengah itu tidak hanya terjadi di mal atrium. Di Puncak, Bogor, Jawa Barat, kisah mereka juga sudah menjadi rahasia umum. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menikah siri dengan perempuan setempat. Setelah “puas” mereka kembali ke negaranya meninggalkan perempuan Indonesia dengan buah hati hasil perkawinannya.

Jusuf Kalla ketika menjadi Wakil Presiden secara berseloroh pernah berujar, perilaku itu cukup positif supaya makin banyak rakyat Indonesia memiliki hidung mancung dan menjadi bintang film.

Padahal perilaku para pria Arab itu adalah sebuah pelecehan. Karena itu, sudah saatnya nasib perempuan Indonesia dilindungi dan dibela dari kejahatan kelamin para pria dari Timur Tengah. Tetapi siapa yang memulai?

Keterangan foto: pertunjukan musk di Atrium Senen

Rabu, 28 Maret 2012

Ternyata Megawati Suka Jengkol


Megawati Soekarnoputri mengunjungi kantor kami pada Rabu, 28 Maret 2012 sore. Ini adalah bagian pertama dari media tour putri proklamator Ir Soekarno yang juga mantan Presiden ke-5 RI itu. Dia didampingi antara lain oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Tjahjo Kumolo dan putrinya yang juga salah satu Ketua DPP PDI-P, Puan Maharani.

Tapi saya tidak ingin menulis tentang pertemuan tersebut. Sebab ini bukan media yang tepat untuk itu. Saya hanya ingin menulis sebuah sisi lain dari istri Ketua MPR Taufiq Kiemas ini.

Seorang teman yang juga kader PDI-P dan berkawan baik dengan orang ring satu Megawati menceritakan bahwa presiden perempuan pertama Republik Indonesia itu memiliki makanan kesukaan. Bukan hanya itu, mantan Ketua PDI yang mengalami represi pada masa Soeharto tersebut juga memiliki jenis makanan yang paling tidak disukai.

Menurut orang lingkaran dalamnya, Megawati paling suka makan jengkol, jenis makanan yang lazim disantap rakyat kelas bawah. Bahkan, jengkol satu mangkuk bisa disantap habis, kata teman saya tadi. Tetapi Mega menyukai makanan tersebut bukan karena disantap rakyat jelata, tetapi karena memang dia suka. Hanya saja, tidak dijelaskan alasan mengapa dia menyukai makanan tersebut. Mungkin hanya soal rasa. Dalam filsafat, masalah rasa tidak bisa diperdebatkan.

Selain itu, Megawati sangat suka combro sebagai cemilan. Karena itu, teman saya ini Rabu, 28 Maret 2012 pagi sibuk mencari jenis makanan ini sebagai sajian untuk Ibu Mega dalam kunjungan tersebut.

Hanya saja, Megawati tidak pernah disorot kamera wartawan baik foto maupun televisi saat dia makan jengkol atau combro. Beda dengan penggantinya, Presiden SBY yang selalu perlihatkan ke publik bahwa dia suka makan tempe dan tahu petis. Pernah sebuah ketika di Istana Negara, sejumlah wartawan diajak masuk ke ruang makannya untuk melihat menu makan siang Presiden. Keesokannya, hasil kunjungan itu menjadi feature sisi lain istana di sejumlah media massa.

Kembali ke cerita soal Megawati. Diceritakan pula bahwa ada dua jenis makanan yang paling tidak disukai Ketua Umum PDI-P ini. Yaitu ikan mas dan daging sapi. Soal ikan mas, Mega tidak suka dengan makanan ini karena ketika jaman kuliah dulu, dia kerja kuliah nyata (KKN) di sebuah tempat dan oleh tuan rumah tempat mereka menginap disajikan ikan mas. Padahal, dia melihat dengan mata kepala sendiri jenis makanan yang diberikan untuk ikan mas tersebut. Sejak itu sampai sekarang dia tidak konsumi jenis ikan ini.

Sementara soal daging sapi, teman saya tadi tidak menceritakan alasannya. Tetapi saya menduga ini terkait dengan keturanan Mega yang berasal dari Bali. Di Bali, khususnya di kalangan umat Hindu, sapi adalah hewan yang dagingnya tidak boleh dimakan. Ini hanya dugaan saya, yang harus dicaritahu lebih dalam lagi kebenarannya.

Kalau Anda punya informasi soal ini silahkan melengkapi tulisan ini. Titip informasi Anda itu pada kolom komentar di bawah ini dan saya akan menambahnya pada artikel ini. (Alex Madji)

Senin, 26 Maret 2012

Terimakasih BBM dan Tomcat


Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi berita utama berbagai media massa beberapa hari belakangan ini. Apalagi, reaksi mahasiswa di sejumlah daerah membuat berita terkait kenaikan harga BBM ini makin marak. Aksi unjuk rasa mahasiswa dan buruh menghiasi halaman depan media massa dan menjadi topik utama talk show media televisi. Lebih-lebih lagi, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) over acting ingin mengerahkan tentara guna mengamankan unjuk rasa mahasiswa dan buruh.

Di sela-selanya, ada berita tentang serangga Tomcat yang menyerang warga. Mula-mula dari Jawa Timur kemudian menular ke daerah-daerah lain, termasuk kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Media televisi paling gencar memberitakan serangga ini, termasuk memperlihatkan warga yang sudah terkena bisa serangga ini. Lukanya seperti luka gores. Bukan luka serius yang mematikan.

Tetapi anehnya, sejumlah wartawan di Jawa Timur tidak menemukan serangga Tomcat ini saat mereka melacak ke lokasi yang diberitakan media televisi. Lalu tersiar khabar bahwa berita serangga ini sengaja dibesar-besarkan. Bahkan, cerita serangga Tomcat ini adalah rekaan. Tujuannya untuk mengalihkan berita aksi unjukrasa mahasiswa dan buruh yang menolak kenaikan harga BBM.

Bila melihat pemberitaan media saat ini, sepertinya serangga Tomcat belum bisa menutupi berita aksi unjuk rasa mahasiswa dan buruh. Meski berita serangga Tomcat tetap ada, tetapi berita unjuk rasa juga tidak kalah serunya. Keduanya belum saling menutupi. Sementara Presiden SBY “lari” ke luar negeri, ketika unjuk rasa dalam negeri marak. Ya ini taktik lama SBY. Setiap kali Jakarta dilanda unjuk rasa, dia mengungsi baik dengan melakukan kunjungan ke luar negeri maupun ke daerah-daerah.

Tetapi yang pasti, dua berita itu menutup tuntas pemberitaan dugaan korupsi para petinggi Partai Demokrat dalam kasus pembangunan wisma atlet dan dan sarana olahraga Hambalang, Sentul, Jawa Barat, yang diduga melibatkan Ketua Umum Partai itu Anas Urbaningrum dan Angelina Sondakh yang sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Pada satu minggu terakhir, pemberitaan tentang praktek korupsi partai penguasa ini tenggelam oleh hingar bingar pemberitaan kenaikan harga BBM dan serangga Tomcat. Para petinggi Partai Demokrat untuk sementara bisa menarik napas lega, setelah pemberitaan media massa yang begitu gencar. Dan bukan tidak mungkin, mereka melakukan operasi senyap untuk mempatieskan kasus tersebut karena sudah luput dari perhatian publik.

