Rabu, 30 November 2011

Jembatan-jembatan yang Pernah Runtuh


Jembatan Kertanegara atau Jembatan Mahakam di Kutai Kertanegara yang runtuh pada Sabtu, 26 November 2011 sekitar pukul 16.00 WIB, bukanlah satu-satunya yang pernah terjadi di dunia. Di belahan dunia lain, hal serupa juga terjadi. Bedanya, pada peristiwa-peristiwa di sana tidak menelan korban jiwa seperti di Kutai Kertanegara.

Saya hanya mau tunjukkan dua jembatan. Yang satu di perbatasan Amerika Serikat (AS) dan Kanada. Tepatnya di Niagara Fall (AS) dan Ontario Kanada. Yang lainnya di Brisbane Ausralia.

Jembatan di Niagara Fall bernama Honeymoon Bridge (Jembatan Bulan Madu) yang aslinya bernama Upper Steel Arch Bridge. Dia melintas di atas Sungai Niagara dengan panjang 1039 meter . Jembatan ini menghubungkan Kota Ontario Kanada dengan Niagara Falls AS.

Jembatan ini dibangun pada Januari 1897 oleh Niagara Falls and Clifton Suspension Bridge Company. Perusahaan ini semula hanya untuk memperkuat suspensi jembatan, tetapi insinyur perusahaan tersebut, Leffert L Buck, diminta pihak perusahaan untuk mendisain ulang jembatan tersebut. Bahkan ada permintaan supaya dilakukan konstruksi jembatan baru.

The Upper Steel Arch Bridge selesai dibangun dan dibuka bagi kendaraan umum pada 23 Juni 1897. Jembatan itu dilengkapi dengan jalur ganda untuk troli listrik, ruang untuk bagasi dan pejalan kaki. Pemandangan jembatan ini sangat elok dengan struktur yang luar bisa sehingga bisa melihat pemandangan dari ketinggian yang mahaindah.

Pada 18 April 1899, The International Traction Company mencoba memperbaiki kondisi jembatan yang rusak akibat hantaman bongkahan es. Baja-baja yang bengkok dibetulkan, dinding batu setinggi 24 kaki yang dimulai empat kaki di bawah permukaan air dibangun untuk melindungi fondasi jembatan dari hantaman bongkahan es. Upaya itu sukses. Buktinya, jembatan itu tetap dibuka hingga hampir 40 tahun kemudian.

Tetapi The Upper Steel Arch Bridge memiliki muatan yang berlebihan plus tiupan angin yang kencang membuat jembatan itu tidak stabil. Ketidakstabilan itu terjadi pada 8 Juni 1925 dan terekam ketika sekelompok orang berkumpul di jembatan itu untuk menyaksikan fireworks pada perayaan bertajuk “The Festival of Lights”. Para penonton yang memenuhi jembatan itu segera sadar bahwa jembatan bergoyang. Menyadari itu mereka lalu dengan cepat meninggalkan jembatan.

Kalau jembatan itu kolaps bersama begitu banyak orang di atasnya, sungguh sebuah kejadian yang sulit terbayangkan. Dan karena itu, meskipun struktur jembatan tidak mengalami kerusakan, jembatan itu diperkuat untuk menghindari terjadi kecelakaan lebih parah di kemudian hari.

Setelah diperbaiki, jembatan tersebut masih bisa dibuka lagi hingga 13 tahun kemudian sampai Januari 1938. Pada 25 Januari 1938, bongkahan es setinggi 100 kaki dari Danau Erie kembali menghantam jembatan tersebut hingga tiang-tiang penyangganya bengkok. Ditambah lagi tiupan angin kencang mempercepat robohnya jembatan itu. Para saksi mata yakin bahwa jembatan ini tinggal menunggu waktu saja untuk runtuh.

Lalu, wartawan, warga setempat, wisatawan berdatangan ke Niagara Fall. Mereka berharap bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri runtuhnya jembatan tersebut. Dan benar. Dua hari kemudian, tepatnya pada 27 Januari 1938, pada pukul 16.10 sore, sebuah gerakan es kemudian mendorong jembatan tersebut. Akibatnya jembatan itu rubuh dan besi-besi baja berlipat hingga membentuk huruf “W” di bawah es. Besi-besi baja dari jembatan itu kemudian dipotong menjadi enam bagian dan tetap menjadi atraksi menarik bagi para wisatawan. Kemudian potongan-potongan itu diangkat satu demi satu.

Maka untuk menghubungkan Kanada dengan AS, dibangunlah jembatan baru bernama Rainbow Bridge (Jembatan Pelangi) pada 1941 agak sedikit ke utara dari lokasi Honeymoon Bridge yang roboh itu.

Albert Bridge
Satu lagi jembatan yang pernah runtuh yakni Jembatan Albert atau Albert Bridge di Brisbane Australia. Ini adalah jembatan rel kereta api yang menyeberangi Sungai Brisbane, Queensland, Australia dengan panjang 103,7 meter. Jembatan ini menghubungkan antara Stasiun Indooroopilly dan Chelmer.

Pembangunan jembatan ini rampung pada Juli 1875. Selama pembangunan jembatan ini, arus kereta api Ipswich tidak dibuka. Pasca pembangunan, rel kereta api dari Ipswich ke Granschester bisa sambung hingga ke Brisbane.

Jembatan itu runtuh pada 1893 karena banjir. Kemudian dibangun kembali dan rampung pada 1895 dan bertahan hingga saat ini. Jembatan itu dirancang oleh Henry Charles Stanley, Kepala Insinyur Kereta Api Queensland periode 1891-1901. Dalam rancangannya, dia tidak mau mengulangi kesalahan sebelumnya sehingga jembatan itu bisa runtuh akibat banjir.

Jembatan itu dibuka kembali pada Agustus 1895 dan tetap menjadi jembatan tebesar di Australia. Kedua jembatan itu tetap diberi nama Albert Bridge untuk menghormati Pangeran Wales, Pangeran Albert.

Selama konstruksi jembatan yang kedua pasca runtuh akibat banjir, sebanyak 240 pekerja dikerahkan. Pada jembatan itu disediakan pula tempat pejalan kaki (pedestarian), hingga dibangun Jembatan Walter Taylor pada 1937 di dekat Albert Bridge. Ada juga jembatan kereta api yang tanpa nama dan terletak antara Albert Bridge dan Walter Taylor Bridge.
Itulah dua jembatan yang pernah runtuh dan berhasil dibangun kembali. Runtuhnya dua jembatan itu bukan karena kelalaian manusia, seperti yang terjadi di Jembatan Kertanegara. Tetapi karena faktor alam yang berada di luar jangkauan manusia. (Dari berbagai sumber/Alex Madji)

Selasa, 29 November 2011

Kambing Hitam


Ini bukan catatan tentang kambing berwarna hitam. Tetapi tentang sebuah kebiasaan buruk di negeri ini, yaitu suka menyalahkan orang atau pihak atau sesuatu yang lain. Mereka yang seharusnya bertanggung jawab terhadap sesuatu cuci tangan alias lempar tanggung jawab. Yang lazim terjadi adalah mengkambinghitamkan orang lain. Lebih buruk lagi, mengkambinghitamkan benda mati.

Hal seperti itu tidak hanya terjadi dalam dunia politik. Juga dalam bencana. Termasuk dalam peristiwa runtuhnya Jembatan Kertanegara atau Jembatan Mahakam di Kutai Kertanegara pada Sabtu, 26 November 2011 sore.

Jembatan itu rubuh ketika umurnya baru 10 tahun. Padahal, dia didisain untuk kokoh hingga 50 tahun. Tapi apa mau dikata. Roboh dalam usia yang masih sangat muda.

Jembatan tersebut dibangun oleh perusahaan konstruksi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Hutama Karya. Tetapi belum apa-apa, Menteri BUMN Dahlan Iskan membela anak buahnya. “Runtuhnya jembatan Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur kini tidak ada lagi kaitannya dengan Hutama Karya,” tulis Vivanews.com pada Senin, 28 November 2011.

Menurut Dahlan Iskan, jembatan itu sudah lama diserahkan kepada operator pengelola swasta. “Soal pemeliharaan sudah diserahkan kepada pihak swasta,” kata mantan Direktur Utama PLN itu. Karena itu, pihaknya tidak akan memanggil direksi Hutama Karya terkait rubuhnya jembatan terpanjang di Kalimantan itu.

Sementara Bupati Kuta Kertanegara yang juga anak kandung mantan Bupati Kutai Kertanegara Syaukani AR, Rita Widyasari, seolah melemparkan tanggung jawab kepada PT Bukaka, perusahaan milik keluarga Jusuf Kalla, atas runtuhnya jembatan yang dibangun pada masa pemerintahan ayahnya itu. Pasalnya, mereka yang memenangkan tender senilai Rp 2,7 miliar untuk memperbaiki jembatan tersebut.

Sementara Direktur Utama PT Bukaka, Irsal Kamarudin menampik. Robohnya jembatan itu karena kondisi awal sejak dibangun sudah berubah. Sejumlah baut sudah mulai longgar. “Kami mendapat kontrak dari PU (Kementerian Pekerjaan Umum) untuk mengencangkan baut-baut jembatan yang mulai longgar,” ucapnya Senin, 28 November 2011 seperti dikutip Vivanews.com.

Mur-mur atau baut-baut yang longgar itulah yang menyebabkan jembatan menjadi miring dan bebannya menjadi tidak merata hingga akhirnya rubuh. “Memang sudah ada perubahan dari awal jembatan itu dibangun,” lanjutnya.

Dengan kata lain, pembangunan jembatan itu sudah bermasalah sejak awal. Hutama Karya juga patut dimintai pertanggungjawaban atas rubuhnya jembatan tersebut.

Lingkaran kambing hitamnya sangat jelas. Dahlan Iskan menuding pihak swasta sebagai yang bertanggung jawab. Rita Widyasari memperjelas bahwa yang dimaksud adalah PT Bukaka. Lalu Bukaka menuding benda mati baut atau mur yang longgar. Baut longgar itu adalah kesalahan Hutama Karya sebagai penyebab utama rubuhnya jembatan itu.

Karena itu tindakan Dahlan Iskan “melindungi” Hutama Karya sebagai perusahaan yang membangun jembatan tersebut tidak tepat dan terlalu prematur. Seyogyanya, biarkan aparat kepolisian memeriksa Hutama Karya, seperti juga polisi memeriksa karyawan Bukaka yang sedang mempersiapkan pekerjaan perbaikan.

Sehubungan dengan itu, menarik pernyataan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bidang Pencegahan M Jasin bahwa ada indikasi ketidakjujuran dalam pembangunan Jembatan Kertanegara itu, terutama terkait pengadaan barang dan jasa. Tetapi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diminta untuk mengaudit perusahaan yang membangun jembatan itu. Kalau ada indikasi korupsi di dalamnya baru akan ditindaklanjuti KPK. (Suarapembaruan.com, 28 November 2011).

Mari kita tunggu hasil akhirnya. Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas runtuhnya jembatan itu. Atau, seperti biasa terjadi di negeri ini, masalah itu selesai pada pengkambinghitaman dan yang menjadi “korban” adalah baut-baut yang logar itu??? Semoga ada makhluk hidup yang secara gentle akan bertanggung jawab. (Alex Madji)

Senin, 28 November 2011

Di Ujung Jembatan Kertanegara


Berita Sabtu, 26 November 2011 siang sungguh mengejutkan. Isinya, Jembatan Kertanegara atau yang akrab disebut Jembatan Mahakam runtuh. Seluruh jembatan jatuh ke Sungai Mahakam. Tidak ada yang tersisa. Kecuali dua tiang penyangga di kedua ujungnya. Sejumlah mobil jatuh ke sungai. Hingga, Senin, 28 November 2011 baru 11 orang ditemukan tewas.

Mendapat berita ini, pikiran saya melayang ke jembatan itu dan mencoba mengiat-ingat peristiwa di ujung jembatan tersebut lima setengah tahun silam. Tepatnya 13 Juni 2006. Saya termasuk dalam 10 wartawan yang dipukul oleh pereman suruhan Bupati Kutai Kertanegara Syaukani AR di ujung jembatan Kertanegara pada hari itu. Foto di atas adalah kenangan buruk lima setengah tahun silam itu.

Ceritanya begini. Saya ditugaskan kantor tempat saya bekerja memenuhi undangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk meliput persiapan penyelanggaraan Pekan Olah Raga Nasional (PON) di Smarinda 2008. Bersama wartawan-wartawan dari media lain, kebanyakan wartawan olah raga, kami tiba di Samarinda 12 Juni 2006, setelah beberapa saat sebelumnya mendarat di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.

