Sabtu, 26 Juni 2010

Tempat Bersejarah


Foto/Alex Madji
Ini adalah rumah bersejarah bagi perdamaian di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Di sinilah berlangsung serial perundingan antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) membahas perdamaian di tanah rencong itu yang difasilitasi mantan Presiden Finlandia Martii Ahtisari. Foto diambil Januari 2006.

Pagi Merekah


Foto/Alex Madji
Secercah sinar mentari muncul di antara pohon yang meranggas pada musim dingin di tepian Sungai Vantaa, Helsinki. Lokasi ini terletak di belakang gedung tempat berlangsungnya perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Vantaa, di luar ibu kota Helsinki. Foto diambil Januari 2006.

Selasa, 22 Juni 2010

Summer Solstice


Mario Tama/Getty Images/AFP
Peserta Yoga massal antusias mengambil bagian dalam yoga gratis tahunan bertajuk “Summer Solstice” di Times Square, New York, Senin 21 Juni 2010. Summer Solstice adalah hari pertama resmi dimulainya summer dan menjadi hari terpanjang dalam satu tahun.

Yoga Massal


AFP PHOTO/Emmanuel Dunand
Peserta mengambil bagian dalam Yoga massal di Times Square New York, Senin 21 Juni 2010. Yoga massal yang melibatkan ratusan orang siswa dan masyarakat umum ini diselenggarakan untuk menandai dimulainya musim panas.

Jumat, 18 Juni 2010

Berpelukan


AFP PHOTO/FRANCK FIFE
Tiga pemain Meksiko berpelukan setelah berhasil mengalahkan Prancis 2-0 pada partai kedua Grup A di Stadion Peter Mokaba Polokwane Rabu (17/6) atau Kamis (18/6) dini hari waktu Indonesia bagian barat. Peluang Meksiko lolos ke putaran kedua terbuka lebar. Bermain seri saja dengan Uruguay pada partai terakhir, mereka menjadi salah satu peserta di putaran kedua Piala Dunia Afrika Selatan 2010.

Itu Hanya Mimpi


AFP PHOTO/PIERRE-PHILIPPE MARCOU
Suporter “Les Bleus” dengan wajah dicat bendara Prancis memegang trofi Piala Dunia saat menyaksikan tim kesayangan mereka bertanding melawan Meksiko pada Piala Dunia Afrika Selatan 2010 di Stadion Peter Mokaba Polokwane, Rabu (17/6) atau Kamis (18/6) dini hari waktu Indonesia bagian barat. Sayang, impian meraih trofi Piala Dunia sungguhan tinggal mimpi, setelah Les Bleus ditekuk 0-2 oleh Meksiko dan mempertipis peluang mereka lolos ke putaran kedua. Mereka tunggu mukjizat untuk bisa lolos ke babak selanjutnya.

Selasa, 15 Juni 2010

Pesta Yo Pesta


AP Photo/Jorge Saenz
Dua perempuan Paraguay bersuka cita karena tim kesayangan mereka berhasil mencetak gol ke gawang Azzuri Italia pada partai pertama Grup F Piala Afrika Selatan 2010, Selasa (15/6) dini hari waktu Indonesia bagian barat.

HP Yang Beruntung Itu….


AP Photo/Jorge Saenz
Fans Paraguay merayakan gol pertama tim kesayangan mereka ke gawang Azzuri Italia pada partai pertama Grup F, Piala Dunia Afrika Selatan 2010 yang disiarkan melalui layar raksasa di Kota Asuncion, Paraguay Senin (14/6) waktu setempat atau Selasa (15/6) dini hari waktu Indonesia bagian barat. Italia vs Paraguay bermain imbang 1-1 dalam laga tersebut.

Kegirangan


AFP/Norberto Duarte
Seorang gadis pendukung Tim Paraguay menari kegirangan merayakan gol yang dicetak Antolin Alcaraz ke gawang Gianluigi Buffon pada menit ke-39 dalam partai pertama Grup F Piala Dunia Afrika Selatan 2010 antara Italia melawan Paraguay yang dijuluki La Albirroja pada Selasa (15/6) dini hari.

Di Lembah Itu…


AFP/ANDREAS SOLARO
Seorang pendukung tim Azzuri menunggu dimulainya pertandingan perdana Grup F Piala Dunia Afrika Selatan 2010 antara Italia versus Paraguay di Stadion Green Point Cape Town, Selasa (15/6) dini hari yang ditayangkan melalui layar raksasa di Villa Borghese, Roma, Italia pada hari yang sama.

Ciuman


AFP/DAMIEN MEYER
Pencinta sepak bola Italia menyaksikan laga Italia kontra Paraguay di Stadion Green Point Cape Town Selasa (15/6) dini hari melalui layar raksasa di Villa Borghese di Milan, Italia sambil berciuman.

Sepak Bola dan Rasisme

Rasisme seolah selalu menjadi bagian dari sepak bola. Dalam pertandingan antar klub di banyak liga, rasisme menjadi isu utama. Pelakunya, pemain dan suporter klub. Korbannya kebanyakan para pemain berkulit hitam, terutama yang berasal dari Benua Afrika. Orang-orang dari benua hitam itu seolah-olah menjadi manusia yang tidak berharga hanya karena warna kulit mereka hitam. Mereka sering diolok-olok sebagai kera. Ini terjadi di banyak liga Eropa.