Tugas media massa seharusnya adalah terus mengawal dan menggonggong agar ingatan masyarakat pada kasus korupsi para petinggi Partai Demokrat ini tetap hidup. Tetapi memang, media di negara kita ini selau menerapkan taktik “hit and run”. Setelah sebuah isu diberitakan habis-habisan dan ketika tidak seksi lagi, karena ada isu baru, lantas ditinggal. Ingatan masyarakat pun sependek pemberitaan media massa seperti itu. Situasi inilah yang dimanfaatkan para koruptor untuk menyusun strategi menghilangkan jejak kasus tersebut.

Karena itu, para tersangka dan calon tersangka kasus korupsi dari Partai Demokrat harus berterima kasih kepada BBM dan serangga Tomcat. Keduanyalah yang menyingkirkan mereka dari ruang publik, sambil berharap masyarakat dan media cepat lupa pada kasus korupsi tersebut. Selanjutnya, mereka membangun citra diri sebagai orang paling bersih dari korupsi. (Alex Madji)

Sumber foto: http://www.bloginfonews.com/

Selasa, 20 Maret 2012

Ada TNI di Kongres PSSI?


Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) baru saja menyelesaikan kongres tahunannya di Palangka Raya, Minggu 18 Maret 2012. Acara itu dibuka Gubernur Kalimantan Tengah Augustin Teras Narang pada Sabtu, 17 Maret 2012 malam di kantor Gubernur Kalimantan Tengah. Pada acara tersebut, penguasaha Arifin Panigoro hadir. Bahkan setelah acara pembukaan, AP, inisial namanya, berbicara di depan para peserta kongres. Mereka mendengar penuh takzim.

Acara malam itu hanya diisi dengan pidato Ketua Umum PSSI Djohar Airifn Husin dan Teras Narang. Selesai acara resmi, Teras Narang memperlihatkan kebolehannya dalam hal bernyanyi. Dia membawakan tiga lagu, antara lain “My Way” dan ”Kemesraan” diiringi paduan suara Sola Fide. Meriah dan menghibur.

Keesokan harinya, Minggu, 18 Maret 2012, kongres baru dimulai pada pukul 09.00 WIB di Hotel Aquarius, Palangka Raya. Wartawan yang diboyong dari Jakarta tidak diperkanankan masuk ke ruang kongres. Mereka hanya berkumpul di ruang pers sambil menunggu mereka yang datang jumpa pers di situ. Pada jam 12.00 WIB, rapat itu sudah kelar.

Ketua umum Djohar Arifin Husin diamping komite eksekutif (Esko) lainnya memberikan pernyataan pers. Dari sekian butir pernyataannya, sebenarnya tidak ada yang baru. Semua sudah dibicarakan sebelumnya. Yang baru adalah bahwa kongres menyepakati apa yang sudah disampaikan pengurus PSSI sebelumnya itu. Dengan kata lain, kongres itu hanya untuk mengetok apa yang sudah disiapkan PSSI alis kongres itu formalitas belaka.

Intinya, PSSI mau merangkul klub-klub ISL karena mereka adalah anggota PSSI dan menyelesaikan dualisme kompetisi. Bukan yang lain.

Tetapi saya tidak ingin menyoroti itu. Yang mau saya soroti adalah fakta yang saya temukan pada Senin, 19 Maret 2012 pagi. Pagi itu, pukul 07.00 WIB, saya turun ke restoran Hotel Luwansa, Pangka Raya, tempat kami menginap. Saya temukan pemandangan aneh di sana.

Sejumlah pria berpakaian militer dengan pangkat Letnan Kolonel dan Kolonel sedang menikmati sarapan. Meski dari tanda pangkatnya, saya tahu mereka bukan komandan. Dalam hati saya berpikir, apakah bapak-bapak ini menjadi peserta kongres PSSI kemarin. Praduga itu terlintas begitu saja karena setahu saya yang menginap di Hotel Luwansa adalah peserta kongres dan wartawan peliput kongres tersebut. Peserta lainnya menginap di Hotel Aquarius. Sementara tim nasional di Swissbell Hotel.

Ya, selama kongres setengah hari itu memang tidak bisa bedakan ini militer atau tidak. Karena semua berpakaian sipil. Ketika Senin pagi itu mereka mengenakan pakaian militer, saya lalu bertanya pakah para anggota militer itu memang pengurus sepakbola di provinsi atau kabupaten/kota? Ataukah mereka sengaja dikerahkan agar kongres itu memenuhi kuorum?

Pertanyaan ini memang perlu diverifikasi. Sayang saya tidak punya cukup keberanian untuk bertanya kepada pria berseragam itu. Tetapi paling tidak fakta ini memperkeruh situasi sepakbola saat ini. Nah, pembaca sekalian silahkan menilai sendiri.

Sabtu, 17 Maret 2012

Mengenang Liputan Pemilu Timor Leste 2007


Sabtu, 17 Maret 2012, Repulblik Demokratik Timor Leste menggelar Pemilihan Umum Presiden. Ini adalah pemilu kedua negara itu sejak merdeka dari Indonesia. Membaca berita pemilu presiden Timor Leste ini, saya teringat pengalaman meliput pemilu presiden 2007 di negara bekas provinsi ke-27 Indonesia tersebut. Ketika itu, suasana masih tegang karena negara itu baru dilanda konflik politik dan kekerasan horishontal.

Pertikaian politik terjadi antara kelompok Partai Fretelin di satu pihak dengan tokoh utama Mari Alkatiri melawan Xanana Gusmao dan Jose Ramos Horta di pihak lain. Pertikaian politik ini berujung pada jatuhnya Mari Alkatiri dari kursi Perdana Menteri. Pertarungan ini sebenarnya pertarungan idiologis antara kelompok sosialis (Fretelin) dengan kelompok pragmatis/kapitais diwakili Xanana Gusmao dan Ramos Horta yang didukung asing terutama Australia,

Konflik ini ditambah lagi oleh pemecatan sekelompok militer. Kasus inilah yang kemudian menimbulkan peristiwa berdarah dan memakan korban jiwa. Kelompok tentara ini kemudian menjadi kelompok pemberontak pimpinan Mayor Alfredo. Konflik ini merembet ke pertikaian antara warga Timor Leste bagian timur dan warga Timor Leste bagian barat. Suasana mencekam masih terasa ketika saya tiba di Dili lima tahun silam.

Korban konflik pun masih tinggal di tenda-tenda pengugsi di tengah Kota Dili ketika itu, tidak jauh dari Hotel Timor, Hotel Indonesianya, Timor Leste.

Pemilu Timor Leste lima tahun silam itu berlangsung hanya sehari setelah paskah. Saya tiba di Dili persis Jumat Agung. Begitu tiba di Bandara Lobato Dili yang dulu disebut Bandara Comoro, saya memilih menginap di Hotel Timor Lodge. Tidak jauh dari Bandara.