Pada 12 Juni 2006 sore, kami bertemu dengan Gubernur Kalimantan Timur ketika itu Suwarna AF alias Suwarna Abdul Fatah dan beberapa pejabat setempat termasuk Sekretaris Daerah. Dalam pertemuan itu, Suwarna memaparkan perkembangan pembangunan infrastruktur PON 2008. Dalam pembicaraan di Kantor Gubernur Kaltim itu, terselip juga masalah politik lokal.

Isu yang mencuat ketika itu adalah Bupati Kutai Kertanegara Syaukani AR pergi ke luar negeri tanpa sepengetahuan Gubernur Suwarna AF. Sebagai wartawan peliput di Depdagri, saya tahu betul bahwa seorang bupati, kalau ke luar negeri harus meminta ijin kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur. Tetapi itu tidak dilakukan Syaukani. Karena itu, sayalah wartawan yang paling gencar mempertanyakan masalah ini.

Tetapi saya sebenarnya bertanya dalam ketidaktahuan saya tentang pertarungan politik lokal. Kemudian baru saya tahu bahwa ternyata Suwarna AF dan Syaukani AR bersaing untuk memperebutkan jabatan Gubernur Kalimantan Timur. Keduanya saling potong dan saling jegal. Suwarna AF akhirnya dijebloskan ke penjara karena korupsi dan gagal maju dalam pemilihan umum Gubernur Kaltim. Untunglah, Syaukani AR juga dijebloskan ke penjara lagi-lagi karena masalah korupsi dan juga gagal maju ke pemilihan Gubernur Kaltim. Justru yang menjadi Gubernur kemudian adalah Awang Faroek.

Setelah acara tatap muka selesai, kami diantar ke penginapan di Hotel Samarinda. Malam itu dilewati dengan suka cita.

Keesokan harinya, 13 Juni 2006, karena tidak ada kegiatan lagi, ketua rombongan wartawan Zulkarnain Alregar mengajak kami ke Kutai Kertanegara untuk melihat pembangunan di Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai Kertanegara, yang disebut-sebut maju.

Maka setelah sarapan, dengan menggunakan beberapa mobil kami meluncur ke Tenggarong melewati jalan bak tol, yang belum lama dibuka. Mobil melintas dengan kecepatan tinggi.

Tetapi ada yang aneh. Ada sebuah mobil Avanza menguntit rombongan ini. Begitu mobil rombongan berhenti, laju kendaraan itu melambat. Tetapi kecurigaan sepanjang jalan itu tidak sampai menghentikan rencana ke Tenggarong.

Tibalah kami di Jembatan Kertangara. Jembatan itu panjang sekali dan menjadi jembatan terpanjang di Kalimantan. Indah. Di atasnya agak di sebelah kanan, ada kereta gantung. Ini adalah proyek-proyek mercusuar Syaukani AR sebagai Bupati Kutai Kertanegara.

Kami berhenti di situ. Menyaksikan keindahan Sungai Mahakam dan Tenggarong agak dari kejauhan. Kami abadikan keindahan itu dalam gambar. Belum lama kami berfoto ria, tiba-tiba segerombolan laki-laki menyerang. Kami kalang kabut. Saya yang tidak tahu menahu masalahnya berteriak. Paha saya ditendang dan dan didorong masuk ke dalam mobil. Untung tidak dipukul dengan benda keras.

Kami disuruh kembali ke Samarinda melintasi jembatan Kertanegara itu. Di ujung sebelah sana kami dipaksa belok kiri mengikuti mobil Avanza yang menguntit kami sejak dari Samarinda. Kami lalu belok kanan dan menyusuri Sungai Mahakam kembali ke Samarinda. Sementara Avanza tadi menghilang. Gara-gara kasus kekerasan ini, kami tidak jadi menyaksikan pembangunan di Kota Tenggarong, selain melihat jembatan dan kereta gantung, proyek ambisius Syaukani.

Hari itu menjadi hari tersedih dan termuram dalam hidup saya. Dipukul tanpa salah pada saat menjalankan tugas jurnalistik. Setelah menyusuri Sungai Mahakam, kami tiba kembali di Hotel Samarinda. Saya menghabiskan satu malam lagi di hotel ini dalam ketakutan.

Sejumlah rekan warawan Kaltim berdatangan ke hotel untuk sekedar memberi dukungan. Sejumlah orang, sepertinya dari kelompok Gubernur Suwarna, juga datang memberi jaminan keamanan kepada kami. Tetapi saya tetap takut. Kemudian saya minta Bang Zulkarnain untuk membelikan saya tiket agar bisa pulang keesokan harinya, 14 Juni 2006.

Akhirnya saya pulang juga ke Jakarta pada hari itu. Sejak kasus ini, saya tidak pernah datang lagi ke Samarinda. Beberapa tahun kemudian pernah ditugaskan ke sana. Tetapi saya menolak tugas itu karena masih trauma.

Kenangan akan peristiwa ini muncul kembali ketika mendengar berita runtuhnya Jembatan Kertanegara yang untuk sementara menelan korban jiwa sebanyak 11 orang. Ya, semoga mereka semua diterima di sisi Tuhan. (Alex Madji)

Jumat, 25 November 2011

Mengintip Blog Orang Terkenal


Kenal Budiono Darsono kan? Kalau tidak, terlalu. Dia adalah pendiri Detikom dan pemimpin redaksi portal berita terbesar di Indonesia itu. Ternyata, dia bukan hanya seorang entepreneur dan pemimpin redaksi. Dia juga seorang blogger handal dan aktif. Dia rajin menulis. Tentang apa saja. Muali dari kuliner, budaya, sampai tentang dirinya sendiri. Luar biasa.

Di sela-sela kesibukannya yang setumpuk, dia menyempatkan diri untuk menulis. Ya, mungkin karena menulis sudah menjadi DNA-nya. Maklum sebagian besar hidupnya habis di dunia jurnalistik. Dia malang melintang di berbagai media sebelum akhirnya mendirikan Detikom.

Tengok saja blognya di budiono.blogdetik.com. Di blog yang berwarna kepala orange ini, BD, begitu dia disapa, selalu memutakhirkan tulisannya. Setiap hari mantan wartawan Tempo dan Detik yang dibreidel rezim Soeharto ini selalu mengunggah satu tulisan.

Sebagai contoh, pada 20 November 2011, dia memuat tulisan berjudul “Cakar Ayam itu Membuat Gigiku Patah dan Ompong”. Lalu keesokan harinya dia memposting tulisan berjudul “Penjinak Asam Lambung: Alpukat Dipadu Yakult”. Lalu 22 November 2011, dia menulis tentang “Artis Tong Setan Itu Telah Bubar”. Tanggal 23 November 2011, dia menulis dengan judul “Menutup Ompong, Pilih Impalan atau Gigi Palsu”.

Lalu pada 24 dan 25 November dia masing-masing menulis tentang “Eks Tempo, Eks Surabaya Post dan Alumni Detik” serta “Dan Saya pun Terhindar Jadi Anak Buah Butet Kartaredjasa”. Hanya dua hari dia tidak meng-up date blognya, yaitu pada tanggal 18 dan 19 November 2011. Pada 17 November dia menulis tentang “Kepala Ikan: Medan Baru, Hunan Hingga Apolo”.

Tulisannya pun ringan. Santai dan pendek. Tidak bertele-tele. Gaya Tempo-nya terasa sangat kental dengan kalimat yang pendek-pendek. Menarik. Dan yang penting adalah informatif. Termasuk tentang ketika giginya patah dan harus ditambal atau diganti dengan gigi palsu.

Orang tenar lainnya yang sempat saya intip adalah Merry Riana. Dia entrepreneur, motivator perempuan nomor satu di Asia Tenggara. Dia perempuan kelahiran Jakarta tetapi menetap dan berbisnis di Singapura. Dia punya www.merryriana.com. Meski punya domain sendiri, website itu sebetulnya adalah sebuah blog. Coba saja tengok sendiri.

Isinya, kata-kata motivasi. Pendek-pendek. Hanya satu dua alinea. Terkadang ada satu artikel panjang dan ditulis dalam Bahasa Inggris. Mungkin karena dia tinggal di Singapura. Hanya satu artikel ditulis dalam Bahaysa Indonesia yang diposting pada 20 November 2011. Itupun tentang bukunya “Mimpi Sejuta Dolar” yang diterbitkan di Jakarta.

Isi blog Merry Riana ini lebih banyak tentang aktivitas dia sebagai seorang motivator ulung.

Dari sudut updating, Merry Riana tidak serajin Budiono Sudarsono. Merry Riana termasuk cukup jarang mengupdate blognya. Mungkin karena kesibukan yang luar biasa baik untuk mengurus bisnisnya sendiri maupun untuk berbicara di berbagai forum seminar.

Contohnya, pada bulan Juli Merry Riana hanya tiga kali meng-up date blognya yang pada tanggal 4, 24 dan 31 Juli. Begitupun Agustus. Dia hanya upload artikel pada 7, 9, dan 14 Agustus. Dia baru upload lagi pada 25 September. Selama Oktober Merry Riana tidak mengunggah satu tulisan pun. Dia baru mengunggah tulisan lagi pada 20 November 2011. Itu tulisan terakhir. Perihal bukunya “Mimpi Sejuta Dolar” yang diluncurkan di Jakarta beberapa waktu lalu.

Meski demikian, blog Merry Riana paling banyak dikunjungi. Postingan terpopulernya dilihat sampai 97.032 kali. Hebat kan? Postingan-postingannya pun ditwit hingga 50-60-an kali.

Nah, saya pun ingin seperti mereka. Rajin seperti BD dan populer seperti Merry Riana. Menulis tentang apa saja dan memposting di blog ini www.ciar-ciar.blogspot.com. Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang mengunjunginya. Dan Anda? Mau seperti mereka juga? Ayo mari kita memulai. (Alex Madji)

Kamis, 24 November 2011

Antara Pernikahan Istana dan Keraton


Pernikahan Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, putra bungsu pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Ani Yudhoyono dengan Siti Rubi Aliya Rajasa, putri Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa usai sudah. Keduanya sudah sah menjadi suami istri. Tinggal menunggu resepsi di JCC pada Sabtu, 26 November 2011.

Ijab kabul dan akad nikah yang berlangsung di Istana Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat itu disiarkan Trans corporation milik Chairul Tanjung yang dekat dengan SBY dan Hatta Rajasa. Sehingga publik pun bisa menyaksikan detik-detik paling bersejarah dalam perjalanan kisah cinta Ibas dan Aliya.

Di Cipanas, warga menontong detik-detik ijab kabul dan akad nikah ini melalui layar lebar yang disiapkan di lapangan terbuka yang tidak jauh dari Istana Cipanas. Foto yang diambil wartawan Suara Pembaruan Ruht Semiono seperti yang saya tampilkan di atas memperlihatkan antusiasme warga sekitar istana menyakiskan acara tersebut.

Sebulan silam, tepatnya 18 Oktober 2011, Raja Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono X menikahkan putrinya Gusti Kanjeng Ratu Bendara dengan Achmad Ubaidillah atau Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara.

Dibandingkan dengan pernikahan Ibas-Aliya, pernikahan Ratu Bandera dengan Pangeran Haryo Yudanegara jauh lebih iruh. Pernikahan Ibas-Aliya kalah pamor dan tidak terlalu menyedot perhatian publik. Paling tidak, di kantor saya, tidak semua orang menyaksikan acara itu. Hanya dua dari delapan televisi yang memutar channel Trans. Jadi hanya mereka yang berada di dekat dua televisi itu yang melihat acara tersebut. Sisanya, melihat acara-acara lain di channel berbeda.

Sementara pernikahan Ratu Bandera dan Pengaran Haryo Yudanegara mendapat perhatian yang luas. Liputan televisi dan media cetak juga massif. Perhatian publik pun tersedot. Rakyat Yogyakarta berjejal di pinggir jalan menyaksikan kirap pengantin. Mirip dengan The Royal Wedding di Inggris.

Maklum, dua pernikahan ini memang berbeda. Yang satu (Ibas-Aliya) pernikahan rakyat biasa yang kebetulan menjadi anak seorang presiden dan pejabat negara. Dan karena itu tidak memiliki pakem dan tradisi turun temurun. Sedangkan yang lain (Ratu Bandera-Pangeran Haryo Yudanegara) pernikahan kerajaan yang memiliki tradisi dan tata cara serta pakem yang hidup secara turun temurun selama berabad-abad. Sama dengan pernikahan keluarga kerajaan Inggris yang selalu menyedot perhatian mayoritas manusia di muka bumi ini.

Selain itu, kedua pernikahan itu berlangsung di istana. Yang satu di Istana milik negara dan yang lain di Istana milik kerajaan. Apakah pernikahan itu dibiayai oleh negara? Menurut pengakuan SBY, Juru bicaranya Julian Aldrin Pasha, dan Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, tidak sepeser pun uang negara diambil untuk pernikahan Ibas-Aliya. Biaya pernikahan murni uang SBY dan Hatta Rajasa. Apakah SBY menyewa tempat Istana Cipanas? Hanya mereka yang tahu.