Di La Liga, Spanyol, misalnya. Pemain asal Kamerun Samuel Eto’o ketika bermain di Barcelona selalu menjadi sasaran olok-olokan suporter lawan. Setiap kali menguasai bola, dia diolok-olok dan diteriaki menyerupai suara seekor kera. Karena tidak tahan dengan ledekan berbau rasis itu, suatu ketika Eto’o marah dan mengancam mogok main kalau tetap diolok-olok berbau rasis.

Di pesta akbar sepak bola seperti piala dunia, rasisme juga ada. Pada Piala Dunia 2006, misalnya, “perkelahian” antara bintang dan roh permainan Perancis Zinedine Zidan dan bek Italia Marco Materazzi juga karena ledekan berbau rasis. Zidan terpancing emosinya karena diolok-olok berbau rasis oleh bek jangkung Italia itu. Saking marahnya, dia menanduk Materazzi hingga tersungkur. Zidan lalu diganjar kartu merah dan diusir keluar lapangan. Keluarnya Zidan pada sisa waktu pertandingan yang tinggal sendikit sangat merugikan tim ayam jantan. Tanpa Zidan mereka kalah dari Italia melalui tendangan adu penalti.

Menjelang Piala Dunia Afrika Selatan 2010, isu rasisme juga menyeruak. Pemain tim Oranye Belanda Eljero Elia mengeluarkan kata-kata yang menghina warga keturunan Maroko. Tak ayal komentar Elia itu menyulut kemarahan. Komentar Elia itu terekam dalam sebuah video. Dalam video itu, Ryan Babel yang bermain di Liverpool tengah berada di kamar Elia. Keduanya bermain game. Tampak pula beberapa rekan setim mereka di Timnas Belanda. Entah mengapa, tiba-tiba Elia mengeluarkan kata-kata yang menghina orang Maroko. Sekedar diingat beberap anggota skuad Oranye berasal dari keturunan Maroko.

Elia minta maaf baik kepada warga keturunan Maroko maupun kepada pelatih Bert Van Marwijk. “Aku ingin meminta maaf kepada komunitas Moroko, tapi aku juga ingin menyatakan bahwa aku bukan orang yang rasis. Aku tumbuh di Hague dimana 75 persen penduduknya adalah keturunan Moroko dan aku juga banyak berteman dengan mereka. Apa yang aku katakan aku tujukan kepada temanku, Reduan, yang selalu memanggilku dengan sebutan ‘negro’. Mungkin terdengar seperti hinaan, tapi itu sebenarnya bahasa slang,” jelas Elia.

Guna menjaga kohesi tim dari “perpecahan” dan menghindari meluasnya isu rasisme, pelatih Van Marwijk melarang seluruh timnya menggunakan jejaring sosial Twitter.

Hapus Diskriminasi
Karena masalah rasisme ini menjadi perhatian serius FIFA pada Piala Dunia 2010 ini, maka Presiden FIFA Sepp Blatter pada malam menjelang pembukaan Piala Dunia Afrika Selatan 2010 kembali menegaskan dan meminta untuk menghentikan rasisme. Dia menegaskan, “Sepakbola adalah cermin dari masyarakat kita dan itu semua terpantul dalam sepakbola. Di sana ada kekerasan, kasus doping, penipuan, taruhan, diskriminasi, dan rasisme. Ini semua ada dan hidup dalam masyarakat kita. Kami sudah mulai menyingkirkan hal-hal seperti itu dari sepak bola. Satu yang hal yang praktis sudah bisa diatasi adalah masalah doping.”

Lebih lanjut dia menegaskan, “Pada Piala Dunia Afrika Selatan ini, secara khusus kita mendeklarasikan bahwa kita menentang diskriminasi. Tidak akan pernah ada lagi diskriminasi maupun rasisme baik dalam lapangan sepak bola maupun stadion. Kalau kita tidak bisa mengatasi masalah ini dalam kongres FIFA ke-60 ini, maka kita tidak akan pernah menyelesaikan masalah ini. Kita harus mengakhiri diskriminasi dan rasisme”

Blatter benar. Penghapusan diskriminasi dan rasisme sudah mendesak. Tetapi jangan hanya dalam sepak bola, juga dalam berbagai bidang kehidupan yang lain. Sebab nilai manusia tidak ditentukan oleh warna kulit melainkan oleh kemanusiaan itu sendiri.

Filsuf Jerman Immanuel Kant sudah menegaskah bahwa manusia mempunyai tujuan pada dirinya sendiri. Seseorang tidak bisa dijadikan objek untuk meraih tujuan kita sendiri. Beberapa abad sebelumnya, Fransiskus Asisi yang hidup di Italia pada akhir abad ke-12 hingga awal abad ke-13, juga pernah bilang, seperti apa nilai manusia di hadapan Allah, seperti itulah nilai orang itu dan tidak lebih. Artinya, nilai dan tujuan seorang anak manusia tidak ditentukan sesuatu apa pun, termasuk warna kulitnya, selain oleh kemanusiaannya itu sendiri.

Hanya memang, kampanye penghapusan diskriminasi dan rasisme efektif lewat sepak bola karena melibatkan jutaan orang di seluruh dunia. Selain kampanye, penegakan aturan FIFA soal sanksi baik kepada pemain dan supporter yang berbuat rasis dan diskriminasi harus dijalankan dengan serius. Dengan demikian, sepak bola tidak hanya menyajikan keindahan sepak bola, tetapi keindahan manusia sebagai ciptaan Tuhan, apa pun warna kulitnya. [Alex Madji]