Hotel itu sebenarnya terbuat dari petikemas yang disulap jadi hotel. Tapi yang nginap di situ kebanyakan bule. Punya kolam renang. Resepsionisnya seorang perempuan Filipina. Sedangkan satpamnya mantan tentara Fretelin yang berjuang di hutan Timor Leste ketika menjadi bagian wilayah Indonesia. Bahasa Indonesia mereka patah-patah.

Selepas mengurus hotel, saya langsung mencari Gereja Katedral. Tapi sayang, ketika itu ibadat Jumat Agungnya masih lama. Tarif taksi dari Comoro ke tegah kota Dili 1 dolar Amerika Serikat. Sopir taksi setempat berbicara Bahasa Indonesia. Siaran-siaran radio pun masih campur Bahasa Tetun dan Indonesia. Sopir taksi mengingatkan saya untuk tidak pulang terlalu malam karena situasi belum kondusif. Taksi pun tak berani pulang di atas jam enam. Maka setelah melihat Dili sepintas lalu dan mengunjungi Kantor KPU-nya, saya kembali ke hotel menggunakan taksi dengan tarif yang sama. Hari itu dilewati tanpa mengikuti Jumat Agung.

Jam demi jam di hotel saya lewati dengan membaca novel yang saya bawa dari Jakarta. Keesokan harinya saya kembali ke pusat Kota Dili. Saya mampir di Hotel Timor tempat para pemantau dan pengamat asing berkumpul. Pas jam makan siang saya ke Kampung Alor. Makan siang di warung nasi milik orang-orang Indonesia dengan menu nasi ayam seharga satu dolar AS.

Selepas makan siang, saya mengikuti jumpa pers para calon dan para pendukungnya. Juga mengikuti jumpa pers KPU. Jumpa pers di sana diberikan oleh seorang pastor SDB dalam empat bahasa: Tetun, Inggris, Indonesia, dan Porto dengan sama lancarnya. Mengagumkan.

Ketika senja tiba, saya bergeser ke depan Governo atau Kantor Perdana Menteri. Ini adalah bekas kantor Gubernur Timor Timur. Tidak ada pagar pembatas. Ini adalah kompleks kota tuanya Dili. Di sekitar situ banyak bangunan tua peninggalan Portugis. Ada yang terawat bagus. Ada juga yang tidak. Di depan kantor perdana menteri itu, ada lapangan cukup luas. Di ujungnya ada pohon-pohon yang di bawahnya ditempatkan kursi. Pengunjung bisa duduk-duduk di situ menikmati senja dan semilir angin pantai. Di bibir pantai ada tembok yang bisa diduduki sambil menyaksikan matahari tenggelam di balik ufuk. Sungguh Indah. Sebelum jam enam, saya balik ke Hotel Timor Lodge. Malamnya, saya ikut misa paskah di gereja Comoro yang tidak jauh dari hotel. Saya bersama umat di sekitar gereja itu mengendap dalam kegelapan malam. Tidak ada penerangan jalan. Wangi-wangian para gadis yang ke gereja semerbak.

Minggu, saya kembali ke tengah Kota Dili. Kali ini naik angkot sampai tengah Kota Dili. Kemudian ambil taksi untuk mensurvei rumah salah satu calon presiden yang menjabat sebagai perdana menteri saat itu, Jose Ramos Horta, yang tidak jauh dari bibir pantai Pasir Putih di jalan menuju bukit Patung Kristus Raja. Sengaja saya melihat tempat itu karena saya berencana meliput hari pemungutan suara besok pagi di tempat tersebut. Rutinitas hari itu sama dengan Sabtu kemarin.

Hari H, saya meliput pemungutan suara di tempat pemungutan suara tidak jauh dari rumah Romos Horta. Tidak seperti di Indonesia, Ramos Horta ikut antre bersama warga lain saat ke bilik suara. Saya ambil fotonya, dan menjadi foto headline koran tempat saya bekerja pada hari itu. Padahal foto itu diambil pakai kamera saku. Saya tidak sempat ke rumah Xanana Gusmao karena mereka memberikan suara pada jam yang hampir bersamaan.

Setelah kirim berita, saya mengaso sebentar. Menjelang sore, saya pergi ke beberapa TPS untuk menyaksikan penghitungan suara. Di beberapa TPS yang saya lihat, Ramos Horta unggul jauh dari lawan-lawannya. Begitupun di TPS di SMP di depan Hotel Timor Lodge. Ramos Horta unggul atas calon presiden dari Fretelin, Lu Olo. Dan benar, di Dili, Horta menang total. Tetapi di daerah lain, Lu Olo unggul, diikuti calon-calon lain seperti calon dari Partai Demokrat Fernando De Araujo yang pada pemilu tahun ini mencalonkan diri kembali.

Hasil akhirnya, tidak ada calon yang menang mutlak. Pemilu Presiden harus dilakukan dalam dua putaran. Dua calon peraih suara tertinggi yaitu Jose Ramos Horta dan Lu Olo bertarung head to head. Pasca pengumuman itu, segmentasi politik lalu terbentuk. Fretelin menjadi musuh bersama. Dan, memang akhirnya, pada putaran kedua, Jose Ramos Horta menang telak dan terpilih sebagai Presiden Timor Leste.

Tetapi saya sudah tidak mengikuti lagi pemilu putaran kedua tersebut. Saya hanya mengikuti pemilu putaran pertama sampai tahap pengumuman pemenang, sebelum akhirnya saya kembali ke Jakarta.

Proses demokrasi di negara baru itu memang tidak berjalan mulus karena diwarnai kekerasan. Tetapi tampaknya tahun ini, prosesnya lebih baik dan jauh dari aksi kekerasan. Mudah-mudahan tahun ini pemilunya lebih demokratis, fair, adil dan jujur. Selamat berpesta demokrasi Timor Leste. (Alex Madji)

Spanyol Terbaik


Kali ini saya buat catatan tentang bola. Tentang liga sepakbola terbaik di jagat raya ini, setelah tersingkirnya Manchester United (MU) dan Manchester City dari ajang Liga Europa.

Liga Utama Inggris selama ini diamini publik sebagai liga terbaik di dunia. Dia menggeser Liga Italia yang pada satu dekade silam menjadi kiblat sepakbola dunia. Sekarang Liga Italia tergusur di belakang La Liga Spanyol yang diyakini masih satu kelas di bawah Liga Utama Inggris.

Tetapi melihat hasil kompetisi di kancah Eropa musim ini, klaim Liga Inggris sebagai yang terbaik digugat habis. Sebab tim-tim papan atas negara itu gugur pada fase grup di Liga Champions. MU kalah bersaing dari Benfica. Manchester City tersingkir oleh Napoli. Kedua klub itu lalu terlempar ke kompetisi kelas dua, Liga Europa.

Hanya Arsenal dan Chelsea yang masuk ke babak 16 besar. Itu pun, Arsenal kandas di tangan Milan, setelah takluk 4-0 di San Siro dan menang 3-0 di Stadion Emirates. Di babak perempat final, Inggris hanya diwakili Chelsea yang lolos secara dramatis karena berhasil menyingkirkan Napoli yang sudah unggul 3-1 pada leg pertama di Stadion San Paolo tetapi akhirnya bisa berbalik menang 4-1 di Stamford Bridge.