Pertanyaan soal penggunaan uang negara pernah juga ditanyakan wartawan pada pernikahan Agus Harimurti Yudhoyono dengan Anissa Larasati Pohan enam tahun silam. Ketika itu jumpa persnya di Istana Bogor tempat resepsi pernikahan berlangsung. Seorang teman wartawan bertanya penggunaan uang negara dalam pernikahan itu.

SBY tidak menjawab pertanyaan itu, tapi langsung menghentikan jumpa pers. Dan pergi. Setelah itu, teman wartawan tadi dilarang meliput di Istana. Kali ini SBY tidak ditanya wartawan. Dia berbicara sendiri tentang tidak ada anggaran negara dalam pernikahan Ibas dan Aliya.

Ah daripada pusing-pusing memikirkan dana negara dalam pernikahan itu, toh KPK juga tidak mampu mengusutnya, lebih baik kita memberi ucapan selamat kepada Ibas dan Aliya. Selamat Bahagia ya, semoga langgeng sampai kakek nenek dan jauh dari gosip seperti para selebritis negeri ini. (Alex Madji)

Rabu, 23 November 2011

Menunggu Hata Radjasa-Ani Yudhoyono Naik “Pelaminan”


Selasa, 22 November 2011, prosesi pernikahan pasangan Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Ani Yudhoyono dengan Siti Ruby Aliya Radjasa, putri Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, dimulai. Diawali dengan upacara mandi kembang pagi hingga siang hari dilanjutkan dengan midodareni pada malam harinya.

Sementara akad nikah berlangsung di Istana Cipanas, Jawa Barat, Kamis 24 November 2011 pukul 10.00-12.00 WIB. Wakil Presiden Boediono bertindak sebagai saksi mempelai pria. Sementara saksi untuk mempelai perempuan adalah mantan Ketua MPR yang juga mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Amin Rais.

Ini adalah pernikahan kedua dan terakhir selama SBY menjadi Presiden. Pada periode pertama kepresidenannya, dia menikahkan putra sulungnya Kapten TNI Agus Harimurti Yudhoyono dengan Anissa Larasati Pohan di kediaman orang tua Annisa di Jalan Senopati No. 8, Jakarta, 7 Juli 2005. Resepsi berlangsung di Istana Bogor.

Tetapi pernikahan Ibas dan Aliya ini punya warna dan makna tersendiri. Pernikahan mereka ini adalah perkawinan politis, seperti perkawinan aristokrat zaman dulu. Alasannya, pertama, karena Ibas dan Aliya sama-sama anak politisi dan penggede di negeri ini. SBY, ayah Ibas, adalah Presiden saat ini. Sementara Hatta Radjasa, ayah Aliya, adalah Ketua Umum PAN Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II pimpinan SBY. Selian itu, Ibas sendiri adalah seorang politisi.

Kedua, pernikahan mereka berlangsung sangat dekat dengan perhelatan politik pada 2014. Nama Hatta Radjasa dan Ny Ani Yudhoyono, ibu Ibas, juga disebut-sebut menjadi bakal calon presiden pada 2014. Bahkan, menurut Kantor Berita Antara, ada wacana keduanya dipasang sebagai satu paket.

Nama Hatta Radjasa dan Ny Ani Yudhoyono juga disebut dalam polling berbagai lembaga survei sebagai bakal calon presiden 2014. Meskipun popularitas keduanya masih di papan bawah alias berada di bawah nama-nama lama, spesialis calon presiden.

Sebagai contoh, survei Sugeng Sarjadi Syndicated (SSS) periode Oktober 2011 menyebutkan, Hatta Radjasa hanya meraih 2,8 persen resonden. Dia hanya berada satu langkah di atas Surya Paloh yang hanya meraih 2,5 persen responden. Dia masih kalah dari nama-nama seperti Sri Mulyani (7,4%), Aburizal Bakrie (6,8%), Said Akil Siradj (6%), Din Syamsuddin (5,2%), Pramono Edhie Wibowo (4,2%), Jusuf Kalla (4,0%), dan Djoko Suyanto (3,2%).

Survei Reform Institute pada 12-24 September 2011 menunjukkan bahwa Ani Yudhoyono hanya meraih 4,13 persen respondon. Dia berada di urutan paling buncit dari sekian nama. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie berada di urutan pertama dengan perolehan suara 13,58 persen, disusul Prabowo Subianto (8,46%), Jusuf Kalla (7,06%), dan Hidayat Nurwahid (5,17%).

Sementara survei Jaringan Suara Indonesia (JSI) pada 10-15 Oktober 2011 menyebutkan, Ani Yudhoyono dan Hatta Radjasa masing-masing mendapat 1,6 persen suara responden. Mereka hanya unggul dari Anas Urbaningrum (1,5%), Sutanto (0,2%), dan Djoko Suyanto (0,2%). Sementara posisi teratas masih ditempati Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan 19,6 persen disusul berturut-turut Prabowo Subianto (10,8%), Aburizal Bakrie (8,9%), Wiranto (7,3%), Sri Sultan Hamengkubuwono X (6,5%), Hidayat Nur Wahid (3,8%), dan Surya Paloh (2,3%).

Data tiga lembaga survei di atas menunjukkan bahwa nama Hatta Radjasa dan Ani Yudhoyono patut diperhitungkan pada pemilu presiden 2014. Apalagi keduanya memiliki kendaraan politik. Hatta Radjasa sudah didorong oleh pengurus PAN di daerah menjadi Calon Presiden. Bahkan, Arya Bima meminta Hatta mundur dari Menteri Koordinator Perekonomian untuk fokus pada kursi RI 1.

Ani Yudhoyono juga memiliki kendaraan politik yaitu Partai Demokrat. Tetapi internal partai tidak terang-terangan mendorong putri Sarwo Edi Wibowo itu. Ini adalah gaya berpolitik SBY dan Partai Demokrat. Politik jaim alias jaga imij. Tetapi bukan tidak mungkin dia akan dimunculkan sebagai calon presiden. Tinggal menunggu momen yang pas. Meskipun, beberapa kali SBY menegaskan bahwa istri dan anaknya tidak akan dicalonkan sebagai presiden.

Baik Hatta Radjasa maupun Ani Yudhoyono dapat maju sendiri-sendiri. Tetapi persaingan di dunia politik tentu bakal berpengaruh pada hubungan kekeluargaan mereka. SBY sebagai orang yang sangat memperhatikan tata krama politik sudah pasti akan menjaga ini.

Karena itu kemungkinannya ada dua. Pertama, Hatta Radjasa dan Ani Yudhoyono akan “dikawinkan” dan naik ke pelaminan politik 2014. Tetapi ini sangat tergantung tingkat elektabilitas keduanya. Figur SBY tetap akan menjadi daya tarik bagi pasangan ini. Soal siapa nomor satu dan siapa nomor dua, tergantung hasil pemilu legislatif.

Tetapi pada saat bersamaan, perkawinan keduanya akan menjadi sasaran empuk lawan-lawan politik mereka. Isu politik klan yang selalu berkonotasi negatif akan dihembuskan guna menghancurkan pasangan ini.

Kedua, pencalonan salah satu dari keduanya akan dianulir. Bagi SBY, mungkin lebih aman kalau Ibu Ani tidak maju agar konsisten dengan pernyataannya bahwa istri dan anaknya tidak akan maju pada pemilu presiden mendatang. Sebaliknya, kalau Hatta yang mundur, kader PAN akan berontak. Tetapi semua itu masih akan sangat tergantung hasil pemilu legislative 2014.

Tetapi peluang Hatta Radjasa dan Ani Yudhoyono menjadi “pengantin” berikut, setelah Ibas dan Aliya yang nikah Kamis 24 November 2011 tetap terbuka lebar. Maka kita tunggu saja keduanya naik pelaminan. (Alex Madji)

Selasa, 22 November 2011

Berharap Banyak pada Rahmad Darmawan


Ini lagi-lagi catatan tentang sepakbola. Tentang hasil laga final cabang olah raga paling popular di dunia pada SEA Games ke-26 antara Indonesia versus Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senin, 21 November 2011. Pada laga itu, Indonesia kalah melalui adu tendangan penalti 3-4 setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit.

Indonesia unggul lebih dulu melalui gol tandukan bek Gunawan Dwi Cahyo pada menit ke-6 menyambut bola hasil sepak pojok Okto Maniani. Gunawan Dwi Cahyo yang berdiri bebas di dekat tiang gawang jauh langsung menyundul bola ke gawang Malaysia dan gol. Kedudukan 1-0.

Setelah gol itu, ritme permainan justru dikuasai Malaysia. Mereka mengandalkan umpan-upan atas yang akurat plus sentuhan dari kaki ke kaki yang bagus, meski berlangsung dalam tempo yang agak lamban. Sementara para pemain tim Garuda Muda mengandalkan umpan-umpan menyusur tanah disertai kesalahan sendiri yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Penguasaan bola yang dominan oleh Malaysia pasca gol cepat Indonesia itu, akhirnya membuahkan hasil. Pada menit ke-33, Malaysia berhasil menyamakan kedudukan melalui sundulan bek Omar Asraruddin. Gol ini terbilang unik. Omar harus menjatuhkan dirinya untuk menyundul bola di dalam kotak penalti menyambut umpan kapten tim Bachtiar Badrul. Bola itu melintas di antara dua bek Indonesia dan menyusur tanah ke pojok kanan gawang Indonesia dan tidak terjangkau Kurnia Mega. Kedudukan 1-1 bertahan hingga menit ke-120.

Sebenarnya dua kali Indonesia menjebol gawang Malaysia. Satu melalui Titus Bonay (Tibo) dan satu lagi melaui pemain pengganti Ferdinand Sinaga. Tetapi dua gol itu dibatalkan wasit karena pemain Indonesia terperangkap off side sebelumnya. Ferdinand Sinaga, misalnya, sudah berlari ke pinggir lapangan untuk merayakan golnya. Tetapi hakim garis mengangkat bendera membatalkan gol itu karena Okto Maniani yang menyambut bola umpan dari sayap kanan pertahanan Malaysia dengan kepalanya terlebih dahulu terperangkap off side.

Anti Klimaks
Penampilan Indonesia pada partai final ini, menurut saya, tidak seatraktif ketika mereka mengalahkan Vietnam 2-0 di semifinal. Pressing football dengan permainan cepat tidak terlalu tampak. Kemungkinan karena para pemain lelah. Sebab mereka hanya istirahat satu hari sebelum tampil di laga final.

Pada semifinal, permainan pressing football Tibo dan kawan-kawan sangat memukau. Ini yang membuat Vietnam keteteran. Pada laga final, para pemain Indonesia justru terperangkap dalam strategi dan taktik permainan Malaysia yang ingin mengurangi tempo. Strategi dan taktik Malaysia ini berhasil, paling tidak pada babak pertama.

Keberhasilan taktik Malaysia lainnya adalah mereka bisa mengunci Patrich Wanggai. Dia tidak diberi ruang tembak sedikit pun. Penjagaan begitu ketat membuat pemain ini mati gaya. Tidak ada aksi-aksi berbahaya yang dilakukan pemain Persidafon ini. Hanya satu kali dia melakukan tembakan kaki kirinya dari dalam kotak penalti. Tetapi bola tendangan itu melebar di luar jaring. Hanya Titus Bonay yang sering kali terlepas dari penjagaan ketat para pemain belakang Malaysia berkat keberaniannya bertarung dan berduel dengan pemain lawan dan beberapa kali mengancam gawang lawan. Akibat kengototannya dalam bermain, beberapa kali juga dia dijatuhkan pemain lawan.

Sementara dari sudut kebugaran, baik Indonesia maupun Malaysia, kualitasnya sama. Malahan kelihatannya, Indonesia lebih bagus. Sebab pada 15 menit terakhir waktu normal dan masa perpanjangan waktu, stamina para pemain Malaysia kedodoran. Indonesia mengepung pertahanan Singa Malaya. Hanya saja, anak-anak asuh Rahmad Darmawan tidak mampu memanfaatkan kelelahan fisik para pemain Malaysia itu. Mereka juga kesulitan membongkar pertahanan Harimau Malaya.

Akibatnya, peraih emas SEA Games 2011 cabang sepakbola harus ditentukan melalui adu tendangan penalti. Faktor mental, ketenangan, dan akurasi tendangan ke gawang sangat menentukan. Bagi tim Indonesia, ironis bahwa justru Gunawan Dwi Cahyo termasuk yang gagal memasukkan bola ke gawang. Ferdinand Sinaga juga gagal mengeksekusi tendangan 12 pas. Arah tendangan keduanya sama, ke sisi kanan gawang. Tendangan menyusur tanah Gunawan membentur tiang gawang. Sementara tendangan kaki kiri Ferdinand Sinaga yang sangat lemah dengan mudah dikuasai kiper Malaysia. Di pihak Malaysia, hanya satu orang yang gagal mengeksekusi tendangan penalti. Mereka akhirnya menang 4-3. Pelatih kepala tim nasional U-23 Indonesia Rahmad Darmawan mengakui, tim Malaysia lebih siap untuk adu tendangan penalti.

Meski demikian, kekalahan Indonesia pada laga final ini terbilang cukup terhormat. Meskipun faktanya, Indonesia tetap kalah dan pencinta sepakbola yang begitu besar di negeri ini kecewa. Apalagi kalah dari musuh bebuyutan Malaysia di kandang sendiri pula. Menjadi juara umum SEA Games menjadi kurang afdol karena tidak dilengkapi dengan emas dari cabang sepakbola.

Terlepas dari itu, penampilan anak-anak asuh Rahmad Darmawan selama turnamen ini cukup menjanjikan masa depan sepakbola Indonesia yang lebih baik dan patut diacungi jempol. Hanya saja, yang perlu diperhatikan serius adalah pembentukan mental bermain dan mental juara, ketenangan saat bermain dan tidak cepat puas. Para pemain Indonesia patut mencontohi para pemain Malaysia yang kelihatan sekali memiliki mental juara.

Nah, mari kita berharap banyak kepada Rahmad Darmawan. Mudah-mudahan dia bisa membawa sepakbola negara ini berkembang pesat. Tanamkan mental juara pada setiap pemain. Para pemain juga harus ditempa untuk memiliki mental bertarung demi kebanggaan dan harga diri bangsa. (Alex Madji)

Sabtu, 19 November 2011

Sekali Lagi, Indonesia Versus Malaysia

Rauk memperebutkan juara grup.

Karena alasan itulah, pelatih kepala tim nasional U-23, Rahmad Darmawan mengistirahatkan sejumlah pemain intinya untuk menghadapi Vietnam, juara grup lainnya di babak semifinal. Bermain dengan sejumlah pemain cadangan itulah yang membuat Indonesia takluk di hadapan pendukungannya sendiri dari musuh bebuyutannya, Malayisa.

Tetapi strategi Rahmad Darmawan itu terbukti sukses. Pemain-pemain inti seperti Patrich Wanggai, Okto Maniani, Titus Bonay, Egi Melgiansah, dan Andik tampil memukau di babak semifinal menghadap Vietnam. Mereka mengurung pertahanan Vietnam. Banyak peluang yang didapat pada laga itu. Tetapi hanya dua gol yang dihasilkan melalui Patrich Wanggai dari tendangan bebas kaki kiri menyusur tanah pada menit ke-60 dan gol spetakuler Titus Bonay dari tendangan kaki kiri dari dalam kotak penalti pada menit ke-89. Indonesia menang 2-0 atas Vietnam.

Pemain-pemain yang patut mendapat apresiasi karena tampil bagus adalah para pemain asal Papua, Titus Bonay, Patrich Wanggai, dan Okto Maniani yang skill individunya sangat luar biasa. Selain mereka, pemain naturalisasi Diego Michels yang tampil dingin dan sangat cerdas memotong bola tanpa harus bermain keras dan kasar patut diacungi Jempol. Selain itu tusukan-tusukannya dari sayap kiri sangat berbahaya. Dia bermain seperti Ashley Cole di Chelsea.

Kapten Egi Melgiansah yang berebut penguasaan lapangan tengah serta Andik yang cepat dan lincah dalam berebut bola dan kencang dalam berlari patut dipuji. Merekalah kunci kemenangan Indonesia atas Vietnam.

Bongkar Pertahanan Malaysia
Kemenangan itu menghantar Indonesia kembali bertemu Malaysia di final. Ini pasti partai seru. Indonesia pasti turun dengan kekuatan penuh dengan pemain-pemain inti tadi yang tidak turun pada pertemuan pertama.

Kehadiran mereka tentu akan memberi warna lain pada laga final nanti. Pihak Malaysia mengakui bahwa Indonesia kalah pada pertemuan pertama karena tidak tampil dengan kekuatan utamanya.

Melihat laga pertama dan laga semifinal melawan Myanmar, Malaysia sangat unggul dalam pertahanan dan serangan balik yang cepat. Selain itu mereka pandai memanfaatkan luas lapangan. Gol tunggal ke gawang Indonesia pada pertemuan pertama adalah hasil serangan balik dari sayap kanan yang tidak bisa diantisipasi dengan baik para pemain bertahan Indonesia.

Pada laga pertama itu, ketatnya pertahanan Malaysia membuat Titus Bonay tidak berhasil mencetak gol. Meskipun, beberapa kali dia memiliki peluang. Paling tidak dua kali. Hanya sayang, bola sepakan kaki kanannya hanya bergulir tipis di luar tiang gawang Malaysia.

Pada final nanti, Patrich Wanggai dan Titus Bonay, serta Okto Maniani harus cerdas membongkar pertahanan Malaysia. Serangan tidak boleh monoton dari sayap kiri seperti ketika melawan Vietnam.

Barisan tengah juga harus lebih cerdas memnciptakan variasi serangan baik dari sayap kiri, melalui sayap kanan, maupun dari tengah. Variasi serangan dari kiri, kanan, dan tengah itu akan membuat pertahanan Malaysia kocar kacir. Selain itu kesalahan kecil yang tidak perlu harus dihindari.

Hal lain yang harus menjadi perhatian serius adalah para pemain bertahan. Dari beberapa laga sebelumnya, para pemain belakang tampak belum tenang. Hanya Diego Michels yang bisa bermain lepas, tenang, dan percaya diri. Para pemain belakang juga jangan asal menendang bola ke depan, tetapi harus terarah ke teman. Hindari pula tekel-tekel keras di wilayah pertahanan. Tendangan-tendangan bebas dari wilayah pertahanan akan berbahaya bagi gawang Indonesia.

Terakhir adalah soal stamina. Stamina para pemain Indonesia masih tampak kedodoran. Mereka harus disiapkan bermain selama 120 menit, dengan asumsi bermain imbang selama 90 menit dan perpanjangan waktu selama 30 menit, dengan kualitas yang sama sejak menit awal sampai menit terakhir. Tanpa stamina yang bagus, Indonesia siap-siap hanya meraih perak pada cabang sepakbola SEA Games tahun ini. Sebab, Malaysia memiliki stamina yang bagus dan bermain solid, serta rapih di setiap lini.

Sekali lagi, kalah pada partai pertama tidak berarti bahwa kekuatan Indonesia berada di bawah Malaysia. Boleh saja kalah pada babak penyisihan. Yang penting menang pada partai puncak. Karena itu, selamat bertarung Garuda Muda. Terbanglah tinggi ke angkasa dengan bermain bagus dan memukau. Pencinta sepakbola Indonesia ada di belakang kalian yang selalu haus akan permainan yang cantik memukau dan prestasi. (Alex Madji)

Kamis, 17 November 2011

Berhentilah Mencuri


Pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqqodas dalam pidato kebudayaannya di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Kamis 10 November lalu tiba-tiba menjadi heboh.

Ketika itu, Busryo menyinggung kondisi lembaga negara yang kini dihuni para pemberhala nafsu dan syahwat kekuasaan. Mereka sangat perlente, mengenakan lambang burung garuda emas di seragam safari dan mengendarai mobil dinas Crown Royal Saloon yang juga jauh lebih mewah dari mobil perdana menteri negara tetangga (Kompas, Kamis 17 November 2011).

Mendengar itu Ketua DPR Marzuki Alie sangat reaktif. Dia membantah habis pernyataan Busyro itu. Menurut dia, pejabat negara tidak bisa diajak hidup sederhana. Pernyataan seperti ini memang khas Marzuki Alie, seorang pejabat yang tidak bisa berempati pada rakyat. Orang seperti ini tidak layak menjadi wakil rakyat.

Beberapa hari kemudian, tesiar berita sejumlah anggota Komisi III DPR seperti Bambang Susatyo dari Partai Golkar, Herman Herry dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), dan Ruhut Sitompul dari Partai Demokrat memiliki koleksi mobil-mobil mewah.

Tentu bukan hanya mereka bertiga. Kalau Anda pernah masuk hingga ke parkiran gedung DPR, tempat parkir itu bak tempat show room mobil mewah. Berbagai jenis mobil ada di sana.

Gaya hidup mereka juga flamboyan dan bergelimang harta. Mereka menempati rumah-rumah mewah. Ukurannya pun besar-besar. Jarang ada anggota dewan yang memiliki rumah sederhana. Sementara rumah dinas yang disediakan negara di Kalibata, Jakarta Selatan lebih banyak ditempati oleh orang-orang dekat anggota DPR.

Bertemu orang pun di hotel berbintang yang tidak mungkin didatangi rakyat jelata yang mereka wakili dan sering dilakukan malam hari, nyaris tengah malam, ketika rakyat kecil sudah lelap tidur.

Tentu bukan hanya DPR. Pejabat pemerintah pun begitu. Di kantor-kantor pemerintah juga tidak sedikit ditemukan mobil mewah. Yang bawa itu bukan hanya pejabatnya. Tetapi pegawai negeri sipil (PNS) yang baru pun, ke kantor bawa mobil.

Hal itu paling tidak tampak di Kementerian Dalam Negeri. Sejumlah pegawai di kementerian itu mengatakan, PNS-PNS muda yang bawa mobil ke kantor itu umumnya anak-anak pejabat. Tampilan mereka juga molek, indah, dan bersih. Beda dari PNS-PNS lainnya.

Maka kritik Busyo Muqqodas benar. Ini kritik sosial. Sebuah lonceng peringatan bagi para penyelenggara yang sibuk berpesta sendiri lantas melupakan rakyat yang seharusnya mereka urus. Sebab ketika rakyat berdesak-desakan di bis-bis reot ibu kota, para penyelenggara negara berdingin ria di dalam sedan empuk nan mulus serta mewah. Mereka tidak memikirkan apa lagi mewujudkan transportasi yang layak dan nyaman bagi rakyat.

Ketika rakyat berjuang mendapatkan sesuap nasi bahkan dengan cara mengemis di pinggir-pinggir jalan dan lampu-lampu merah, serta dengan mengais sampah, para penyelenggara negara bergelimang harta dan makan di hotel-hotel berbintang dan restoran-restoran mahal. Mereka berpesta pora di atas kemiskinan rakyat.

Lebih ironis lagi, kalau pesta pora para penyelenggara negara itu ternyata hasil dari mencuri uang rakyat alias korupsi. Rakyat ditekan supaya membayar pajak, sementara para penyelenggara negara ramai-ramai mencuri uang rakyat yang dikumpulkan dengan susah payah dan penuh peluh hanya untuk hidup mewah dan berpesta pora.

Inilah yang mau diingatkan Busyro Muqqodas. Janganlah hidup bermewah-mewah kalau ternyata itu hasil mencuri uang rakyat. Dengan kata lain, berhentikan mencuri uang rakyat untuk berpesta pora dan bergaya hidup mewah.

Sebaliknya, pakailah uang rakyat itu untuk kepentingan rakyat sesungguhnya. Bangunlah fasilitas-fasilitas umum yang berkualitas bagi rakyat. Bagunlah gedung-gedung sekolah yang bermutu tinggi. Bangunlah jalan-jalan yang berkualitas baik. Gajilah para guru, mantri, dan pegawati rendahan dengan layak.

Yang terpenting, perhatikanlah para petani yang dalam keterbatasannya tetap taat membayar pajak. Jangan pula uang mereka dicuri. Dosanya besar. Karena itu, hai para penyelenggara negara, berhentilah mencuri hanya untuk gaya hidup hedonis. (Alex Madji)

Selasa, 15 November 2011

Ingin Tulisan Blog Anda Diterbitkan Jadi Buku? Baca Tips Ini


Blog bisa menghasilkan uang. Tetapi itu sangat tergantung dari cara mengelola dan menulis di blog itu sendiri. Ternyata Blog tidak asal diisi. Tetapi harus memenuhi standar-standar tertentu. Menarik, bahasa yang baik, dan menulis dengan hati. Tips-tips itu saya ambil sebuah artikel menarik dari Kompas.com. Untuk lengkapnya saya kutip saja:

Jangan asal menulis di blog. Tulisan yang menarik di blog bisa saja diterbitkan menjadi buku, dan menjadikan Anda sukses sebagai penulis blook (buku yang berisi tulisan di blog). Di Indonesia, tulisan di blog yang diterbitkan sebagai buku menjadi fenomena.

Agar sukses menerbitkan blook, ada sejumlah kiat suksesnya. Salman Faridi, Chief Executive Officer Penerbit Bentang (penerbit buku Ms Compliment's Therapy yang berisi tulisan dari blog pribadi), tidak semua blog enak dibaca. Agar blog Anda menarik perhatian, dan memungkinkan dibuatkan buku, sampaikan gagasan yang menarik dengan menuliskannya menggunakan cara yang menarik pula.