Di Liga Europa, nasib tim-tim Inggris lebih buruk lagi. MU dan City memang lolos ke-16 besar, tetapi mereka gagal ke perempat final setelah kalah bersaing dengan Athletic Bilbao (Spanyol) dan Sporting Lisbon (Portugal). Akibatnya, tidak ada satu pun wakil Inggris di ajang tersebut.

Coba bandingkan dengan Spanyol. Di Liga Champions, mereka mengutus Barcelona dan Real Madrid ke perempat final. Keduanya malah favorit juara pada turnamen paling bergengsi di Eropa ini. Di Liga Europa, wakil Spanyol lebih banyak lagi. Di perempat final, Spanyol diwakili Atletico Madrid, Athletic Bilbao, dan Valencia.

Sir Alex Ferguson, pelatih MU, setelah timnya disingkirkan Athletic Bilbao di Stadion San Memes, mengatakan bahwa Bilbao adalah salah satu favorit juara Liga Europa.

Dari data di atas, patut kita bertanya, masihkah kita menilai Liga Utama Inggris sebagai yang terbaik di muka bumi ini? Bukankah liga terbaik itu sudah diambil alih Spanyol?

Nah, kalau saya berpendapat, tahun ini La Liga Spanyol adalah yang terbaik di dunia, seperti pernah dibilang Xavi Hernandez, gelendang brilian Barcelona. Sebab mereka mendominasi Liga Champions dan Liga Europa.

Pendapat itu semakin diperkuat lagi bila melihat hasil Piala Dunia dan Piala Eropa, dimana mereka menjadi juara Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Pendapat yang menyebutkan bahwa liga yang terbaik selalu menghasilkan tim nasional yang terbaik juga menjadi terbukti benar. Jadi, saat ini La Liga Spanyolah yang terbaik di jagat raya ini. Bukan Inggris. (Alex Madji)

Kamis, 15 Maret 2012

Pindah Agama


Ini berita lama. Tetapi saya ingin tampilkan di blog ini yaitu bahwa mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair pindah dari Anglikan ke Katolik beberapa saat setelah berhenti dari PM Inggris. Pada saat yang sama ada berita dari Papua bahwa ada warga biasa suku Asmat oleh sejumlah media di Jakarta disebut sebagai kepala suku besar Asmat sudah pindah dari Katolik ke Islam. Pemberitaan itu dibantah oleh Uskup Agats, Mgr Aloysius Murwito, OFM.

Sinansius Kayimter yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Umar Abdullah Kayimter, kata Keuskupan Agats, adalah warga biasa yang lahir di Per tanggal 13 Desember 1962 dan dibaptis dalam Gereja Katolik pada tanggal 31 Januari 1963 di Per oleh Pastor Miller, OSC. Sebagai saksi pembaptisan waktu itu adalah bapak Mikael Apakci. Data kelahiran dan baptisan ini tercatat dalam buku Baptis Paroki Ewer No. LB. IV. 5988, tahun 1963.

Perihal Blair pindah ke Katolik, diceritakan bahwa sebenarnya ketertarikan menjadi Katolik sudah lama. Bahkan selama menjadi PM Inggris, dia sering mengikuti misa di Gereja Katolik. Tetapi selama menjadi PM, dia haruslah seorang Anglikan.

Blair mengaku bahwa perpindahan itu dipengaruhi oleh sang istri, Cherie Blair yang adalah seorang penganut Katolik. Anak-anak mantan Ketua Partai Buruh Inggris itu juga memilih menjadi Katolik diarpada Anglikan. “Ketika saya menjalani tahap persiapan menjadi seorang Katolik, saya merasa pulang ke rumah sendiri. Hati saya ada di sini (Katolik) dan saya pun milik Katolik,” ujarnya.

“Sejujurnya, semua ini berawal dari istri saya. Saya mulai mengikuti misa bersama. Kami harus memilih apakah ke Geraja Anglikan atau Katolik. Dan Katolik selalu menang. Sudah lama saya mengikuti misa. Sangat sulit menemukan kata-kata yang tepat. Saya merasa ini tepat untuk saya. Ada sesuatu, bukan saja mengenai doktrin gereja tetapi tentang Gereja Katolik yang universal,” lanjutnya.

Tetapi masih ada cerita lain dari keluarga Blair. Adik iparnya, presenter dan wartawan Lauren Booth, yaitu adik dari Cherie Blair, pindah ke Islam. Keputusannya itu membuatnya dikecam di seantero Inggris.

Dia memutuskan menjadi seorang muslim setelah mengunjungi Masjid Fatima al-Masumeh di Kota Qom di Iran. “Hari itu, Selasa malam. Ketika saya duduk, saya merasakan sebuah pengalaman spiritual,” ceritanya kepada The Mail.

“Sekarang saya tidak makan babi dan membaca Al Quran setiap hari. Sekarang sudah halaman 60. Saya juga sudah tidak minum alcohol. Sudah 45 hari. Ini periode terpanjang (tidak minum alcohol) selama 25 tahun,” imbuhnya.

Tetapi menurut Blogger Andrew Brown, pernyataan Luren Booth ini politis dan merupakan bentuk penolakan terhadap masyarakat tertentu. Sebelum membuat pernyataan itu di publik, Booth dan suaminya baru saja mengalami kecelakaan motor yang membuatnya harus koma. Mereka yang tadinya tinggal di Prancis terpaksa kembali ke Inggris untuk perawatan.

Menurut Andrew Brown, menjadi seorang muslim di Inggris berbeda sekali dengan menjadi muslim di Indonesia. Apalagi di Argentina. Ini tidak terkait sama sekali dengan doktrin. Disraeli tidak akan pernah menjadi perdana menteri bila tidak mau pindah dari Yudaisme ke Kristen. Begitupun Margaret Thatcher harus pindah dari Kristen Metodis ke Anglikan untuk menjadi Perdana Menteri Inggris.

Dengan demikian, pernyataan Luaren Booth adalah sangat politis karena dia bekerja di Iran dan Timur Tengah. Sebab, kata sang Blogger, sangat tidak mungkin bagi Booth yang baru masuk sudah membaca Al Quran sampai halaman 60. Dia khawatir tiga bulan kemudian dia masih juga di halaman 60.

Nah, yang mau saya katakan adalah bahwa tidak terlalu penting apa agama seseorang. Yang lebih penting adalah perbuatan baik bagi orang lain. Percuma orang mengaku beragama kalau perbuatannya tidak lebih baik atau bahkan lebih buruk dari seorang ateis. Jadi, mari kita menghayati agama kita masing-masing dengan tetap berbuat baik kepada sesama, apa pun agamanya. Dan yang lebih penting lagi, perbuatan baik itu bukan bertujuan politis, tetapi tulus dan murni dari hati terdalam.

Selasa, 13 Maret 2012

BLSM Itu Candu


Pemerintah akan mengganti istilah Bantuan Langsung Tunai (BLT) dengan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diberlakukan per 1 April mendatang.