"Menggabungkan gagasan menarik dengan cara menulis yang baik, itu kuncinya," kata Salman yang berpengalaman 12 tahun menerbitkan buku, termasuk buku best seller seperti Laskar Pelangi dan The Naked Traveler.

Selain punya gagasan menarik dan cara menulis yang baik, penulis blook yang sukses juga bisa merasakan emosi yang sama dengan pembaca. Dengan begitu, tulisan-tulisan Anda diterima pembaca.

Dalam menulis buku, Salman menyarankan sebaiknya Anda memasukkan unsur emosi. Tulisan yang datar dan kering takkan diminati. Selain itu, Anda perlu memahami apa yang Anda tuliskan, Anda perlu merasakannya, apa yang mau dituliskan. Tulisan yang memiliki jiwa didalamnya lebih menarik untuk dibaca, terutama jika ingin menerbitkannya menjadi buku. Tulisan yang enak dibaca biasanya sukses menjaring pembeli.

Namun ada juga aturan teknis yang perlu Anda pahami jika ingin sukses menyodorkan gagasan buku ke penerbit.

"Untuk tulisan fiksi, berkonsentrasi lah pada tiga bab pertama. Sementara untuk tulisan non fiksi, fokus lah pada bab awal. Jika pada bagian-bagian ini, tulisan Anda enak dibaca, biasanya penerbit menyukainya. Sebaliknya, jika dalam lima menit, tulisan membuat orang lain tak tahan membacanya, tulisan tersebut kurang menarik atau bahkan tidak bagus untuk diterbitkan menjadi buku," jelas Salman.

Gampang kan? Tanggal Anda mempraktikannya dalam blog Anda. Sambil berharap ada penerbit yang kemudian mau menuliskan tulisan-tulisan dalam blog Anda. Selamat memulai. (Alex Madji)

Manjakan Diri Anda dengan Pijat Refleksi


Pijat, khususnya pijat refleksi kini menjadi kebutuhan warga ibu kota. Pada akhir pekan tidak sedikit orang yang mendatangi tempat-tempat seperti itu. Bahkan, pada hari-hari kerja, ada saja warga yang memanjakan diri di tempat-tempat pijat. Mereka dipijat hingga lelap tertidur.

Tetapi pijat refleksi sesungguhnya lebih dari sekedar memanjakan diri. Dia berkaitan dengan kesehatan. Sebab ada titik-titik tertentu di telapak kaki yang berkaitan dengan organ-organ lain pada tubuh manusia. Penyakit pada organ tubuh tertentu bisa terdeteksi dari titik-titik pada telapak kaki itu. Diyakini pula bahwa sentuhan pada titik-titik itu bisa membantu menyembuhkan.

Maka jangan heran kalau tempat-tempat pijat refleksi menjamur. Di sanalah warga ibukota memanjakan diri dan mendeteksi dini penyakit yang diidap sebelum selanjutnya ke dokter dan rumah sakit.

Di rumah-rumah toko (ruko) Boulevard Graha Raya Bintaro, Kota Tengerang Selatan, misalnya, ada beberapa tempat pijat refleksi keluarga yang jaraknya berdekatan. Ada Bensehat. Ada D&B. Keduanya dibuka untuk pria dan wanita. Bahkan di B&D bisa untuk anak-anak. Tawaran harganya sama, Rp 35.000 untuk 90 menit. Di sini ada ruangan VIP khusus untuk dua orang dengan tarif Rp 100.000 per 90 menit.

Dua tempat pijat itu sama-sama dua lantai. Pelanggan bisa memilih mau pijat di lantai bawah atau lantai atas. Sama saja. Semua ber-AC. Satu tempat pijat hanya dibatasi kain transparan dengan sinar lampu temaram. Situasinya dibikin senyaman mungkin agar pelanggan bisa tidur terlelap saat dipijat.

Sekitar empat kilometer dari situ, pada ruko Graha Bintaro ada juga tempat pijat. Tapi yang ini menggabungkan antara pijat tradisional, pijat refleksi, pijat keseleo, dan pijat pegal-pegal untuk pria dan wanita. Tetapi saya belum mencoba pijat refleksi di tempat ini. Sementara di dua tempat lainnya saya termasuk sering, terutama di Bensehat.

Menu pijat refleksi di dua tempat itu serupa. Sebelum dipijat, dua kaki pelanggan direndam dalam air hangat di basi. Kemudian ritus pijat dimulai. Mula-mula telapak dan kaki ditepuk-tepuk. Ketika satu kaki dipijat, kaki yang lain dibungkus handuk biar hangat. Pijat dimulai dari telapak kaki, jari-jari kaki, betis hingga lutut, tangan, punggung, lalu ditutup dengan pijet kepala.

Tidak semua menu itu dilakukan. Tetapi tergantung pelanggan. Ada pelanggan, terutama perempuan tidak mau dipijet pada bagian punggun dan kepala. Sebaliknya, ada pelanggan, umumnya laki-laki, yang minta punggungnya diinjak. Kalau saya, paling suka pijet kepala. Rasanya setelah itu segar.

Kesamaan
Kesamaan lainnya, para pemijet di Bensehat dan D&B semuanya laki-laki. Ada hal yang unik. Di Bensehat, semua pemijatnya berasal dari satu kampung di Bogor, Jawa Barat. Jadi mereka seperti saudara di situ.

Kesamaan yang lain lagi adalah rata-rata penghasilan mereka kecil. Satu orang hanya digaji Rp 300.000 per bulan. Penghasilan mereka sedikit bertambah dari tips pelanggan yang besarannya bervariasi, tergantung kebaikan hati pelanggan.

Juga, di dua tempat pijet itu, setiap selesai pijet, pelanggan disuguh minuman jahet hangat. Lumayan, bisa semakin segar setelah urat-urat tegang direnggangkan. Tetapi di D&B ada kelebihannya. Jahe hangat ditemani sepotong kue kecil yang disirami madu. Lumayan, yang belum makan siang bisa sedikit mengganjal perut.

Dua tempat pijet itu, terutama Bensehat, ramai dikunjungi pelanggan. Pada Sabtu-Minggu, pelanggan di Bensehat harus antri. Bahkan hingga dua jam. Pernah suatu hari Minggu awal November 2011, saya dan istri datang ke situ pukul 12.30 WIB. Tetapi, harus diminta bersabar dan antri selama dua jam. Kami lalu memutuskan pindah ke D&B yang relatif lebih sepi. Setiba di sana, kami hanya butuh istirahat sebentar kemudian di dipijet.

Dua minggu sebelumnya, kami datang ke Bensehat jam 16.00 WIB. Kami harus menunggu 45 menit hingga satu jam sebelum ditangani. Alhasil, kami baru keluar dari sana pukul 18.30 WIB ketika gelap tiba.

Keterangan para pemijet di sana menyebutkan, para akhir pekan, jumlah orang yang datang ke Bensehat membeludak. Setiap terapist menangani lima hingga enam orang. Itupun karena jumlahnya dibatasi. Sementara pada hari biasa, mereka hanya menangani dua sampai tiga orang per hari.

Hal yang sama diakui terpist di pijet refleksi D&B. Meski pada hari Minggu awal November tempat itu agak sepi, tetapi terapist di situ menginformasikan bahwa kalau hari Minggu masing-masing mereka bisa melayani empat sampai lima pelanggan. Sementara pada hari biasa, paling banyak satu orang terapist menangani dua atau tiga pelanggan.

Banyaknya peminat pijat refleksi itu menunjukkan bahwa makin banyak orang ingin menyegarkan tubuhnya di tempat-tempat seperti itu. Mereka ingin dimanja dan merenggangkan otot-otot yang tegang. Lebih dari itu, mereka ingin sehat dengan sentuhan refleksi. Ini kemudian menjadi tren masyarakat perkotaan. Memanjakan diri dengan pijat refleksi. Selamat mencoba. (Alex Madji)

Minggu, 13 November 2011

Komodo Masuk Tujuh Keajaiban Dunia, Benahi Air di Bandara di Labuan Bajo


Kadal raksasa Komodo akhirnya masuk dalam salah satu tujuh keajaiban dunia bersama enam obyek wisata lainnya yaitu Hutan Amazon (Brasil), Pantai Halong Bay (Vietnam), air terjun Iguazu Falls, Jeju Island (Korea Selatan), sungai bawah tanah Puerto Rico, dan Table Mountain (Afrika Utara) yang diumumkan Yayasan New7wonders, pada Jumat, 11 November 2011 sore di Swiss atau Sabtu, 12 November 2012 dini hari WIB.

Kemenangan ini patut disambut gembira. Sebab ada pengakuan resmi dari dunia akan keajaiban binatang dari zaman dinosaurus yang berada di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu. Meskipun tanpa pengakuan itu, Komodo tetap ajaib.

Pengakuan ini diharapkan diikuti oleh makin banyak turis dari dalam dan luar negeri yang mengunjungi Komodo. Pintu masuk ke Komodo adalah Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat. Tidak ada yang lain.

Tetapi melihat infrastruktur di Labuan Bajo, harapan itu serentak juga menimbulkan sebuah kecemasan. Dikhawatirkan, pemerintah daerah setempat gagap menyambut pengumuman Komodo masuk tujuh keajaiban dunia. Meskipun Bupati Manggarai Barat Agustinus CH Dula mengaku gembira bukan kepalang mendengar Komodo masuk dalan tujuh keajaiban dunia (Kompas, Minggu 13 November 2011).

Mengapa cemas? Infrastruktur dan fasilitas di sana masih minim. Jalan-jalan di ibukota Labuan Bajo masih buruk. Dan, yang paling krusial adalah persoalan air bersih. Pemerintah daerah setempat seakan buta akan persoalan paling mendasar ini.

Bayangkan di tempat-tempat vital seperti Bandara Komodo saja air tidak menetes. Toilet yang ada kosong air. Akibatnya bau pesing menyebar ke mana-mana. Belum lagi jumlah toilet yang sangat-sangat terbatas membuat wisatawan harus mengantri untuk membuang hajat.

Padahal, kalau pemerintah setempat cerdas, masalah ini harus diatasi pertama. Sebab kesan pertama itu akan selalu menentukan padangan orang tentang sesuatu/seseorang secara keseluruhan. Itu kata ilmu psikologi. Dan masalah air ini semakin mendesak ketika jumlah turis ke kota itu terus meningkat menjelang masuknya Komodo dalam tujuh keajaiban dunia. Apalagi setelah dia masuk tujuh keajaiban dunia.

Seperti dikatakan Duta Komodo yang juga mantan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, Jumat 11 November 2011 di Jakarta bahwa kalau Komodo masuk tujuh ke ajaiban dunia maka Manggarai Barat dan NTT umumnya harus siap kebanjiran wisatawan.

Maka kalau masalah air ini tidak segera dibenahi, sepulang dari Komodo turis hanya akan membawa cerita buruk dan ini berdampak buruk bagi seluruh dunia pariwisata Komodo dan Labuan Bajo. Marketing mouth to mouth akan mengancam ketenaran Komodo itu sendiri. Maka, benahi dulu masalah "kecil" ini.

Kalau masalah air saja tidak bisa diatasi, bagaimana bisa mengatasi masalah-masalah lebih besar seperti infrastruktur jalan yang masih berlubang dan berdebu?. Mari kita sambut Komodo masuk tujuh keajaiban dunia dengan berbenah dari hal-hal yang paling kecil seperti air. (Alex Madji)

Jumat, 11 November 2011

Jakob Oetama Itu Katolik


Saya pernah iseng mengetik kalimat ini di Mbah Google, "Jakob Oetama Islam?" Ternyata, pencarian dengan kata-kata serupa sudah mencapai 57.000. Dari jawaban yang diberikan Mbah Google, saya simpulkan bahwa pertanyaan itu sudah hidup bertahun-tahun. Paling tidak sudah satu dekade.

Di Forum Diskusi-Sharing phpBB, misalnya, ada pertanyaan yang diposting pada Senin 20 Februari 2006 pukul 12.23 pm seperti ini, (saya kutip apa adanya) “Apakah benar jakob oetama pimred Kompas pindah ke islam?”

Tiga tahun sebelumnya, tepatnya pada Senin 4 Agustus 2003 pukul 12.16 pm ditulis kalimat ini, “Mohon informasi apakah benar sekarang bapak Jakob Oetama pemimpin redaksi harian Kompas sudah pindah ke agama islam?”

Lalu seolah memberi jawab atas pertanyaan itu, di milis daarut-tauhiid ditulis, (saya kutip apa adanya) “Dari sebuah media Islam "ekstrim kanan" yang saya baca tadi malam diberitakan bahwa Jakob Oetama (Pemimpin Umum Harian Kompas) sudah masuk Islam dengan mengucapkan syahadat dibimbing oleh Nurcholish Madjid. Syukur Alhamdulillah kalau memang benar demikian. Publikasinya memang tidak luas karena ybs merasa rikuh dengan pimpinan Kompas lainnya yang yang mayoritasnya beragama Katolik. Mohon konfirmasi dari rekan-rekan lain yang mungkin lebih tahu. Wass. Wr. Wb.”