Baik BLT maupun BLSM substansinya sama. Memberi bantuan uang tunai kepada masyarakat yang terdampak kenaikan harga BBM. Yang berubah hanya nama. Pemerintah akan memberi Rp 150.000 per keluarga selama sembilan bulan, April-Desember 2012 kepada 18,5 juta keluarga. Total dana yang disiapkan untuk paket program ini sebesar Rp 25,6 triliun. Luar biasa besar.

Bantuan ini memang populis dan menyenangkan rakyat. Di tengah himpitan ekonomi yang mencekik, uang Rp 150.000 terasa sangat membantu. Tetapi tanpa disadari, bantuan ini tidak bisa menentramkan rakyat secara permanen. Begitu dana BLT atau BLSM itu habis, penyakit miskin rakyat kambuh kembali.

Sebab dengan tingkat kebutuhan yang tinggi, uang sebesar itu akan habis hanya dalam hitungan jam atau paling lama sehari. Beli beras, beli ikan, beli pulsa, dan kebutuhan lainnya. Besoknya, rakyat kembali hidup dengan mata nanar.

Karena itu, kebijakan BLSM sama sekali tidak mendidik rakyat. Program ini tidak mengangkat rakyat dari jurang kemiskinan. Sebaliknya, membiarkan rakyat terninabobo dalam kemiskinan. Rakyat miskin malah dilecehkan karena seolah-olah pemerintah meminta rakyat untuk tidak takut hidup miskin karena pemerintah akan memberi dana penghibur seperti ini. Dalam arti itu, paket BLSM ini adalah pelecehan yang luar biasa terhadap rakyat miskin.

Padahal tugas Utama pemerintah adalah bagaimana mengangkat rakyat keluar dari kemiskinan secara permanen. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru sampai di tingkat desa. Bukan hanya di kota-kota besar. Ini jauh lebih bermartabat dan lebih berjangka panjang dibandingkan hanya memberi dana cash. Caranya, dengan membangun infrastruktru jalan, jembatan, irigasi dan lain-lain agar roda perekonomian rakyat di kampung-kapung berjalan bagus.

Tetapi repotnya, hitungan logis seperti ini selalu tidak sejalan dengan hitungan politis pemerintah dan DPR. Mereka berhitung, bagaimana mereka dipilih kembali pada pemilu mendatang. Maka suara rakyat dibeli sejak dini dengan paket BLSM. Apalagi program seperti ini sudah ampuh mengeruk suara rakyat seperti pada pemilu-pemilu sebelumnya.

Karena itu para pengambil keibijakan baik pemerintah maupun di DPR mengambil jalan pintas seperti ini, sambil mencari cela bagaimana dana BLSM itu dicuri untuk kepentingan kampanye nanti.

Padahal, bila rakyat cerdas, partai pemerintah dan partai-partai politik yang mendukung program ini tidak layak dipilih pada pemilu mendatang. Sebab mereka telah melecehkan dan mengolok-olok rakyat miskin. Repotnya, pendidikan politik rakyat agar mereka cerdas tidak berjalan. Partai politik berkepentingan agar rakyat tetap bodoh. Sehingga, program bodoh seperti ini pun tetap dinilai baik oleh rakyat pemilih yang mayoritas miskin.

Ketika peran pendidikan rakyat partai politik tidak berjalan, seharusnya tugas media massa untuk mencerdaskan rakyat. Sayangnya, belum apa-apa, media massa sudah dikooptasi. Para pemimpin media diundang bertemu secara khusus oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa untuk mensosialisasikan kebijakan kenaikan harga BBM dengan kebijakan ikutannya seperti BLSM tadi.

Lalu siapa lagi yang diharapkan? Tinggal media-media independen, termasuk para blogger kritis, kelompok lembawa swadaya masyarakat (LSM) dan oposisi jalanan. Kelompok ini perlu memberi tekanan untuk segera menghentikan kebijakan bodoh bernama BLSM. Sebab BLSM hanya candu yang menghibur dan menenangkan rakyat sesaat. (Alex Madji)

Sumber foto: http://blog.djarumbeasiswaplus.org/endahpurnamasari/tag/country/

Minggu, 11 Maret 2012

Mengapa Roberto Baggio Menganut Budha?


Roberto Baggio adalah legenda sepakbola Italia. Aksinya di lapangan hijau sulit dilupakan. Dia pernah menjadi pahlawan bagi Gli Azzuri. Tetapi juga pernah menjadi pecundang, ketika gagal menendang 12 pas pada partai final Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat melawan Brasil.

Di dunia sepakbola dia digelari il Fenomeno. Tetapi bagi kelompok tertentu, dia dicap sebagai pengkianat.

Apa pasal? Tidak lain karena keputusannya pindah dari Agama Katolik menjadi penganut Buddhisme. Maklum, Baggio lahir dan hidup di negara yang mayoritas dan jantungnya kekatolikan. Di sana, pemimpin tertinggi agama ini tinggal. Vatikan City. Lebih-lebih lagi, orang tuanya adalah penganut Katolik yang taat.

Selama ini, saya hanya tahu bahwa Baggio adalah seorang penganut Budha. Tetapi tidak paham mengapa dan bagaimana ceritanya sehingga dia bisa menjadi penganut Budha yang tentu saja sangat-sangat minoritas di Italia. Setelah mencari, akhirnya saya menemukan jawabannya.

Ternyata keputusan itu tidak terjadi tiba-tiba. Tetapi didasarkan pengalaman pahit di dunia sepakbola. Ketika membela Fiorentina, tepatnya pada 1987, Baggio mengalami cedera lutut parah. Bahkan hingga dua kali. Akibatya, dia hanya tampil lima kali dalam dua tahun pertamanya bersama La Fiola.

Setelah menjalani operasi dan merasa agak baik, dia mencoba mengikuti sesi latihan. Tetapi setelah 10 menit, cederanya kambuh. Inilah pengalaman paling kelam dalam hidup pria kelahiran Venesia itu dan membuatnya frustrasi. Rasa frustrasi itu terwujud dalam pertanyaannya yang paling substansial, "Mengapa saya?"

Selama masa cedera itu, dia diperkenalkan tentang ajaran Budha oleh temannya Morrichio di Firense, Italia. Ternyata ajaran ini memikat hatinya. Dia lalu membaca banyak buku tentang agama tersebut. Setelah cukup paham, Baggio yang adalah seorang introvert dan tergila-gila pada perempuan yang punya tampang pembunuh tetapi hanya mencintai seorang wanita seumur hidupnya, lalu memutuskan beralih dari Katolik ke Budha.

Peristiwa peralihan ini berlangsung sangat sederhana dan begitu cepat. Januari 1988. Suhu dingin membeku. Hari masih pagi. Morrichio pulang dari pesta perayaan tahun baru dan baru tidur pukul 04.30 dini hari. Tiba-tiba pada pukul 07.30 pintu kamarnya diketok. Yang ketok itu bukan sembarang orang, tetapi Roberto Baggio.

Begitu pintu dibuka, tanpa tedeng aling-aling, Baggio menyampaikan keinginannya menjadi seorang penganut Budhisme. Morrichio kaget bukan kepalang. "Apa kamu sudah gila? Dan ngapain kamu datang pagi-pagi buta seperti ini hanya untuk menyampaikan hal itu," kata Morrichi.

Tetapi, Morrichio tak kuasa menolak. Dia pun meluluskan keinginan Baggio. Jadi, pada pagi yang dingin itu, 1 Januari 1988 itulah, Roberto Baggio resmi menjadi penganut Budhisme. Bagi pria yang terkenal dengan rambut kuncirnya itu, 1 Januari 1988 bukan saja hari pertama pada tahun yang baru, tetapi sebuah peziarahan baru dan bab baru dalam hidupnya.

Baggio tidak berani langsung memberi tahu ibunya, Matilde Baggio, tentang keputusannya pindah ke Budihsme. Dia butuh waktu tiga bulan untuk menceritakan hal itu kepada ibunya. Di kemudian hari, Matilde mengatakan, "Saya tidak ingin menghakimi pilihan anak saya. Apa yang ingin saya katakan adalah bahwa saya akan lebih bahagia bila dia (Roberto Baggio) bisa menjalanan agamanya. Tetapi saya berdoa kepada Tuhan setiap pagi, semoga dia kembali ke Gereja Katolik."

Setahun kemudian, pada 1989, Baggio berhasil keluar dari masa-masa sulitnya dan bergabung dengan Juventus. Di klub Kota Turin itu, anak ke-7 dari delapan bersaudara itu digaji 25 juta lira. Dia menjadi pemain yang dibayar paling mahal di dunia saat itu. Lalu pada 1993 dan 1994, dia terpilih sebagai pemain terbaik dunia secara berturut-turut, meskipun dia gagal menghantar Italia menjadi juara Piala Dunia karena dia gagal mengeksekusi penalti dalam adu penalti melawan Brasil di final Piala Dunia 1994.

Dalam wawancara setelah operasi dua lututnya, Baggio mengakui bahwa iman barunya itu membantu dia menjaga keseimbangan hidup, jauh dari sepakbola. Dan agama barunya itulah yang membantu dia tidak cepat-cepat gantung sepatu.

Sejak menjadi penganut Budha, dia terus meditasi dan berdoa dua kali sehari selama satu jam setiap kali berdoa dan tidak boleh diganggu. Dia terus melakukan itu (doa) kapan dan dimana pun, dan tidak perlu disuruh. Pengetahun pada ajaran Budha puna semakin meningkat dan meresap. Roberto Baggio kemudian percaya pada karma. Dalam karma, manusia mempertanggungjawabkan tindakan masing-masing orang.

Lebih lanjut, bagi Baggio, kehidupan adalah sebuah kebenaran yang pahit dan mulai melihat masa depan secara berbeda. Pengalaman traumatis akibat cedera panjang membuatnya nyaris mundur dari dunia sepakbola. Tetapi berkat iman barunya dia menemukan bahwa hidup adalah sebuah tantangan dan Budhisme sudah memberinya kekuatan untuk menghadapi tantangan.

Dalam bagian pengantar buku otobiografinya, "Baggio il Fenomeno" disebutkan, "Kehidupan adalah sebuah lingkaran yang tanpa ujung bagi mereka yang percaya pada reinkarnasi."

Beberapa tahun kemudian, dia merasa sedih setelah membaca di koran bahwa salah satu bekas rekan setimnya terjerumus dalam narkotika. Dia sedih karena dia tidak bisa membantu teman tersebut. Sebab dia dan BUdhisme menolak penggunaan obat-obatan terlarang seperti itu untuk kepentingan yang keliru. (Alex Madji/Dari berbagai sumber)

Kamis, 08 Maret 2012

DPR dan Kondom


Seolah tidak ada yang baik datang dari DPR. Publik selalu disajikan dengan deretan kursi kosong anggota dewan. Hanya satu dua orang yang mengisi deretan kursi mewah yang banyak itu. Pemandangan lain yang disajikan dalam berita-berita foto dan gambar di layar kaca adalah anggota dewan yang terlelap dalam ruang berpendinginan udara yang pekat. Atau kalaupun melek, kerjanya hanya melihat situs porno waktu sidang.

Lalu apakah untuk ini mereka dipilih? Bukankah mereka digaji oleh pajak rakyat untung menghadiri sidang soal rakyat dan mati-matian membela kepentingan rakyat yang diwakilinya? Atau jangan-jangan tidur waktu sidang dan tidak menghadiri sidang adalah bagian dari pekerjaan mereka? Masih banyak deretan pertanyaan yang bisa diajukan. Tetapi dari fakta yang disajikan media massa memperlihatkan bahwa anggota dewan kita ini sudah tidak memiliki saraf rasa malu.

Saking putusnya urat saraf malu, praktek korupsi pun dilakukan secara membabi buta. Maka tidak heran, kalau banyak anggota dewan yang akhirnya tinggal di balik jeruji besi. Paling akhir adalah Muhammad Nazaruddin, mantan anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat. Sebentar lagi, bekas orang tercantik di Indonesia Angelina Sondakh yang sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet.

Meskipun Angelina Sondakh berkelit dengan membantah keterangan di BAP bahwa dia tidak punya Blackberry. Padahal publik tahu bahwa perempuan setenar dia tidak mungkin tidak pakai BB yang sedang menjadi gedjet sejuta umat itu.

Di tengah cerita kelam seperti itu, muncul lagi cerita baru yang diungkapkan Ketua DPR Marzuki Alie bahwa kondom berserakan di DPR. Astagafirullah.

Dalam hati saya bertanya-tanya jangan-jangan anggota dewan itu tidak menghadiri sidang karena sedang menghabiskan stok kondom di ruangan masing-masing. Lalu kondom bekas pakai itu dibuang begitu saja. Sebegitu vulgarkah praktek esek-esek itu di parlemen? Atau jangan-jangan DPR sudah menjadi lokalisasi prostitusi? Apalagi bukan rahasia lagi bahwa perempuan-perempuan cantik berseliweran di gedung dewan itu, seperti yang dikeluhkan Marzuki Alie soal perempuan-perempuan berok mini di gedung rakyat tersebut.

Ini lebih mengerikan. Polisi seharusnya menyelidiki kemungkinan praktek prostitusi di DPR dengan pelaku anggota dewan. Bila ditemukan, pelakunya harus dihukum seberat-beratnya. Alasan pertama, mereka melakukan praktek prostitusi di gedung terhormat, gedung rakyat yang seharusnya menjadi tempat hak-hak dan kepentingan rakyat diperjuangkan.

Kedua, mereka sudah dibayar mahal, masih korupsi pula, tetapi ternyata tidak kerja untuk rakyat. Uang rakyat hanya dipakai untuk praktek pelacuran. Karena itu, mari kita tunggu kerja polisi mengungkap cerita lain dari DPR yaitu praktik prostitusi. Bukan hanya kursi-kursi kosong, atau anggota DPR yang tertidur atau anggota dewan yang melihat perempuan telanjang di situs porno, tetapi praktek prostitusi. (Alex Madji)

Sumber foto: http://nasional.kompas.com/read/2011/05/12/17195764/Inilah.Gaji.Bulanan.Para.Anggota.DPR

Rabu, 07 Maret 2012

Tips Jadi Pengusaha Merry Riana


Merry Riana adalah motivator perempuan nomor satu di Asia Tenggara. Gelar itu tidak lahir begitu saja. Tetapi setelah mencapai sebuah keberhasilan. Perempaun kelahiran Jakarta 31 tahun silam itu mendapat penghasilan lebih dari satu juta dolar pada umur yang masih relatif sangat muda, 26 tahun. Lebih cepat empat tahun dari targetnya.