Ada lagi artikel yang diambil Mbah Google begini bunyinya, “Jakob Oetama Masuk Islam? Assalamu'alaikum wr. wb. Jumat pekan lalu JURNAL ISLAM kedatangan tamu istimewa dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Tentu saja dalam acara silaturahmi itu penuh canda, meski terkadang diselingi pertanyaan apakah memang benar Bos KKG Jakob Oetama telah memeluk agama Islam? Adalah Sukarman dan Haryadi sang "utusan" dengan pasti mengatakan bahwa Pak Jakob telah mengucapkan dua kalimah Syahadat di depan cendekiawan muslim Nurcholish Madjid. "Tapi untuk sementara ini Pak Jakob tidak mau tampil secara terang-terangan ke depan publik bahwa ia telah memeluk agama
Islam, soalnya nggak enak dengan teman-temannya yang Katolik," kata Sukarman
yang lebih dikenal sebagai Ketua Majelis Taklim KKG. Kami senang dengan apa yang diungkapkan Mas Karman, begitu kami menyebut sang "utusan". JURNAL ISLAM juga ditawari bekerja sama dalam bidang-bidang tertentu. Tentu saja tawaran itu dengan sangat menyesal tidak bisa kami penuhi. Biarlah JURNAL ISLAM berjalan dengan bantuan Allah. * end of quote- Sumber: Jurnal Islam, 28 Rajab - 4 Sya'ban 1421 H (27 Oktober – 2 November 2000).”

Masih Katolik
Sepulang misa di Gereja Santa Maria Regina (Sanmare) Bintaro Jaya, Minggu, 6 November 2011, saya membeli Majalah Hidup dengan gambar sampul depan Jakob Oetama yang berulang tahun ke-80 pada 27 September silam.

Saya termasuk cukup sering membaca majalah ini. Maka begitu lewat di depan gerbang gereja, saya membeli satu eksemplar mingguan katolik edisi ke-45 tahun ke-65, 6 November 2011. Seluruh halaman majalah itu saya baca. Hampir semua isinya mengulas tentang pendiri Kelompok Kompas Gramedia (KKG) tersebut yang diambil dari buku "Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama" yang diterbitkan dalam rangka ulang tahun ke-80 Jakob Oetama.

Yang menarik perhatian saya adalah foto setengah halaman pada halaman 10. Jakob Oetama yang mengenakan kemeja abu-abu bergaris tipis dan celana bahan gelap sedang duduk seorang diri di sebuah kursi panjang di sebuah ruangan yang sepi. Tak ada yang lain. Kursi-kursi serupa di belakangnya kosong. Dia tampak membaca secarik kertas. Tangan kanannya memegang secarik kertas itu sementara tangan kirinya sedikit mengangkat lensa kaca matanya. Foto itu saya repro seperti terlihat pada gambar di atas.

Pada caption foto itu tertulis, "Datang awal: Jakob Oetama di Gereja St Perawan Maria Ratu Blok Q, Jakarta Selatan." Tidak ada keterangan kapan foto itu diambil.

Kemudian pada halaman 11, pada box, ada tulisan berjudul "Jakob di Mata Romo Broto" lengkap dengan foto muka Romo F Subroto Widjojo SJ. Di aline ke-5 artikel itu tertulis, "Hampir setiap Minggu Pak Jakob mengikuti Ekaristi di Gereja Blok Q. Beliau tinggal di Lingkungan Lusia, Paroki Blok Q. Sebagai orang Katolik yang rajin ke gereja, pandangannya humanisme Kristiani. Semua orang mempunyai kepentingan bersama, tetapi juga kesukaran bersama. Di Kompas Gramedia dibangun masjid dan tempat untuk persekutuan doa. Penghargaan terhadap manusia sangat tinggi. Beliau menekankan kejujuran dan ketulusan."

Saya tidak perlu dan memang tidak ingin mengulas isi Majalah tersebut. Saya percaya laporan itu memenuhi prinsip-prinsip jurnalistik dengan check and recheck. Jadi, pertanyaan, “Jakob Oetama Islam?” terjawab sudah. Jakob Oetama masih dan tetap akan Katolik. (Alex Madji)

Kamis, 10 November 2011

Menyaksikan Pertarungan Viva Group vs Media dan MNC Group


Pemilik MNC Group Harry Tanoesoedibjo, pada Rabu, 9 November 2011 dikukuhkan sebagai Ketua Dewan Pakar Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Dia bergabung dengan partai baru itu karena ada kesamaan visi. Sementara alasan dia terjun ke politik praktis adalah ingin berkontribusi bagi negara, setelah secara bisnis sudah mapan.

Masuknya Harry Tanoe ke partai politik tidak menggemparkan. Sebab sudah mahfum terjadi di negeri ini bahwa para pengusaha seolah punya keharusan untuk memiliki cantolan politik.

Yang lebih mengejutkan, dan itu yang mau saya sampaikan dalam tulisan ini, adalah pernyataan para politisi partai-partai besar di DPR pasca penetapan Harry Tanoe itu sebagai Ketua Dewan Pakar Nasdem. Mereka tiba-tiba meminta perlu pengaturan penggunaan media untuk kepentingan partai politik.

Pernyataan itu pertama kali disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy. “Perlu pengaturan media untuk kepentingan dan publikasi parpol, baik di dalam maupun di luar masa kampanye, agar media tak kehilangan independensinya, dan agar tak terjadi persaingan tidak sehat ketika pemilik media terlibat aktif ke dalam politik praktis,” ujarnya. (Vivanews.com, Rabu 9 November 2011).

Gagasan itu disambut baik oleh kader Partai Golkar yang juga artis Nurul Arifin. “Pengaturan media itu memang perlu, supaya tidak terjadi ajang kanibalisme dalam ruang dan properti kampanye. Nanti kami bicarakan di Panitia Khusus Pemilu,” kata Nurul.

Menurutnya, poin tentang pengaturan penggunaan media untuk publikasi parpol memang belum tercantum dalam draf revisi UU Pemilu. “Belum ada. Tapi itu bisa diusulkan. Pembahasan kan sangat dinamis, bisa melahirkan usulan-usulan baru,” kata Nurul yang juga anggota Pansus UU Pemilu. (Vivanews.com, 9 November 2011).

Pendapat berbeda disampaikan Wakil Ketua Komisi II DPR yang juga anggota Pansus UU Pemilu dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Ganjar Pranowo. Menurut dia, penggunaan media oleh partai tidak perlu diatur. Sebab itu hanya masalah etika.

Tetapi pendapat berbeda disampaikan rekan Ganjar dari PDI-P yang juga duduk di Komisi II yaitu Arif Wibowo. Menurut dia, pembatasan publikasi partai politik di media massa penting dilakukan agar tidak terjadi persaingan seperti mekanisme pasar bebas. Bahwa siapa yang kuat maka menjadi pemenang. "Nanti bisa saja siapa yang duitnya paling banyak maka jadi paling sering tayang atau paling sering beriklan. Tidak bisa begitu. Itu tidak adil," kata Arif. (Vivanews.com, 9 September 2011).

Perang Media
Pernyataan-pernyataan itu bisa dimengerti. Sebab Nasdem dengan dua tokoh utamanya Surya Paloh dan Harry Taone memiliki kekuatan media yang luar biasa. Surya Paloh, pemilik Media Group, mempunyai Metro TV, Media Indonesia, dan beberapa koran daerah. Sementara Harry Tanoe, pemilik MNC Group, memiliki RCTI, Global TV, MNC TV, SUN TV, beberapa televisi daerah, jaringan radio, Harian Seputar Indonesia, dan beberapa media cetak lainnya.

Selama ini Metro TV sangat gencar mengiklankan Nasdem sebagai organisasi massa dan setelah Partai Nasdem diresmikan, iklan tentang partai itu juga gencar. Beberapa hari terakhir, iklan tentang Partai Nasdem di Global TV juga mulai muncul. Dengan kekuatan media yang dimiliki dua pentolan Partai Nasdem, maka proses pengenalan partai itu ke publik akan berjalan efektif.

Bukan hanya itu, kekuatan media mereka miliki juga menjadi kekuatan yang maha dahsyat untuk mencitraburukkan lawan-lawan politik dan lawan-lawan bisnis mereka dengan berbagai strategi pemberitaan. Sebagai contoh, Metro TV selama ini sangat gencar memberitakan kasus Lumpur Lapindo atau kasus Gayus Halomoan Tambunan karena banyak terkait perusahaan milik Aburizal Bakrie yang adalah Ketua Umum Golkar dan rival politik Surya Paloh.

Maka bisa dipahami, para politisi di atas tadi meminta pembatasan penggunaan media untuk publikasi parpol. Mungkin mereka khawatir Nasdem menjadi besar dan menggerus suara partai mereka. Tentu saja ini kerugian politik bagi partai-partai itu. Tetapi sesungguhnya kekhawatiran itu terlalu berlebihan. Biarkanlah pasar yang menentukan mana partai yang baik pada 2014. Pasar (rakyat pemilih) sudah cerdas, termasuk untuk tidak memilih partai apa pun.

Ketakutan itu berlebih juga karena yang memiliki kekuatan media adalah Partai Golkar. Bukan hanya Nasdem. Secara institusional, Golkar memiliki harian Suara Karya. Sedangkan Ketua Umumnya, Aburizal Bakrie memiliki Viva Group yang terdiri dari TV One, ANTV, dan Vivanews.com. Kekuatan mereka memang tidak seimbang dengan kekuatan Harry Tanoe dan Surya Paloh. Tetapi keunggulan Partai Golkar adalah mesin politik yang sudah matang.

Tinggal mereka bersaing secara sehat saja. Malah lebih baik, kalau media massa yang mereka miliki tidak dibawah ke ranah politik dan menjadi media campaign partai masing-masing. Tetapi sepertinya hal ini sulit dilakukan.

Yang terjadi justru sebaliknya. Kedua kelompok ini, akan saling bertarung menjelang 2014. Ini pertarungan lama antara Surya Paloh versus Aburizal Bakrie sebagai buntut dari perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar di Pekan Baru tahun lalu. Pertarungan itu juga pertarungan media mereka miliki. Hanya saja, Surya Paloh mendapat amunisi baru dengan bergabungnya Harry Tanoe ke Nasdem.

Lalu siapa yang menang? Kita tunggu dan saksikan saja pertarungan mereka yang sebetulnya sudah dimulai. (Alex Madji)

Rabu, 09 November 2011

Sebuah Malam di Sungai Gangga


Selasa, 8 November 2011 senja, saya membaca berita dari kantor berita Associated Press (AP) bahwa 16 orang India tewas karena berdesak-desakan untuk mengikuti upacara suci Agama Hindu di tepi Sungai Gangga. Peristiwa ini terjadi di Kota Haridwar, negara bagian Uttar Pradesh, India Utara.

Tiba-tiba saja pikiran saya terbang ke bagian lain Sungai Gangga. Tepatnya di Kota Patna, juga di negara bagian Uttar Pradesh, India Utara, satu setengah tahun silam.

Akhir Januari hingga 9 Februari 2010 saya berada di India Utara. Mengunjungi tempat-tempat suci Agama Buddha. Mulai dari tempat kelahiran Sidharta Gautama di Lumbini, sebuah kampung di Nepal yang berbatasan dengan India, tempatnya menjadi Buddha di bahwa pohon Body di Bodgaya, tempat berkaryanya di Patna, tempat-tempat persinggahan Buddha di India Utara, hingga ke lokasi wafatnya di Kusinagar.

Ketika itu, saya diundang Kementerian Pariwisata India untuk mengikuti acara Buddhist Conclave di Nelanda, sebuah kampung pedalaman di negara bagian Uttar Pradesh. ‘

Tadinya, saya membayangkan bahwa Buddhist Conclave itu adalah proses pemilihan pimpinan tertinggi Agama Budha seperti pemilihan Paus, pemimpin umat Katolik di Vatikan, Roma. Ternyata meleset. Buddhist Conclave yang dimaksud hanyalah semacam simposium atau seminar tentang Buddhisme.

Mengapa di Nelanda? Karena dua ribu tahun silam sebelum masehi, tempat ini menjadi pusat budaya dan ilmu pengetahuan Buddhisme. Di sana ada universitas yang luar biasa besarnya bernama Universitas Nelanda. Orang-orang dari seluruh dunia termasuk dari Cina belajar di sana. Kampusnya dilengkapi dengan biara yang maha luas. Jejaknya masih terlihat jelas dari reruntuhan universitas itu.