Merry Riana sukses sebagai seorang penjual asuransi di Singapura, tempat dia menempuh pendidikan tinggi dan tinggal. Kisah sukses itu diceritakan Alberthine Endah dalam buku "Merry Riana, Mimpi Sejuta Dolar". Buku ini bak novel. Sebuah kisah nyata yang menarik dan enak dibaca.

Sebelum buku ini, Merry Riana menulis buku berjudul "A Gift From A Friend". Dari sudut penulisan, buku ini dengan buku "Mimpi Sejuta Dolar" jauh berbeda. Ada bagian yang diulang, terutama mengenai kisah sukses Merry Riana. Hanya dalam buku "Mimpi Sejuta Dolar" kisahnya disajikan lebih menarik, khas Alberthin Endah.

Dalam buku "A Gift From A Friend", Merry Riana ingin berbagi tentang tips menjadi pengusaha atau entrepreneur. Dia mengutip ekonom Italia, Vilfredo Pareto yang pada 1906 menciptakan rumus matematika untuk menjelaskan distribusi kekayaan yang tidak merata di negaranya. Pareto mengamati bahwa 20 persen penduduk memiliki 80 persen kekayaan yang ada. Sebaliknya 80 persen penduduk hanya menguasai 20 persen kekayaan negara.

Rumus itu kemudian dikenal sebagai prinsip Pareto. Merry Riana mengajak pembaca untuk masuk dalam kelompok 20 persen penduduk yang menguasai 80 persen kekayaan. Merekalah penduduk kaya di dunia ini.

Tetapi untuk itu harus ada upaya ekstra dan luar biasa agar bisa keluar dari kelompok 80 persen dan masuk dalam kelompok kecil 20 persen. Karena itu harus ada upaya yang berbeda dari kelompok 80 persen itu.

Salah satu caranya adalah dengan bekerja keras. Merry Riana mengumpamakan dengan sapi versus kuda. Sapi dilukiskan sebagai binatang yang hidupnya susah. Dia sudah susah payah selama hidupnya, tetapi akhirnya hanya berujung di tempat pemotongan hewan. Sementara kuda, bisa diajar sebagai kuda pacuan. Karena itu dia diberi tapal kuda, dibuatkan rumah, dan konsumsi makanan bergizi tinggi. Kuda dilukiskan sebagai pekerja keras dan hasil kerja keras itu berbuahkan hadiah dan penghargaan. Jadi, harus bekerja keras seperti kuda daripada menjadi sapi.

Tips lainnya, bekerja terus menerus tanpa mengenal lelah dan tidak akan beristirahat sebelum tujuan tercapai. Inilah cara kerja yang mendatangkan kesuksesan luar biasa. Merry Riana mengambil contoh perlombaan antara kelinci dan kura-kura. Kelinci memutuskan beristirahat bahkan ambil siesta alias tidur siang karena merasa sudah meninggalkan kura-kura jauh di belakang. Tanpa sadar, dan karena terlelap dalam tidur, kura-kura justru mendahului kelinci dan akhirnya memenangkan pertandingan.

"Saya memilih menjadi kelinci yang selalu berlari secepat mungkin dan tidak beristirahat sebelum mendapatkan apa yang saya inginkan. Tidak ada kura-kura mana pun yang giat dan rajin, dapat mengejar saya," kata Merry Riana (Hal. 104).

Karena itu, manfaatkan segala gelar yang dimiliki sebagai batu loncatan untuk meraih kesuksesan. Bukan justru menjadi batu sandungan. Banyak pengusaha sukses yang tidak memiliki gelar sarjana. Dengan kata lain, gelar sarjana bukan jaminan untuk menjadi sukses. Tetapi dia menjadi batu loncatan menuju tangga ke suksesan. Merry Riana sendiri adalah lulusan terbaik dari fakultas teknik elektro Nanyang Technological University (NTU) Singapura. Tetapi dia justru menjadi ahli keuangan dan meraih kesuksesan yang luar biasa dalam bidang tersebut, sebagai penjual asuransi atau istilah kerenya, konsultan keuangan.

Selain itu, lingkungan juga sangat menentukan kesuksesan seseorang. "Bill Gates menghasilkan jutaan dolar setiap hari sebagai pendiri Microsoft. Jika dia memutuskan untuk bekerja sebagai tukang cukur, apakah Anda pikir ada yang mau membayar dia satu juta dolar untuk memotong rambut?" tulis Merry Riana lagi.

Kalau mau lebih sukses, menurut Merry Riana, pilihlah tangga wirausaha dibandingkan tangga perushaan atau menjadi orang kantoran. Sayangnya, hanya sedikit orang yang memilih tangga wiraswasta ini. Sebab bagian bawah tangga ini tidak terlihat lebar dan stabil seperti pada tangga perusahaan. Tetapi semakin ke atas, sebenarnya Anda akan membantu banyak orang naik bersama Anda dan persaingan seperti di tangga perusahaan relatif kecil. Dan, bila sampai puncak jaminan pensiunnya luar biasa dibanding tangga perusahaan.

"Dalam hidup ini, tidak ada yang memberitahu bahwa kita boleh memiliki impian besar dan mencapai impian tersebut selagi masih muda. Saat ini juga saya ingin mengatakan kepada Anda: Anda dapat mempunyai impian besar dan mencapainya selagi masih muda," tulis Merry Riana. (Hal 131).

Nah mau menjadi sukses seperti Merry Riana? Silahkan menjalankan tips-tips di atas. Itu hanya sebagian dari begitu banyak tips menuju ke tangga kesuksesan. Tetapi kalau Anda menjalani tips-tips itu, bersiap-siaplah menjadi orang terkenal karena Anda menjadi orang kaya baru dan masuk kelompok minoritas 20 persen yang menguasai 80 persen kekayaan negara seperti kata Pareto. (Alex Madji)

Foto: Alex Madji

Senin, 05 Maret 2012

Taktik Basi Ramadhan Pohan


Tiba-tiba saja isu makar kembali menyeruak beberapa hari belakangan ini. Tak ada hujan dan angin, tiba-tiba isu ini dihembuskan. Entah apa maksudnya. Adalah Ramadhan Pohan yang menghembuskan isu itu. Dia menuduh mantan Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Wiranto ingin menggulingkan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)- Boediono.

Pernyataan Ramadhan Pohan ini terasa aneh. Pertama, tuduhannya tidak tepat sasaran. Bagaimana mungkin seorang pensiunan jenderal bisa menggulingkan pemerintahan yang sah? Meskipun mantan Panglima, Wiranto tidak punya kekuatan lagi untuk menggulingkan seorang SBY. Sebab dia tidak punya alat. Sebaliknya, SBY punya aparat untuk “menghabisi” Wiranto.