Buddhist Conclave tidak dilangsungkan di bekas universitas itu, tetapi di luarnya. Tidak terlalu jauh dari tempat yang sudah ditetapkan PBB sebagai warisan dunia dan menjadi objek wisata tersebut. Buddhist Conclave berlangsung di bawah tenda darurat.

Inti Buddhist Conclave adalah bagaimana menjadikan situs-situs suci umat Buddha di India Utara menjadi seperti situs-situs rohaninya umat Kristen di Timur Tengah yang ramai dikunjungi lengkap dengan berbagai fasilitas. Pemerintah India menyadari bahwa fasilitas di situs-situs rohani Buddha sama sekali tidak ada. Bahkan situs-situs rohani itu tidak terjaga dan terurus dengan baik. Kesadaran itulah yang mau dibangun oleh Pemerintah India. Cita-cita lainnya adalah menjadikan India seperti Mekahnya umat Buddha.

Kembali ke Sungai Gangga
Hari itu, Senin 1 Februari 2010. Saya baru tiba dari Bodgaya, tempat Sidharta Gautama menjelma menjadi Buddha setelah melakukan meditasi panjang di bawah pohon Body, menumpang kereta api khusus untuk para pesiarah Buddhist Conclave. Kereta itu disulap bak hotel. Dibikin kamar-kamar. Satu kamar memiliki empat tempat tidur yang disusun. Perjalanan Bodgaya-Patna yang ditempuh satu malam dihabiskan dengan tidur seperti di hotel. Kamar mandi dan toilet kereta pun selalu bersih dan kering. Meskipun bagian luar kereta itu, kotor.

Sesampai di Patna, kami langsung di antar ke hotel. Hanya untuk numpang mandi dan sarapan serta istirahat sejenak. Selepas itu, kami lalu dibawa keliling Kota Patna, tempat di mana Budha memulai karyanya. Di sana banyak situs, tempat-tempat persinggahan Buddha. Siang itu kami makan di restoran.

Sore hari, kami dibawa menyusuri Sungai Gangga. Setelah meliuk-liuk di Kota Padna yang penuh sesak dengan manusia, akhirnya tiba juga dipinggiran Sungai Gangga. Sungai ini bukan hanya suci bagi umat Hindu, tetapi juga bagi umat Buddha. Tuhan Buddha pernah berjalan di atas air sungai yang luas dan lebar ini dengan air yang teduh. Tetapi sebenarnya sungai ini tidak beda dengan Sungai Musi di Palembang atau Sungai Mahakam. Airnya juga seperti itu. Tidak bersih-bersih amat.

Di pinggir sungai, banyak diparkir kapal motor. Begitu rombongan kami datang, bergegas para pengemudi kapal motor itu menawarkan jasanya dengan Bahasa Inggris yang lancar. Tetapi untuk kami sudah disiapkan beberapa perahu motor. Saya bersama dua orang lain dari Indonesia naik satu perahu motor dengan satu orang perempuan dari Vietnam dan beberapa orang dari Thailand. Rata-rata mereka dari kantor travel and tour.

Pemandangan pinggir Sungai Gangga tidak ada yang luar biasa. Hotel-hotel melati bertebaran di pinggir sungai yang bertebing. Satu dua orang tampak mandi di pinggir sungai, senja itu.

Matahari perlahan menghilang di ufuk barat. Perahu kami terus membelah sungai yang tenang. Sementara di pinggir sebelah kanan, api pembakaran mayat berkobar. Wisatawan dilarang mengambil gambar.

Ketika gelap tiba, semua perahu berhenti tepat di depan titik upacara keagamaan umat Hindu di pinggir Sungai Gangga, tidak jauh dari tempat pembakaran mayat tadi. Semua hening. Kecuali bunyi-bunyian alat musik dari tempat doa di pinggir sungai. Kepada para peziarah dibagikan lilin-lilin kecil untuk dinyalakan. Tidak jarang, ada anak-anak kecil yang mendayun sampannya hanya untuk menjual lilin. Sore itu, seorang anak lelaki kecil mendayun sampannya sambil menawarkan lilin dari satu perahu ke perahu lain.

Selesai upacara, para wisatawan pulang, kembali ke titik berangkat. Menyusuri Sungai Gangga dalam kegelapan malam. Ada yang berkelompok, tetapi ada juga yang seorang diri di atas perahu motor. Mendayung dalam sepi.

Lalu tersadar aku dari lamunanku. Itu ternyata pengalaman satu setengah tahun silam. Sementara nyawa ke-16 orang umat Hindu yang tewas karena berdesak-desakan di tepian Sungai Gangga di Haridwar pada Selasa, 8 November 2011 tak terselamatkan. Mereka mengakhiri hidupnya dalam upacara suci di pinggir sungai yang suci pula. (Alex Madji)

Selasa, 08 November 2011

Asyiknya Belajar Mengolah Cokelat



Siapa sih yang enggak suka makan cokelat? Mengonsumsi cokelat bisa menimbulkan rasa senang. Jadi, kalau lagi sedih, makanlah cokelat. Nah, ada lho tempat kursus mengolah cokelat supaya enak dipandang mata dan dirasakan lidah. Yuks diintip.

Rasa dingin langsung menusuk kulit ketika memasuki ruang kursus Chocolate School by Tulip yang berada di kawasan Permata Hijau, Jakarta itu. Yap, ruangan tempat belajar mengolah cokelat itu memang diatur dingin untuk melancarkan proses tempering cokelat. Pada proses pelelehan cokelat, tempering berarti proses penyesuaian suhu.

Akhir bulan Oktober lalu, Chocolate School menggelar media class yang diikuti sekitar 16 orang wartawan. Kesempatan langka ini enggak boleh dilewatkan begitu saja dong. Chef Andy Van Den Broeck dari Chocolate School dengan gesit melakukan proses tempering dengan cara tabling yaitu menuangkan coklat leleh di atas meja marmer. Andy meratakan dan mengaduk coklat dengan spatula.

Andy yang merupakan chocolatier dari Belgia itu mengajarkan membuat cokelat praline. Setelah melelehkan cokelat koin, tempering, Andy mencontohkan menuangkan cokelat leleh ke dalam cetakan praline yang tersedia dalam berbagai bentuk. Setelah Andy memberi contoh, peserta kursus mengikutinya.

Ada dua cetakan praline yang disediakan untuk peserta, yaitu praline berbentuk hati, dan bulat yang kecil-kecil, ada juga cetakan berbentuk boneka.

Eits, jangan dikira mudah lho. Untuk menuangkan cokelat leleh ke dalam cetakan praline membutuhkan konsentrasi, karena cetakan yang agak berat diangkat dengan satu tangan. Belum lagi cetakannya harus dibalik lagi untuk menumpahkan sisa cokelat yang masih cair, untuk diisi ganache.

Sepertinya sih gampang ketika melihat Andy, tapi ketika praktek, lumayan sulit juga. Saya sendiri sempat menjatuhkan cetakan praline ke dalam mesin tempering cokelat. Tentu saja, cetakannya menjadi kotor dengan cokelat leleh yang menempel di bagian bawah cetakan.

Setelah cokelat dituangkan ke dalam cetakan, kemudian dibekukan di frezer selama setengah jam. Sambil menunggu cokelat beku, kami membuat isi praline atau yang disebuh ganache, yang dibuat dari coklat leleh dicampur dengan krim susu. Setelah coklat praline diisi dengan ganache, disimpan lagi ke dalam frezer. Terakhir, praline ditutup dengan coklat leleh di bagian atasnya. Nah, jadi deh coklat praline dengan isi ganache yang akan meleleh di mulut ketika dimakan. Enaaknyaaa…

Tetap Asyik
Meski sulit, belajar membuat praline tetep asyik. Salah satunya, kita bisa colak colek cokelat leleh. Hmmm.. yummy. POkoknya sampai puas deh makan coklat sambil belajar.

Kursus membuat praline bisa didapatkan dari Chocolate School yang menawarkan program kursus satu hari. Dalam satu hari itu, kita bisa mendapat teknik-teknik dasar membuat aplikasi cokelat sederhana. Teknik-teknik sederhana seperti tempering, melelehkan dan mencetak cokelat dengan benar. Dan, chef juga akan mengajarkan membuat ganache untuk mengisi cokelat.

Bila ingin lebih dalam lagi mempelajari praline, Chocolate School menawarkan 2 Days Piped Praline Class. Dijamin deh keluar dari kelas, bisa bikin usaha cokelat praline. Banyak lho hotel-hotel berbintang yang mencari praline dari home industry.

Kepala Sekolah Chocolate School Christina Mumpuni Erawati mengungkapkan sebagian besar pelajar SMA yang mengikuti kursus mengambil program One Day Fall In Love Chocolate Course. Di setiap kelas, Chocolate School membatasi 12 peserta.

“Kami tidak membedakan cara mengajar pelajar SMA dengan peserta lainnya. Kebanyakan pelajar SMA memang memilih yang satu hari, sifatnya praktis. Kami selektif memilih peserta, dan menanyakan apa tujuannya ikut kursus,” ungkap Christina.

Christina mengungkapkan, peserta akan diajarkan mengolah cokelat jenis real chocolate yaitu cokelat yang dibuat dengan menggunakan lemak kakao, sehingga mereka dapat merasakan dan melihat kualitas yang ada dalam real chocolate. Berbeda dengan cokleat compound yang dibuat bukan dari lemak kakao.

Chocolate School juga mempunyai program Three Day Passionate Chocolatier Course. Program kegiatan kursus selama tiga hari itu merupakan kelas yang memberikan dasar-dasar penanganan cokelat yang penting diketahui seorang chocolatier seperti simple praline, simple decoration. Hari pertama dan kedua, peserta mendapatkan ilmu tentang cokelat di dalam kelas. Di hari terakhir, peserta diajak berkunjung ke kebun dan pabrik pengolahan kakao yang dimiliki PT Freyabadi Indotama di Karawang.

Nah, gimana? Tertarik dengan cokelat? Silakan datang ke Chocolate School di Bellezza Shopping Arcade Lt3, Jl. Arteri Soepeno No34, Permata Hijau Jakarta. (Putri Biyan)

Senin, 07 November 2011

Merry Riana, Kisah Sukses Seorang Sales Asuransi


Selesai sudah saya membaca buku "Mimpi Sejuta Dolar Merry Riana" karya Alberhiene Endah. Membaca buku ini layaknya membaca sebuah novel kisah nyata. Enak, mengalir, dan menggugah.

Tokoh utamanya tentu saja Merry Riana dengan setting, Singapura. Buku ini berkisah tentang perjuangan menuju sukses seorang Merry Riana, yang kini menjadi motivator perempuan nomor satu di Asia Tenggara, dari Jakarta hingga Singapura.

Kisah sukses Merry Riana sebenarnya tidak lain adalah kisah sukses seorang sales asuransi atau kalau di Singapura disebut Konsultan Keuangan karena yang mereka jual bukan hanya asuransi tetapi produk-produk keuangan lainnya seperti deposito, kartu kredit dan sebagainya. Yah, dia menekuni usaha ini hingga menghantarnya menggapai 1 juta dolar pada umur yang relatif begitu muda, 26 tahun.

Pekerjaan sebagai sales asuransi kadang-kadang tidak dianggap sebagai pekerjaan elit, terutama di Indonesia. Bahkan, tidak jarang mereka dicibir karena suka mengusik dan mengganggu ketenangan orang.

Tetapi Merry Riana telah menunjukkan dan mebuktikan bahwa pekerjaan itu mulia dan bisa menjadi kaya raya. Pekerjaan itu jauh lebih menggiurkan daripada kerja kantoran yang hanya mengandalkan gaji bulanan yang tidak seberapa dan amat sangat jarang naik. Gaji sales asuransi sangat tergantung komisi. Keberhasilan sales asuransi tidak diraih dengan mudah.

Tidak banyak orang bisa mencapai itu. Dan, Merry Riana adalah satu di dalam sedikit orang sukses itu. Resolusi untuk bebas secara finansial sebelum umur 30 tahun, motivasi yang tinggi, semangat yang menggebu, kerja keras hingga larut malam tanpa kenal lelah, ketajaman pikiran dan hati, serta hubungan yang intim dengan Yang Di Atas menjadi kata-kata kunci kesuksesannya.

Kisah Sukses
Buku ini diawali dengan kisah keberangkatan Merry Riana dari Jakarta ke Singapura pada 1998. Setelah tamat SMA Ursula, dia tadinya hendak kuliah di Universitas Trisakti. Proses pendaftaran sudah dilakukan. Tiba-tiba pecah kerusuhan. Sebagai etnis Tionghoa yang menjadi sasaran amuk massa ketika itu, orang tua Ria, sapaan akrabnya, mengubah haluan demi masa depan putrinya.

Meski ekonomi terbatas, orang tuanya memutuskan untuk melanjutkan kuliah sulung dari tiga bersaudara itu ke luar negeri dan pilihannya Singapura. Ria kuliah di Nanyang Technological University (NTU). Untuk biaya kuliah di situ, Ria dan beberapa WNI yang kuliah di sana mendapat pinjaman dari Development Bank of Singapura yang kalau dirupiahkan sebesar 300 juta.

Uang ini dipakai untuk membayar kuliah hingga lulus, uang asrama, dan uang saku. Ria haris menyiasati uang yang begitu sedikit agar bisa bertahan dan tidak membebani orang tuanya di Jakarta.

Tahun pertama, Ria konsentrasi pada kuliah. Biaya hidupnya hanya dengan 10 dolar per minggu. Untuk itu dia harus makan mi instan yang dibawa dari Jakarta setiap pagi dan malam sedangkan siang dia hanya makan setangkup ruti tawar.

Pada tahun kedua kuliah, pada masa liburan, Ria tidak berlibur ke Jakarta tetapi mencoba mencari uang tambahan dengan menjual brosur dengan gaji 3-5 dolar Singapura per jam. Kemudian dia bekerja di toko bunga. Uang hasil jerih payahnya itu tidak dipakai untuk berfoyah-foyah tetapi ditabung. Uang tabungannya makin banyak ketika dia kerja magang di perusahan terkenal di negeri singa itu dengan gaji 750 dolar per bulan.

Pengalaman susah ini kemudian melahirkan resolusi dalam dirinya. Tepatnya, ketika dia merayakan ulang tahun ke-20, dia membangun resaolusi bahwa dia mau merdeka secara finansial sebelum umur 30 tahun.

Menjelang akhir kuliah di NTU, Merry Riana, sempat terjun ke bisnis Multi Level Marketing (MLM). 200 dolar hilang. Dia juga mencoba main saham. Tapi gagal. Menjelang akhir kuliah, dia bersama pacarnya yang kini menjadi suaminya Alva Tjenderasa, melirik bisnis mencetak skripsi mahasiswa NTU dan pembuatan kaus. Tetapi bisnis ini tidak jadi karena sudah dikuasai pemain besar.

Merry Riana pernah mau menjadi distributor tunggal Tiansi di Singapura. Merry Riana sudah mengkondisikan teman-teman kampusnya untuk menjadi down line-nya untuk bisnis MLM yang marak di Indonesia itu. Tetapi akhirnya, Tiansi gagal masuk Singapura.

Merry Riana dan Alva adalah penyuka buku-buku motivasi sekelas Robert Kiyosaki dan Anthony Robbins. Bahkan, keduanya mengeluarkan dana lebih dari 2.000 dolar untuk mengikuti seminar Robbins di Singapura. Bahkan, Merry Riana berhasil berfoto dengan idolanya itu. Usaha ini tidak mudah. Tetapi tekadnya yang kuat hingga mimpi berfoto bersama Anthony Robbins terwujud.

Setamat kuliah, Merry Riana dan Alva memilih untuk berwirausaha. Mereka tidak mengikuti arus seperti teman-temannya yang bekerja di perusahan dengan gaji 2.500-3.000 dolar per bulan. Keduanya memilih menjadi sales asuransi.

Mereka menghubungi nasabah dari kantor, tetapi sering kali gagal. Lalu mereka pergi ke mal-mal untuk memprospek calon nasabah. Eh malah diusir satpam. Keduanya lalu ke stasiun MRT. Satu dua orang berhasil mendengar penjelasan mereka. Tetapi tidak sampai deal. Mereka lalu mengatur strategi dan siasat untuk menawarkan produk keuangan. Target pun dipasang. Harus wawancara 20 orang per hari. Target itu harus dipenuhi, meski badan lelah. Tak jarang, Ria menangis karena terlalu capek. Saking ngototnya, kadang-kadang target itu baru terpenuhi dini hari.

Dari 20 orang yang diprospek itu, rata-rata lima orang bisa diprospek lebih lanjut. Dan dari lima orang itu, satu orang bisa deal. Sedikit demi sedikit usaha ini mulai menuai hasil. Tahun pertama, Merry Riana berhasil mencapai target, transaksi 100.000 dolar. Tahun kedua, target yang sama tercapai juga. Setelah itu Merry Riana dengan sendirinya menjadi manajer dan berhak merekrut anak buah.

Puncaknya ketika Merry Riana berhasil meraih 1 juta dolar pada umur 26 tahun, lebih cepat empat tahun dari resolusinya ketika merayakan ulang tahun ke-20. Kesuksesan itu menghantarnya terpilih sebagai Presiden Star Club. Inilah yang membawa dia diliput secara luas media massa di Asia Tenggara. Dia kemudian menjadi pembicara seminar di mana-mana dan menjadi motivator ulung.

Buku ini sangat menarik dan harus dibaca oleh siapa pun yang ingin sukses. Tips-tips sukses tidak diurai secara khusus tetapi berada dalam satu tarikan nafas cerita sukses Merry Riana. Ya, sukses Merry Rana, sukses seorag sales Asuransi. (Alex Madji)

Sabtu, 05 November 2011

Ning Li Jajah Eropa dengan Jualan Furnitur Online


Namanya Ning Li. Dia pria keturunan Cina yang "menjajah" Eropa dengan bisnis furnitur onlinenya bernama made.com. Mula-mula usahanya itu dimulai di Prancis, kemudian dia tinggalkan dan berkelana keliling dunia sebelum dimulai lagi di Inggris hingga bertahan sampai saat ini. Dia mendirikan usaha itu ketika berumur 25 tahun. Masih sangat muda. Tetapi pertumbuhan usahanya sungguh mencengangkan.

Ning Li, merantau ke Prancis ketika dia baru berumur 15 tahun untuk melanjutkan sekolah. Tinggal di Prancis sejak usia masih sangat muda membuatnya memiliki dua budaya sekaligus yaitu Cina dan Prancis. Dia mudah mengawinkan dua budaya itu untuk hal yang menguntungkan.

Sebelum memulai usaha sendiri, Ning Li adalah seorang karyawan bank. Tetapi selama bekerja di bank, Ning Li tidak betah. Dia menyimpan sebuah kerinduan mendalam yaitu berwirausaha. Dia bekerja di bank hanya untuk membuktikan bahwa dia bisa melakukan pekerjaan itu.

Meski demikian, bekerja sebagai karyawan bank tetap berguna karena memiliki pengalaman yang lain, walaupun membuatnya tidak bebas. Padahal dia suka kebebasan. Inilah salah satu ciri seorang entrepreneur. Karena itu dia memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai seorang karyawan bank.

“Semakin lama Anda bekerja di bank, makin mahal anda dibayar maka makin sulit anda meninggalkan pekerjaan Anda dan memulai sesuatu yang baru oleh diri anda sendiri,” lanjutnya.

Ning Li tidak mau tinggal dalam kemapanan dan zona nyaman sebagai seorang karyawan bank. Dia lalu mendirikan usaha pertamanya yaitu menjual furnitur secara online. Pilihan usaha ini juga terasa aneh bila menyaksikan kebanyakan orang Cina di perantauan. Mereka lebih banyak memilih usaha restoran.

Tetapi Ning Li mau sesuatu yang lain dan insting bisnisnya mengatakah bahwa jualan furnitur juga pasti laku. Maka usaha pertamanya yaitu toko furniture online diluncurkan kepada para pelanggan di Prancis.

Mengapa jualan furnitur? Dia melihat ada perbedaan harga antara barang-barang manufaktur di Asia dan yang dijual di dunia barat. Inilah peluang bisnis yang dibaca Ning Li. “Bagaimana sofa yang yang seharga 300 dolar di Asia lalu dijual dengan 3.000 euro di Eropa? Gila kan,” katanya.

Yang dia pikirkan, setelah memilih bisnis itu, adalah bagaimana menekan ongkos produksi dan ongkos kirim sehingga harganya bisa ditekan serendah mungkin. Tentu, kualitas tetap sama dengan harga 3.000 euro itu.

Tetapi menjual dan membeli barang-barang seperti itu dengan cara tradisional, menurut Ning Li, sangat tidak ekonomis. Maka dia membuat trobosan dengan menjualnya secara online. Menggunakan internet untuk mendapat pesanan itu sangat membantu sebelum dikapalkan dalam bentuk kontainer. Cara ini dinilainya bisa membantu memotong biaya yang akan berujung pada penekanan harga tadi.

Sungguh keberhasilan toko furnitur online ini sudah terlihat sejak awal. Banyangkan, “Kami mendapat 300 permintaan per hari. Tiga ratus permintaan bagi sebuah bisnis furnitur adalah sesuatu yang sungguh luar biasa,” jelasnya.

Bisnis furnitur online di Prancis itu kemudian berkembang pesat berkat ketekunan, kerja keras dan kepemimpinan Ning Li. Meskipun Ning Li mengaku bahwa dia tidak memiliki pengalaman manajemen. Tetapi dia terus belajar dan menemukan pola kepemimpinan sendiri sehingga bisnis furnitur onlinenya itu sukses.

Di tengah kesuksesan itu, tiba-taba pada pada 2009, Ning Li menjual sahamnya. Dia memilih beristirahat sebentar untuk mengelilingi dunia selama satu tahu. Waktu jeda ini memberinya ruang untuk menarik nafas dan memulai lagi sesuatu yang baru dengan segar.

Dalam perjalanan keliling dunia itu, dia bertemu dengan pengusaha online bernama Brent Hoberman di London. Brent Hoberman mendorong dan mendukung Ning Li untuk memulai kembali jualan furnitur online itu. Tetapi kali ini diperuntukkan bagi pasar Inggris. Itulah usaha kedua Ning Li yang kini bermarkas di Notting Hill Gate, London.

Sekarang perusahan online Ning Li ini bekerja secara langsung dengan para para disainer untuk barang-barang eksklusif di negeri Ratu Elisabet itu.

Industri manufaktur di Inggris dan Eropa mengalami berbagai proses dalam beberapa tahun terakhir. Sangat sulit ditemukan manufaktur bagus yang berbasis di negara-negara barat. Meskipun 20 persen pemasoknya adalah orang Inggris, tetapi mereka pasti membeli furnitur-furnitur itu dari Cina. Selain karena harganya dan biayanya murah, juga karena Cina sudah mengembangkan sebuah ekosistem manufaktur selama lebih dari 30 tahun.

Furnitur-furnitur yang dijual secara online Ning Li pun datang dari tanah leluhurnya itu, terutama dari daerah asalnya yang menjadi sentra produk furnitur terkenal di Cina. "Mereka memiliki segalanya untuk apa yang dicari orang," jelasnya lebih lanjut.

Bagi Ning Li, menempatkan pasar retail furnitur secara online telah membantunya merevolusi apa yang dia sebut industri debu (dusty industry). Sebab sesungguhnya membeli furnitur adalah sesuatu yang konvensional. Tetapi dia mengangkatnya ke dalam dunia maya.

Bisnis furnitur secara online mengandung dua hal penting yaitu risiko dan kecepatan. Sebuah barang bagus yang kita potret lalu dipublish ke publik, tetapi baru kemudian diketahui ternyata barang itu cacat, maka hampir pasti barang itu tidak dilirik. untungnya dalam bisnis online seperti ini, barang-barang cacat seperti itu bisa segera ditarik dan tidak dijual. Sebaliknya bila barang yang dipamerkan itu bagus, pasti akan dicari orang.

“Kita pajang itu di online, kalau itu tidak dijual, kita tarik. Dan kalau kita jual, orang akan berlomba-lomba mendapatkannya,” jelasnya.

Hal penting lain dalam bisnis online adalah masalah kecepatan, terutama dalam era pasar modern seperti sekarang ini. "Internet memberi kita kebebasan untuk meluncurkan produk-produk lebih cepat daripada bisnis tradisional. Kecepatan adalah rajanya. Kecepatan menghasilkan produk baru dan juga membaharaui katalog Anda adalah kunci untuk tetap memelihara daya tarik konsuen dan menjaga mereka agar tetap kembali ke websitenya," ujarnya.

Kisah sukses Ning Li ini bukan tidak diwarnai kegagalan. Bahkan kegagalan, kata Ning adalah bagian integral dari entrepreneurship. Tetapi ada begitu banyak orang yang sukses dan berhasil setelah belajar dari kegagalan-kegalan itu. Mereka menjadi orang yang sungguh yakin bahwa mereka orang palig kuat dan tahan banting.

Tips lain bagi seorang entrepreneur adalah harus mampu menjaga rahasia. Tidak semua hal bisa diceritakan kepada siapa pun, termasuk kepada bawahan. Ada hal yang perlu dijaga. Meski demikian, sharing tetap perlu, tetapi hanya kepada partner bisnis yang sungguh-sungguh cocok dengan anda. Karena itu pilihan partner bisnis yang tepat yang mendorong usaha Anda maju. (BBC/Alex Madji)