Kalaupun Wiranto masih punya loyalis di tentara, Wiranto toh tidak bisa menggerakan mereka. Sebab, Wiranto bukan komandan mereka. Dalam tentara garis komando sangat dijunjung tinggi. Ini yang mungkin tidak dipahami Ramadhan Pohan.

Kedua, belum pernah terjadi dalam sejarah Indonesia ada aksi kudeta. Bahwa presiden negeri ini selalu digulingkan oleh gerakan massa, iya. Soekarno jatuh karena gerakan massa. Soeharto jatuh karena gerakan Massa. Gus Dur juga begitu. Hanya Megawati yang turun karena tidak terpilih lagi dalam pemilu. Tetapi tidak pernah dengan kudeta. Bila mengacu pada kondisi saat ini pun, sama sekali tidak ada indikasi gerakan massa yang menggulingkan SBY. Massa Partai Hanura pimpinan SBY pun tidak cukup menggulingkan SBY yang didukung 60 persen rakyat Indonesia.

Karena itu, tuduhan menggulingkan pemerintahan yang sah dari Ramadhan Pohan adalah bual belaka. Dan, saya menilai, ini adalah upaya untuk mengalihkan isu. Dengan pernyataan itu diharapkan bagai gayung bersambut oleh media massa. Harapannya, media kemudian ramai-ramai memberitakan itu sehingga tekanan publik terhadap Partai Demokrat sedikit mereda. Hitungan Pohan meleset.

Apalagi, ini bukan pertama kali Ramadhan Pohan yang mantan wartawan itu mengeluarkan pernyataan aneh seperti ini. Dia pernah menuduh orang berinisial AT yang mengobok-obok Partai Demokrat. Pernyataan itu cukup mendapat perhatian publik. Orang mulai mereka-reka, sampai politisi-politisi berinisial AT pun dikait-kaitkan, seperti Akbar Tanjung.

Taktik seperti ini terbukti jitu. Sebab, publik kemudian mencari dan mereka-reka sosok siluman AT itu, lantas melupakan persoalan Utama. Pohan paham betul bahwa ingatan publik Indonesia sangat pendek. Padahal, blog ini menegaskan bahwa itu hanya pengalihan isu. Sebab kemudian, sosok AT ini tidak pernah terungkap.

Itu pulalah yang hendak dimainkannya dengan menuduh Wiranto ingin menggulingkan SBY. Pernyataan ini konyol dan tidak lebih dari upaya mengalihkan isu. Apalagi, kalau pemerintah membahas isu ini secara serius. Diharapkan dengan begitu, perhatian publik mengarah pada isu penggulingan itu, lantas melupakan kasus korupsi Muhammad Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan Anas Urbaningrum.

Semoga publik tidak mengikuti, meminjam kata-kata Wiranto, kebodohan yang dilontarkan Ramadhan Pohan ini. “Itu pernyataan bodoh yang tak ada dasarnya. Saya malah merasa kasihan dengan Ramadhan Pohan. Mungkin karena mereka panik akibat banyaknya masalah, akhirnya malah menyalahkan partai lain,” kata Wiranto akhir pekan lalu menanggapi pernyataan Ramadhan Pohan seperti dikutip dari Kompas.com. Ini tidak lebih dari taktik basi seorang Ramadhan Pohan. (Alex Madji)

Foto: Ramadhan Pohan (Foto: http://pedomannews.com/politik-hukum-dan-keamanan/3762-ramadhan-pohan-saya-lihat-ada-pemelintiran-berita)

Jumat, 02 Maret 2012

Sevel untuk Semua


Sore itu, Jumat, 2 Maret 2012. Hujan gerimis. Saya memutuskan membelokkan arah motor ke Seven Eleven (Sevel), Jalan Raya Kebayoran, Jakarta Selatan. Kursi-kursi belum banyak terisi. Sementara deru mesin motor dan mobil di depan dan di samping "tempat nongkrong" itu cukup memekakkan telinga.

Setelah parkir motor, saya masuk dan mengambil secangkir capucino ukuran small. Harganya Rp 9.500. Tapi, karena salah ambil gelas, akhirnya sebagian kopi itu meluber dan terpaksa ganti gelas.

Saat membayar, saya tengok ke belakang. Sekelompok anak baru gede (ABG) berseragam sekolah menengah pertama sedang bercengkerama. Tiga perempuan, satu laki-laki. Yang perempuan semuanya mengenakan kerudung. Tak ada yang dipesan. Mereka minum air putih bawaan mereka sendiri.

Mereka menimpali dengan mengulangi ucapan pramusaji yang menyapa pelanggannya dengan ramah diiringi tawa cekikikan. Khas anak ABG.

Tak lama berselang, ketika saya sedang menyelesaikan tulisan ini, satu meja di samping saya diisi oleh empat orang anak kecil. Laki-laki semuanya. Mereka pakai celana pendek dan kaus oblong. Kemungkinan mereka anak-anak sekolah dasar. Dua di antaranya memesan nasi dan ayam goreng khas Sevel. Dua lainnya ikut mencicip.

Beberapa hari sebelumnya, di tempat yang sama, pagi-pagi sekitar pukul 10, segerombolan anak sekolah menengah umum (SMU) mempir ke tempat ini. Duduk dan nongkrong di sini dalam balutan pakaian seragam. Ceria mereka.

Tetapi dalam hati, sejenak bertanya. Apakah anak-anak ini tidak sekolah? Ataukah mereka bolos? Atau jangan-jangan memang sekolahnya sudah kelar? Tapi kok sepagi itu? Atau jangan-jangan Savel sudah menggantikan ruang kelas mereka? Ya sudahlah. Hanya anak-anak itu yang bisa memberi jawaban yang pasti.

Di Sevel lain, seperti di pojokan Salemba Tengah Jakarta Pusat, mayoritas diisi oleh mahasiswa dan mahasiswi. Kebetulan memang di sekitarnya banyak kampus. Ada STIK St Carolus, BSI, YAI atau di seberangnya ada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pada sebuah sore, di sejumah meja teronggok beberapa botol bir. Seteguk demi seteguk bir ditenggak sambil memetik gitar. Ya, di situ, minum bir tidak perlu disebunyikan dan takut sama FPI. Sementara yang lain menyeruput minuman sajian Sevel seperti capucino, hot coklat, atau black coffe dan variasi harga yang berbeda sambil main kartu.

Ya, Sevel memang sudah menjamur dan mengisi pojok-pojok Jakarta. Dia menjadi tempat tongkrongan baru yang murah meriah. Tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga untuk remaja dan anak-anak seperti yang saya saksikan di Sevel Jalan Raya Kebayoran tadi.

Dari sudut tertentu, munculnya Sevel ini membuat pojok-pojok Jakarta yang tadinya kumuh menjadi enak dilihat. Tetapi pada saat bersamaan, kehadiran mereka menyingkirkan pelaku usaha kecil menengah di sekitarnya. Maka, seharusnya pemerintah perlu membatasi akspansi besar-besaran Sevel dan usaha-usaha sejenisnya untuk menjamin pelaku UKM tetap hidup di negeri ini. Jangan sampai suatu saat pelaku UKM menjadi orang asing di tanahnya sendiri. (Alex Madji)